Mohon tunggu...
Ari Sony
Ari Sony Mohon Tunggu... Administrasi - Bung Arson, Pengamat dan Pemerhati Olahraga Khususnya Sepakbola

Olahraga adalah nadi yang harus selalu digerakkan, dan ketika menulis topik lainnya harus sesuai dengan sudut pandang sendiri dan pemikiran yang matang

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kemanakah Haruna Soemitro? Saat Timnas Putri Indonesia Butuh Dukungan Moril

26 Januari 2022   11:06 Diperbarui: 26 Januari 2022   21:13 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Timnas Putri Indonesia meraih hasil buruk dalam dua laga babak penyisihan grup B Piala Asia Wanita 2022. Di laga pembuka Zahra Muzdalifah dkk, harus menelan malu karena kalah secara telak dari Australia dengan skor 0-18. Sementara di laga kedua, Skuad Garuda Pertiwi kembali kalah telak dengan skor 0-4 dari sesama wakil ASEAN, Thailand.

Sehingga dalam dua laga, gawang Indonesia telah kebobolan sebanyak 22 gol dan ironisnya tim Garuda Pertiwi tidak mampu mencetak sebiji gol pun. Hasil buruk yang diraih oleh Timnas Putri, apakah karena kesalahan Coach Shin Tae-yong (STY)?

Tentu saja tidak, Coach STY tidak ada sangkut pautnya dengan masalah Timnas Putri. Bung Arson masih menanti kritikan pedas dari Haruna Soemitro untuk kebangkitan sepakbola putri Indonesia.

Kemana perginya Pak Haruna Soemitro (HS)? Disaat Timnas Putri butuh dukungan moril atau jika perlu nyinyiran kritik pedas, tetapi Pak HS tidak bersuara. Minimal kita butuh komentar dari Pak Haruna Soemitro atas hasil buruk ini. Tolong beri petunjuk untuk Timnas Putri Pak HS.

Sebelumnya Pak HS, begitu lantang mengkritik kinerja Coach STY karena hanya bisa mempersembahkan gelar Runner Up bagi Timnas Indonesia. Pak HS lebih memilih hasil akhir daripada proses, ia juga berkomentar tidak perlu seorang Coach STY jika ujung-ujungnya hanya jadi nomer dua.

Lalu, jika ada pertanyaan ditujukan kepada Pak HS disebuah acara podcast: lebih baik mana antara "percaya proses" atau "hasil akhir"? Pak HS, pasti memilih jawaban "Hasil Akhir". Nah, kalau hasil akhir seperti nasib tragis Garuda Putri, PSSI atau Pak HS bisa apa?

Apa semua kesalahan harus ditumpahkan kepada Coach Rudy Eka Priyambada, karena ia sebagai pelatih Timnas Putri dan harus bertanggungjawab dengan capaian hasil ini.

Jika kita menarik benang merah, apa sebenarnya penyebab kekalahan Timnas Putri dari Australia. Bung Arson menilai ada lima aspek yang menjadi penyebabnya:

1. Pertahanan Timnas Putri tidak terlalu solid untuk menerima gempuran dari lini serang Australia.

2. Kalah fisik dan kecepatan, pemain Australia dengan mudah mendapatkan bola tanpa mendapatkan tekanan dari pemain Garuda Putri.

3. Mudah kehilangan bola, pemain Garuda Putri sering salah mengumpan dan terburu-buru membuang bola ke depan.

4. Penyelesaian akhir kurang maksimal, Timnas Indonesia sempat mendapatkan dua peluang emas dari Baiq Amiatun dan Zahra Muzdalifah namun gagal dikonversi menjadi gol

5. Kalah kelas, saat ini Tim Putri Australia ada di peringkat 11 dunia Ranking FIFA, jika diibaratkan dengan Timnas Putra, mungkin Asnawi Mangkualam cs, sedang melawan Timnas Portugal ataupun Jerman.

Sementara faktor kekalahan dari Thailand sudah jelas, karena mental pemain Timnas Putri sudah "Kena". Jadi mau dikasih strategi dan taktik apapun kalau mentalnya sudah kena, tinggal nunggu apesnya saja.

Lha mau bagaimana lagi, kalau netizen sudah bergerak, bagaikan bola salju yang terus menggelinding. Sehingga Timnas Garuda Putri dicap sebagai pemain Selebram-lah, malah ketawa-ketiwi berfoto ria dengan pemain terbaik kedua FIFA asal Australia, Samantha Kerr.

Lalu kalau mau menyalahkan hasil buruk Timnas Putri ke siapa dong?

Coach Rudy juga punya peran atas hasil ini, meskipun dia hanya sebagai korban karena datang disaat yang tidak tepat. Seandainya peran pelatih Timnas Putri juga diambil alih oleh Coach STY, pasti Indonesia juga akan menelan dua kekalahan, meskipun kalahnya tidak mungkin setelak 0-18 dan 0-4.

Dengan kompetisi Liga 1 putri tidak ada, pelatih manapun akan kesulitan mencari komposisi ideal untuk pemain yang dipanggil ke Piala Asia Wanita. Bahkan di Timnas Putri hanya ada 4 orang yang mempunyai klub professional, keempat pemain tersebut adalah Sabrina Mutiara (Arema FC), Octavianti Dwi Nurmalita (Persiba), Riska Aprilia (PSS Sleman), dan Shalika Aurelia (Roma Calcio Femminile).

Wahai jajaran petinggi PSSI dan juga Pak HS, dua kekalahan telak dengan kebobolan 22 gol merupakan tamparan keras bagi sepakbola putri Indonesia. Jadikan Piala Asia Wanita sebagai momentum kebangkitan, minimal kita bisa bersaing di kawasan Asia Tenggara tidak kalah dari Thailand, Vietnam, Filipina dan Myanmar.

Yuk, mulai sekarang jangan hanya mengedepankan ego sesaat. Sepakbola putri butuh kerja nyata dari para pengurus PSSI.

1. Mulailah dari mengaktifkan kembali kompetisi Liga 1 Putri.

2. Lakukan pembinaan di level usia dini dengan mengadakan turnamen U-15, U-17, U-19 dan U-21.

3. Gelar kompetisi antar Asprov.

4. Datangkan pelatih berkualitas sekalas Coach STY untuk menangani Timnas Putri.

5. Dan program-program lainnya demi perbaikan sepakbola putri Indonesia, semisal mengirim TC ke luar negeri, Coaching klinik, dll.

Nah, kalau masukan dan kritik dari Pak HS kira-kira apa saja ya, untuk kebangkitan sepakbola putri Indonesia. Kita sebagai pecinta sepakbola tanah air, sangat menantikan sumbangsih saran berupa program-program nyata dan kalau perlu dibuat semacam road map dari Pak HS agar sepakbola putri Indonesia bisa bersaing di tingkat ASEAN dulu sajalah pak, gak usah muluk-muluk.

Kita tunggu ya Pak. Salam Sehat Selalu Pak HS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun