Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

3 Alasan Menolak Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Asia 2023

2 Juni 2022   06:10 Diperbarui: 2 Juni 2022   11:40 69238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan ketika membuka Kongres PSSI Biasa Tahun 2022. (ANTARA FOTO/ M Agung Rajasa/via KOMPAS.COM)

Mundurnya China sebagai tuan rumah Piala Asia 2023 menjadi pukulan telak bagi Federasi Sepakbola Asia (AFC). Ini kejutan "bak petir di siang bolong" yang tak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Presiden AFC, Sheikh Salman.

Alasan China mengundurkan diri sebagai tuan rumah Piala Asia 2023, karena pandemi Covid-19 belum mereda. Padahal jika kita lihat secara tren dunia, kasus aktif Covid-19 terus mengalami penurunan.

Dengan mundurnya China sebagai tuan rumah Piala Asia 2023, serta perhelatan Piala Asia 2023 hanya berjarak setahun, AFC segera bergerak cepat. AFC membuka peluang dan akan mengundang 47 negara yang tergabung dalam Konfederasi Sepakbola AFC untuk menjadi tuan rumah Piala Asia 2023.

AFC, memberi waktu hingga akhir Juni 2022 kepada negara yang berminat menjadi tuan rumah Piala Asia 2023, untuk mengirimkan proposal pengajuan diri sebagai calon tuan rumah Piala Asia 2023. Berkas proposal tersebut kemudian akan dipelajari oleh AFC, sebagai dasar penentuan tuan rumah Piala Asia 2023 menggantikan China.

Sehingga Indonesia mempunyai peluang besar lolos otomatis ke Piala Asia 2023 lewat jalur "kilat khusus" sebagai tuan rumah Piala Asia 2023. Tawaran ini disambut baik, oleh PSSI melalui salah satu anggota Exco, Hasani Abdulgani, ia sangat mendukung Indonesia menjadi tuan rumah Piala Asia 2023.

Alasan Hasani Abdulgani, mendukung Indonesia sebagai calon tuan rumah Piala Asia 2023 karena Indonesia otomatis lolos ke Piala Asia 2023 dan kesempatan ini sebagai ajang persiapan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun 2023, apalagi secara infrastruktur tidak ada masalah (berarti bisa dikatakan semacam test event atau gladi bersih).

Perlu diketahui bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023, hanya saja jadwal kick-off nya belum dirilis secara pasti oleh FIFA. Sementara jadwal semula Piala Asia 2023 bakal berlangsung pada 16 Juni 2023 hingga 16 Juli 2023.

Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, menyambut positif peluang yang ditawarkan oleh AFC. Iwan Bule sapaan akrab Ketua Umum PSSI, akan mempertimbangkan secara matang terkait pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Asia 2023, karena hal ini harus dirapatkan dan dirumuskan dalam rapat Exco.

Namun, tampaknya saingan Indonesia agak berat jika pada akhirnya mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Asia 2023. Jepang, saat ini ada di pole position sebagai kandidat kuat tuan rumah Piala Asia 2023. Federasi sepakbola Jepang (JFA), telah bergerak dan menjalin komunikasi dengan Presiden AFC, berkaitan dengan rencana pengajuan diri sebagai tuan rumah Piala Asia 2023.

Jepang punya modal kuat, mereka memiliki infrastruktur yang sangat memadai dan tentunya kekuatan dalam hal sumber daya ekonomi, dalam hal ini Jepang tidak akan menemui kesulitan.

Selain itu, Jepang mempunyai pengalaman menggelar event besar sebelumnya, seperti tuan rumah Piala Dunia 2002, tuan rumah Piala Asia 1992 dan tuan rumah Olimpiade Tokyo 2020.

Apalagi ada 5 syarat yang harus dipenuhi oleh Indonesia, jika ingin mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Asia 2023. Kelima syarat tersebut adalah:

1. Mempunyai 6 Stadion berstandar Internasional (FIFA) kapasitas 20 ribu (5 Stadion) dan kapasitas 40 ribu (1 Stadion).

2. Menyediakan fasilitas penerbangan domestik, jika satu tim harus melakukan pertandingan berpindah tempat dengan jarak lebih dari 200 Km.

3. Tuan rumah harus memastikan keamanan dan kenyamanan para suporter selama turnamen Piala Asia 2023 berlangsung

4. Menyediakan hotel bintang 4 atau bintang 5, sebagai tempat menginap tim

5. Menyediakan lapangan latihan, minimal ada dua tempat latihan untuk setiap grup yang berisi empat tim.

Dengan segala peluang dan resiko yang akan ditimbulkan ke depannya, ada baiknya pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Asia 2023 di skip lebih dahulu. 

Meskipun hal ini akan memicu pro dan kontra dikalangan pecinta sepak bola tanah air.  Berikut 3 alasan menolak Indonesia sebagai tuan rumah Piala Asia 2023.

1. Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Tahun 2023

Indonesia telah ditunjuk oleh FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun 2021 lalu. Namun, akibat adanya pandemi Covid-19 turnamen tersebut diundur hingga tahun 2023. Persiapan yang dilakukan oleh PSSI sudah matang dengan mempersiapkan 6 Stadion sebagai venue Piala Dunia U-20 2023.

Keenam Stadion tersebut adalah Stadion Jakabaring (Palembang), Stadion Utama Gelora Bung Karno (Jakarta), Stadion Si Jalak Harupat (Bandung), Stadion Manahan (Solo), Stadion Gelora Bung Tomo (Surabaya) dan Stadion Kapten I Wayan Dipta (Gianyar Bali).

Biaya persiapan yang telah dikeluarkan pastilah sangat besar, sehingga apabila ada dua event besar yang diselenggarakan pada tahun yang sama akan menguras kas negara, jika tidak mendapatkan sponsor kelas kakap.

Pemerintah yang selama dua tahun terakhir fokus dalam penanganan pandemi Covid-19 pasti akan berpikir ulang jika harus mengeluarkan anggaran dalam jumlah yang sangat besar untuk Piala Asia 2023.

Jika pada akhirnya PSSI tetap ngotot jadi tuan rumah Piala Asia 2023, PSSI harus bersiap nombok banyak jika tak dapat sponsor kelas kakap.

Ada baiknya, PSSI lebih fokus pada penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023, apalagi kemungkinan jarak penyelenggaraan Piala Asia 2023 dan Piala Dunia U-20 berdekatan.

Selain itu, PSSI mempunyai target tinggi, Timnas U-20 wajib tembus babak semifinal di Piala Dunia U-20. Tentu target ini, akan sulit dicapai jika PSSI tidak mendukung sepenuh hati.

Biaya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 dan membiayai pelatnas Timnas Indonesia U-20 dengan target mencapai babak semifinal memerlukan dana besar. Jadi, mulai sekarang PSSI fokus ke Piala Dunia U-20 dan gak usah muluk-muluk jadi tuan rumah Piala Asia 2023.

Apalagi skuad yang rencana akan tampil di Piala Dunia U-20 2023, rapornya tidak terlalu istimewa ketika dikalahkan oleh Venezuela di ajang Toulon Tournament U-19 2022. Masih perlu banyak PR dan polesan untuk tampil memukau di pentas Piala Dunia U-20 2023.

Jika melihat performa pemain di ajang Toulon Tournament U-19 2022, target tembus babak semifinal di Piala Dunia U-20 2023 terlalu ketinggian. Butuh kerja keras dan tentunya dana untuk pembiayaan pelatnas Timnas U-20.

2. Bangun Training Centre untuk Timnas Indonesia

Pasca kegagalan membawa Timnas Indonesia U-23 meraih medali emas Sea Games 2021. Seruan #STYOUT sempat menggema di akun media sosial. Dengan sangat enteng, Coach Shin Tae-yong (STY) menyarankan kepada PSSI untuk membangun training centre, sebagai markas latihan Timnas Indonesia.

Kasus "gagal booking" Stadion Madya (karena tidak bisa dimajukan satu jam lebih awal), untuk latihan Timnas Indonesia jelang persiapan laga uji coba melawan Bangladesh, sepertinya membenarkan apa yang diminta oleh Coach STY ke PSSI. Akhirnya tagar #STYOUT, dalam seketika berubah menjadi #trainingcentre.

Selaras dengan syarat poin 5 dari AFC terkait lapangan latihan, buat Timnas Indonesia saja kita tidak bisa menghadirkan training centre yang memadai, apalagi menyediakan lapangan latihan buat tim tamu, sehingga poin soal lapangan latihan yang disyaratkan oleh AFC menuai sorotan dari netizen Indonesia.

Kembali soal training centra, Ketua Umum PSSI, seperti mendapat angin segar terkait masalah training centre, karena Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, menawarkan fasilitas yang dimiliki oleh Universitas tersebut sebagai pusat latihan Timnas Indonesia.

Fasilitas yang dimiliki UPI sangat memadai untuk berlatih setiap saat bagi skuad Timnas Indonesia, ditambah lagi ada fasilitas kolam renang, dll. Hal ini tentu akan sangat menunjang performa pemain Timnas Indonesia.

Gayung pun bak bersambut Menteri Olahraga Indonesia, Zainudin Amali, mendukung Timnas Indonesia untuk sementara berlatih di UPI, hingga dapat training centre baru yang lebih memadai.

Tapi masak iya sih, Timnas Indonesia tidak bisa memiliki fasilitas latihan sendiri, seperti klub-klub elite di eropa, yang setiap saat bisa berlatih, gym, berenang, dll.

Nah, daripada biaya besar yang bakal dikeluarkan hanya untuk pencalonan sebagai tuan rumah Piala Asia 2023, lebih baik dana besar tersebut dialokasikan untuk pembangunan training centre bagi Timnas Indonesia.

