Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Louis Van Gaal dan Alan Shearer Menyindir Laga Perebutan Juara Ketiga

18 Desember 2022   05:03 Diperbarui: 18 Desember 2022   23:55 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kroasia jadi Juara ketiga di Piala Dunia 2022. (Foto: Getty Images/Catherine Ivill)

Laga perebutan juara ketiga Piala Dunia 2022 baru saja dimenangkan Kroasia setelah berhasil mengalahkan Maroko dengan skor 2-1, di Stadion Khalifa Internasional, Sabtu (17/12/2022). Namun ternyata Franz Beckenbauer, Louis Van Gaal dan Alan Shearer, kompak menyindir soal laga perebutan juara ketiga yang diadakan oleh FIFA.

UEFA sendiri telah menghapus laga perebutan juara ketiga sejak Piala Eropa 1984, alasan UEFA sangat logis kenapa laga perebutan juara ketiga dihapuskan, karena pertandingan perebutan juara ketiga tidak menarik perhatian penonton baik yang datang langsung ke stadion maupun yang melihat dari layar kaca.

Masuk akal sih apa yang jadi gagasan dan pemikiran petinggi UEFA, sehingga sampai dengan gelaran Piala Eropa 2020 kemarin, UEFA masih "kekeh" meniadakan perebutan juara ketiga. Padahal, jika UEFA tetap memaksakan laga perebutan juara ketiga, otomatis pundi-pundi cuan mereka akan bertambah.

Apa karena alasan "cuan", sehingga FIFA tetap memainkan laga perebutan juara ketiga di Piala Dunia? Tidak mungkin lah para petinggi FIFA dengan "gamblang" (jelas) menyebut cuan sebagai alasan utamanya.

Dengan tetap diadakannya laga perebutan juara ketiga, FIFA akan mendapatkan pemasukan uang, dari hak siar, sponsor, dan penjualan tiket pertandingan. Yang jelas, format pertandingan perebutan juara ketiga masih akan berlanjut hingga di Piala Dunia 2026.

Louis Van Gaal pernah mengkritik soal perebutan juara ketiga di Piala Dunia 2014. Saat menjadi pelatih Belanda di Piala Dunia 2014, Van Gaal nyinyir ke media jelang laga perebutan juara ketiga, antara Belanda versus tim tuan rumah, Brasil.

Van Gaal mengatakan, laga perebutan tempat ketiga tidak adil bagi kedua tim, karena pemulihan kondisi pemain setelah laga semifinal ke laga perebutan tempat ketiga sangat mepet. Selain itu, tim yang kalah di perebutan ketiga, bisa disebut sebagai pecundang, karena kalah dua kali berturut-turut dalam waktu berdekatan, yaitu kalah di semifinal dan kalah di perebutan juara ketiga.

Agar tak disebut sebagai pecundang, akhirnya Belanda keluar sebagai pemenangnya, setelah mengalahkan Brasil dalam laga perebutan juara ketiga di Piala Dunia 2014. Tim asuhan Van Gaal, menang telak atas Brasil dengan skor 3-0.

Legenda sepakbola Jerman, Franz Beckenbauer, juga mengkritik soal laga perebutan juara ketiga yang selalu diadakan FIFA, disetiap gelaran Piala Dunia. Beckenbauer mengatakan, bahwa laga perebutan juara ketiga merupakan tugas tanpa pamrih yang harus diemban oleh kedua tim. FIFA harus mulai berpikir dan meninjau ulang apakah perlu diadakan laga perebutan juara ketiga, yang sepertinya tidak masuk akal menurut legenda Jerman tesebut.

Mantan striker andalan timnas Inggris, yaitu Alan Shearer juga ikut mengkritik soal laga perebutan juara ketiga. Bahkan kritikan Shearer, lebih pedas kata-katanya, dalam postingan di akun twitternya jelang laga perebutan juara ketiga di Piala Dunia 2018, yang mempertemukan Inggris versus Belgia.

Cuitan twitter Alan Shearer. (Foto: Screenshot twitter Alan Shearer)
Cuitan twitter Alan Shearer. (Foto: Screenshot twitter Alan Shearer)

Mantan pemain Newcastle United ini, menulis sebuah pesan, bahwa pertandingan play-off perebutan juara ketiga dan keempat merupakan kebodohan.

Wajar sih soal laga perebutan juara ketiga menimbulkan pro dan kontra. Bagi yang setuju, pertandingan perebutan juara ketiga dianggap sebagai laga hiburan. Lumanyalah nonton partai hiburan, sambil nunggu partai final Piala Dunia yang biasanya akan digelar esok harinya.

Sementara bagi seorang pelatih, laga perebutan juara ketiga, bisa sebagai ajang rotasi untuk memberikan kesempatan kepada pemain yang masih sedikit menit bermainnya. Hal lain juga bisa digunakan sebagai ajang perpisahan pemain sebelum pensiun, seperti yang dilakukan pelatih Jerman di Euro 2006 saat memasukkan Oliver Khan dilaga lawan Portugal.

Untuk pemain yang masih berburu status sebagai pencetak gol terbanyak, laga perebutan juara ketiga sangat penting untuk menambah pundi-pundi golnya demi gelar sepatu emas. Hal ini pernah dilakukan oleh Davor Suker di perebutan juara Piala Dunia 1998, kemudian ada Miroslav Klose di Piala Dunia 2006, Diego Forlan dan Thomas Muller di Piala Dunia 2010, serta terakhir ada Harry Kane di Piala Dunia 2018.

Bung Arson, sebagai penulis termasuk yang kontra dengan laga perebutan juara ketiga. Penulis melewatkan laga perebutan juara ketiga di Piala Dunia 2006, 2014, 2018 dan 2022. Menurut penulis, laga perebutan juara ketiga tidak ada manfaatnya. Kecuali untuk ajang multi event seperti Olimpiade, medali perunggu sangat berpengaruh dalam penentuan peringkat.

Kasihan jika melihat mental pemain kedua tim yang tampil di perebutan juara ketiga. Hati dan perasaan mereka baru saja ambyar, setelah kalah dibabak semifinal. Dan dalam hitungan hari, kedua tim harus bertanding dalam laga hiburan perebutan juara ketiga.

Dilihat dari segi jumlah penonton di stadion maupun penonton dilayar kaca, pasti tingkat kehadirannya menurun drastis jika dibandingkan dengan laga semifinal sekalipun.

FIFA perlu mengkaji dan meninjau ulang soal laga ini, sehingga pertandingan perebutan juara ketiga tidak dicap sebagai laga hiburan atau partai tambahan.

Ada baiknya FIFA langsung melakukan ceremony kepada tim yang kalah dibabak semifinal dengan langsung memberikan medali perunggu dan uang pembinaan. Hal ini sepertinya akan lebih terhormat, daripada diadakan laga perebutan juara ketiga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun