2. Kalah fisik dan kecepatan, pemain Australia dengan mudah mendapatkan bola tanpa mendapatkan tekanan dari pemain Garuda Putri.
3. Mudah kehilangan bola, pemain Garuda Putri sering salah mengumpan dan terburu-buru membuang bola ke depan.
4. Penyelesaian akhir kurang maksimal, Timnas Indonesia sempat mendapatkan dua peluang emas dari Baiq Amiatun dan Zahra Muzdalifah namun gagal dikonversi menjadi gol
5. Kalah kelas, saat ini Tim Putri Australia ada di peringkat 11 dunia Ranking FIFA, jika diibaratkan dengan Timnas Putra, mungkin Asnawi Mangkualam cs, sedang melawan Timnas Portugal ataupun Jerman.
Sementara faktor kekalahan dari Thailand sudah jelas, karena mental pemain Timnas Putri sudah "Kena". Jadi mau dikasih strategi dan taktik apapun kalau mentalnya sudah kena, tinggal nunggu apesnya saja.
Lha mau bagaimana lagi, kalau netizen sudah bergerak, bagaikan bola salju yang terus menggelinding. Sehingga Timnas Garuda Putri dicap sebagai pemain Selebram-lah, malah ketawa-ketiwi berfoto ria dengan pemain terbaik kedua FIFA asal Australia, Samantha Kerr.
Lalu kalau mau menyalahkan hasil buruk Timnas Putri ke siapa dong?
Coach Rudy juga punya peran atas hasil ini, meskipun dia hanya sebagai korban karena datang disaat yang tidak tepat. Seandainya peran pelatih Timnas Putri juga diambil alih oleh Coach STY, pasti Indonesia juga akan menelan dua kekalahan, meskipun kalahnya tidak mungkin setelak 0-18 dan 0-4.
Dengan kompetisi Liga 1 putri tidak ada, pelatih manapun akan kesulitan mencari komposisi ideal untuk pemain yang dipanggil ke Piala Asia Wanita. Bahkan di Timnas Putri hanya ada 4 orang yang mempunyai klub professional, keempat pemain tersebut adalah Sabrina Mutiara (Arema FC), Octavianti Dwi Nurmalita (Persiba), Riska Aprilia (PSS Sleman), dan Shalika Aurelia (Roma Calcio Femminile).
Wahai jajaran petinggi PSSI dan juga Pak HS, dua kekalahan telak dengan kebobolan 22 gol merupakan tamparan keras bagi sepakbola putri Indonesia. Jadikan Piala Asia Wanita sebagai momentum kebangkitan, minimal kita bisa bersaing di kawasan Asia Tenggara tidak kalah dari Thailand, Vietnam, Filipina dan Myanmar.
Yuk, mulai sekarang jangan hanya mengedepankan ego sesaat. Sepakbola putri butuh kerja nyata dari para pengurus PSSI.