Adanya training centre pekerjaan seorang pelatih akan terbantu dengan fasilitas dan tekhnologi yang ada di training centre. Program latihan intensif yang telah dijadwalkan, akan memudahkannya ketika mengevaluasi perkembangan setiap pemain ketika latihan.

Sehingga ada baiknya PSSI lebih fokus untuk memikirkan pembangunan training centre, tidak hanya menumpang ke UPI terus.

3. Fokus Benahi Kompetisi Liga 1 dan Perbaiki Mental Pemain Muda

Banyak sekali komentar dari para pandit sepakbola, keberhasilan prestasi Tim sepakbola suatu negara tidak pernah terlepas dari kompetisi Liga dan pembinaan pemain muda. Nah, hal ini menjadi kelemahan mendasar yang sering terjadi di Timnas Indonesia.

Setelah meraih medali Emas Sea Games 1991, Timnas Indonesia seperti mengalami paceklik gelar level Internasional. Sejak 1991 hingga saat ini, Timnas Indonesia tidak pernah juara di level senior untuk ajang Sea Games dan Piala AFF.

Meskipun, saat ini Sea Games peruntukannya bagi pemain U-23, nyatanya Timnas Indonesia masih kesulitan meraih Medali Emas. Kompetisi Liga 1 yang sering punya banyak masalah, harus mulai ada perbaikan.

PSSI perlu duduk bersama dengan operator Liga 1 dan juga perwakilan manajer tim, wasit, pelatih, wartawan, pengamat sepakbola, wakil suporter, asosiasi pemain, pemerintah, kepolisian hingga stakeholder lainnya yang berkaitan dengan kompetisi Liga 1.

Mereka perlu duduk bersama dalam sebuah saresehan, dengan mengangkat tema "Kembali Memacankan Asia Sepakbola Indonesia". Bahaslah isu-isu menarik yang bisa membuat kompetisi Liga 1 semakin kompetitif, seru, fair play dan menarik.

Tinggalkanlah hal-hal buruk yang jadi benalu bagi kompetisi Liga 1. Jika kompetisi Liga 1 sudah berjalan sesuai Relnya, maka prestasi Timnas Indonesia juga akan membaik.

Persoalan kedua soal mental pemain. Bukan hal baru, jika prestasi Timnas Indonesia U-16 hingga U-19 dalam tempo 10 tahun terakhir, prestasinya lebih baik daripada level U-23 hingga Timnas senior.

Pemain Timnas Indonesia yang mengkilap di level U-19, tiba-tiba kelincahan dan semangat juangnya luntur ketika memasuki level U-23 hingga Timnas senior. Entah faktor apa yang melatar belakangi, hal tersebut?

Apakah karena sudah mendapatkan popularitas, sudah merasa puas dengan kemampuan saat ini, atau faktor gaji besar setelah mendapat kontrak profesional membuat pemain muda merasa terlena.

Kita pernah punya harapan, ketika Timnas U-19 era Evan Dimas dkk., yang saat itu mampu mengalahkan Korea Selatan U-19 di Stadion Gelora Bung Karno, dengan skor 3-2 dalam kualifikasi Piala Asia U-20 tahun 2013.

Di tengah guyuran hujan lebat para pemain bekerja keras dan berjibaku untuk meredam tim Korea Selatan. Hasilnya Ravi Murdianto (Kiper), Putu Gede, Hansamu Yama, M. Sahrul Kurniawan, M. Fatchurochman, Evan Dimas, M. Hargianto, Zulfiandi, Muchlis Hadi Ning, Maldini Palli dan Ilham Udin Armaiyn berhasil kalahkan tim Negeri Gingseng.

Namun saat ini, praktis hanya ada nama-nama seperti: Hansamu Yama, Evan Dimas dan Zulfiandi yang namanya masih sering kita dengar di pentas Liga 1.

PSSI perlu menghadirkan sosok psikolog dalam tim, baik U-16, U-19, U-23 bahkan level senior. Fungsi psikolog bisa sebagai pengurai beban masalah yang sedang dihinggapi para pemain, yang masuk dalam kategori "star syndrome".

Ada baiknya PSSI mencoba mengumpulkan skuad tim Timnas U-19 yang saat itu mengalahkan Tim Korea Selatan U-19, beserta pelatih saat itu Indra Sjafri. Bedah dan cari solusi, agar kilap pemain level U-16 hingga U-19 tetap terjaga kilau mutiaranya ketika bermain di level U-23 dan level senior.

Sehingga jika semua ditemukan akar masalahnya, mudah-mudahan prestasi Timnas Indonesia akan semakin baik.

Jadi lupakan tuan rumah Piala Asia 2023, fokuslah di tiga alasan di atas, yaitu fokus jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023, fokus pembangunan training centre dan fokus benahi kompetisi Liga 1 serta benahi mental pemain muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun