Kabar yang sedang hangat di media, terkait Coach Shin Tae-yong (STY) tersinggung akibat mendapatkan kritik dan masukan dari PSSI tengah ramai jadi perbincangan di media sosial. Hal ini tak lepas dari komentar anggota komite eksekutif Haruna Soemitro dalam acara podcast salah satu media online.
Apa sebenarnya salah Coach STY sehingga Haruna Soemitro melontarkan kritik pedas?
Yuk kita baca ulasan "Bung Arson" berikut ini, sambil nyemil roti, gorengan dan nyeruput kopi.
Timnas Indonesia dan Shin Tae-yong saat ini dianggap sebagai pahlawan olahraga Indonesia. Meskipun Timnas Indonesia tidak berhasil meraih titel Juara Piala AFF 2020 di Singapura, setelah kalah dari Thailand di partai final.
Cara dan proses yang dilakukan oleh seorang STY dalam memoles skuad muda Timnas Indonesia patut diacungi jempol. Membawa skuad muda ke Piala AFF 2020, dengan rataan usia 23,8 tahun, Coach STY mampu menyulap anak-anak muda ini bermain penuh determinasi, militan dan terus berjuang hingga peluit akhir.
Bintang tenar semacam, Evan Dimas, Victor Igbonefo dan Fachrudin Aryanto bahkan sempat dicadangkan oleh Coach STY. Itu artinya apa? bahwa Coach STY tak silau dengan kebintangan seorang pemain. Baginya pemain yang menunjukkan kerja keras selama latihan dan sesuai dengan taktik tim, maka pemain tersebut layak menjadi starter.
Selain itu, Coach STY memiliki disiplin tinggi, tak segan ia akan mencoret pemain dari skuad Timnas apabila si pemain melakukan indispliner. Hal ini, yang disukai Ricky Kambuaya dari sosok Coach STY.
Penampilan apik yang ditunjukkan oleh Asnawi Mangkualam dkk, selama kejuaraan Piala AFF 2020 tak hanya mendapat pujian dari pecinta sepakbola tanah air, tetapi media asing juga ikut memuji penampilan apik yang diperlihatkan oleh anak asuh Coach STY.
Sebelumnya tak ada yang menyangka jika Timnas Indonesia akan melaju hingga babak final, bahkan oleh media Malaysia, Timnas Indonesia diprediksi bakalan mentok di babak penyisihan grup. Malaysia dan Vietnam-lah wakil dari Grup B yang akan melaju ke Semifinal Piala AFF 2020.
Sekembalinya ke tanah air, Timnas Indonesia dan Coach STY dielu-elukan oleh pecinta sepakbola tanah air. Tidak hanya itu, segala harapan dibebankan ke pundak Coach STY, agar memberikan prestasi ke Timnas Indonesia.
Harapan fans sepakbola Indonesia, dijawab dengan penuh keyakinan oleh Coach STY. Ia menargetkan mempertahankan gelar Juara Piala AFF U-23 dan Juara Piala AFF 2022. Ketika, seorang STY sudah optimis, maka seluruh stakeholder sepakbola Indonesia wajib mendukungnya.
Nah, akar permasalahan ternyata terjadi ketika PSSI melakukan rapat evaluasi internal, yang membahas evaluasi kinerja Coach STY di Piala AFF 2020.Â
Selain menyampaikan kritik saat mengevaluasi kinerja pelatih Coach STY, Haruna Soemitro juga menyampaikan kritiknya di sebuah acara podcast, yang hingga tulisan ini rilis telah ditonton 150.062 views. Kemudian hal ini menjadi viral, hingga memunculkan tagar, #styStay dan #harunaOut.
Ada beberapa poin yang disalahkan oleh Haruna Soemitro, terkait kinerja Coach STY. Dan disini "Bung Arson", mencoba menjadi pihak netral terkait masalah yang sedang viral ini. Untuk sedikit memberikan masukan terkait masalh tersebut.
1. Haruna Soemitro mempersoalkan terkait prestasi Timnas Indonesia, dulu di Sea Games 2019 Indonesia bisa kalahkan Thailand dengan skor 0-2 di babak penyisihan, kenapa sekarang malah kalah 0-4 di final Piala AFF 2020?
Untuk masalah ini, sebenarnya pecinta sepakbola nasional sudah paham, bahwa regulasi Sea Games menggunakan batasan usia pemain maksimal U-22 ditambah 2 pemain senior.Â
Jika berbicara Timnas kelompok umur, prestasi Timnas Indonesia lumayanlah gak malu-maluin. Sehingga wajar, jika di Sea Games 2019 Indonesia mampu mengatasi Thailand dengan skor 2-0.
Thailand sendiri saat itu tidak memanfaatkan slot dua pemain senior di Sea Games 2019, karena Thailand sedang fokus untuk mempersiapkan diri di kejuaraan Piala Asia U-23 Januari 2020 saat jadi tuan rumah (selisihnya tidak ada 1,5 bulan dengan Sea Games 2019) dan hasilnya tim asuhan pelatih asal Jepang, Akira Nishino, saat itu berhasil lolos hingga babak perempatfinal, sebelum dikalahkan oleh Arab Saudi dengan skor 0-1.
Kemudian kenapa Thailand di final leg pertama Piala AFF 2020, bisa menang telak 4-0. Thailand datang ke Piala AFF 2020 dengan kekuatan terbaiknya, seluruh pemain senior dipanggil demi meraih titel juara.Â
Pemain Thailand pernah punya pengalaman menjadi juara di Piala AFF 2016, saat itu Thailand juga mengubur impian Skuad Garuda untuk jadi juara di partai final.
Di Piala AFF 2020, Coach STY membawa pasukan muda yang miskin pengalaman, sehingga wajar apabila pemain merasa demam panggung dengan atmosfer final di leg pertama, buktinya di leg kedua pemain Timnas Indonesia tidak canggung lagi, sehingga mampu mengimbangi Thailand dengan skor 2-2.
Selain itu, ada pembatasan regulasi antara pihak klub dengan PSSI, dengan dalih Piala AFF bukan kalender resmi FIFA, maka klub berhak menolak melepas pemain ke Timnas, sehingga klub hanya mengizinkan pemainnya dipanggil ke Timnas Indonesia, maksimal hanya dua pemain.
Tidak hanya itu Pak Haruna, sejak saya mengikuti perjalanan Timnas Indonesia dari Sea Games 1995 hingga Piala AFF 2020, untuk level Timnas Senior, Thailand selalu jadi momok menakutkan bagi Skuad Garuda.
Perbedaan Kualitas pemain dan kompetisi Liga, juga berpengaruh terhadap prestasi Timnas suatu negara, kita harus mengakui untuk saat ini kualitas pemain dan kompetisi Liga di Thailand memang lebih baik mutu dan kualitasnya dibandingkan Indonesia.
2. Pak Haruna menyampaikan, Sepakbola itu orang melihatnya hasil prestasi yang dicapai tidak peduli dengan proses, proses tanpa hasil prestasi berarti gagal. Kalau hanya berikan prestasi sebagai runner up, gak perlu Shin Tae-yong.
Maaf pak Haruna, Pak Haruna sebagai pengurus PSSI apakah tahu, prestasi dari sebuah Timnas di suatu negara, sangat dipengaruhi oleh kompetisi dan pembinaan yang dilakukan oleh Federasi. Apakah PSSI sudah menyelenggaran Liga Indonesia dengan baik dan benar? Apakah PSSI telah melakukan pembinaan pemain dengan benar?
Saran juga buat PSSI, jika memang ingin prestasi Timnas Indonesia itu juara di level Senior. Perbaiki dulu sistem kompetisi Liga Indonesia, soal kebijakan pemain asing. Dimana pos pemain asing di posisi vital, seperti penyerang, playmaker, gelandang bertahan, dan Bek di klub Liga 1, didominasi pemain asing.Â
Sehingga sangat wajar, ketika di Piala AFF kemarin Coach STY kesulitan mencari penyerang handal. Terkait Spasojevic, gaya mainnya tidak cocok dengan taktik Coach STY, yang mengharuskan Spaso terus berlari, ia terlihat kecapekan di sesi latihan.
Belum lagi masalah klasik yang selama ini ada, terkait kepemimpinan wasit, jadwal Liga sering berubah-ubah, pemain sering bermain kasar, tingkah polah suporter yang belum bisa menerima kekalahan dengan lapang dada, kabar Juara Liga dan tim degradasi bisa disetting pada era-era sebelumnya dan carut marut lainnya berkaitan dengan kompetisi Liga Indonesia.
Kemudian PSSI juga perlu menyiapkan pondasi penting untuk kompetisi regular pembinaan usia dini, mengaktifkan kompetisi usia dini mulai level U-9 tahun sampai U-23 tahun.Â
Dengan banyaknya kompetisi level usia berjenjang akan menghasilkan banyak pemain potensial, hal ini memudahkan klub dan Timnas untuk menjaring pemain berkualitas.
PSSI juga perlu sesekali melakukan sarasehan atau minimal ngobral santai, dengan tema "PSSI MENDENGAR", yang mengundang perwakilan Wartawan, pengamat bola, suporter, mantan pemain, mantan pelatih, pemain dan pelatih aktif, pelatih Timnas saat ini, serta stakeholder lainnya untuk menghasilkan semua poin penting untuk kemajuan dan peningkatan prestasi Timnas Indonesia di masa depan.
Sehingga tak salah dengan apa yang dilakukan oleh Coach STY, kenapa ia memilih memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk tampil di lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia Juni 2021 di UEA, kemudian di Playoff Kualifikasi Piala Asia 2023 dan terakhir di kejuaraan Piala AFF 2020. Karena Coach STY, menilai bahwa ada yang salah dengan sistem persepakbolaan di Indonesia.
Ketika mental pemain hancur lebur karena kalah 5 kali beruntun dalam Kualifikasi Piala Dunia 2021, apakah salah jika Coach STY mengganti skuad Timnas Senior tersebut.
Dengan membentuk skuad muda, Coach STY telah membangun pondasi kuat untuk masa depan sepakbola Indonesia, yang kelak bisa digunakan hingga 5-8 tahun ke depan. Pratama Arhan, Alfeandra Dewangga, Asnawi Mangkualam, Witan Sulaeman, Ramai Rumakiek, dll. Itu adalah contoh nyata, betapa pedulinya Coach STY terhadap masa depan Sepakbola Indonesia.
Marilah kita nikmati pondasi yang sedang dibangun oleh Coach STY, tinggal kita tunggu hasilnya hingga kontraknya habis di Desember 2023 (apabila PSSI tidak memperpanjang kontrak Coach STY). Ingat kita bukan tim super, yang bisa seenaknya gonta-ganti pelatih layaknya sebuah Timnas di Eropa.Â
Jika pengurus PSSI lebih jeli memperhatikan, setiap ganti pelatih maka akan ganti lagi taktik, strategi dan program yang ditawarkan.
Jika hal ini yang terus berulang, gagal pecat pelatih, gagal pecat pelatih, percaya dengan "Bung Arson" dalam rentang 10 tahun ke depan, Timnas Indonesia tidak akan juara di level senior apabila polanya "Gagal Pecat Pelatih".
Pak Haruna dan Pak Iwan Bule selaku Ketua Umum PSSI, Stop-lah kebiasaan buruk era pengurus sebelumnya, pecat-memecat pelatih Timnas. Kita ini beruntung lho, sekaliber pelatih Top dunia, Coach STY lebih memilih melatih Timnas Indonesia, daripada bergelimang uang dengan melatih salah satu klub di Liga China.Â
Coach STY telah mengorbankan prestasi CV-nya sebagai seorang pelatih jempolan, dengan melatih Timnas Indonesia pelatih asal Korea Selatan ini, sedang mempertaruhkan Rapor CV-nya berubah menjadi merah.
Percayalah kepada Coach STY hingga masa bhaktinya habis di Timnas Indonesia. Meskipun saat ini hanya mampu berikan gelar nomor dua, tapi percayalah di depan sana Coach STY sudah menyiapkan sebuah gelar juara yang nantinya akan dipanen Timnas Indonesia, entah Medali Emas Sea Games ataupun Piala AFF.
Perlu diingat, akibat pandemi covid-19, efektif Coach STY baru bekerja mulai Mei 2021, meskipun ia dikontrak per Akhir Desember 2019.
3. Pak Haruna menyampaikan Shin Tae-yong tidak memberikan dampak positif kepada klub
Untuk masalah ini, "Bung Arson" tidak berani menjawab secara valid. Karena info dari Pak Haruna belum ada pertemuan antara Coach STY dengan 18 pelatih klub Liga 1, padahal di era Luis Milla pertemuan ini pernah dilakukan.
Sementara ketika "Bung Arson" melihat tayangan Youtube dengan judul : SHIN TAE YONG TERSINGGUNG, GIMANA NASIB TIMNAS? - DEPDAGRI - EPS 102. Melalui pengamat bola Hanif Marjuni, yang mempunyai teman orang dalam di PSSI, menyampaikan jika Coach STY pernah melakukan pertemuan dengan pelatih Klub Liga 1, hanya saja mungkin hasilnya belum maksimal.
"Bung Arson" hanya menyarankan, jika memang Coach STY belum melakukan hal tersebut, maka PSSI perlu menjembatani untuk melakukan pertemuan antara Coach STY dengan 18 pelatih klub Liga 1. Hal ini sangat penting dilakukan agar Coach STY dapat memberikan masukan kepada pelatih klub Liga 1, bagaimana cara melatih dan menangani pemain agar ketika pemain itu masuk Timnas, pemain tersebut sudah siap. Hal ini berkaitan dengan disiplin pemain, pola makan pemain, taktik dan cara bermain, serta soal penggemblengan fisik pemain.
Sehingga coach STY dan klub, bisa seragam dan selaras dalam memoles pemain, sehingga tidak ada perbedaan signifikan terkait pola bermain di klub dan di Timnas.
Jika kemarin belum ada pertemuan, antara Coach STY dengan 18 pelatih klub Liga 1, kemungkinan karena terkendala pandemi covid-19, dimana dilarang melakukan aktivitas yang menimbulkan kerumunan atau dilarang melakukan pertemuan dengan banyak orang di hotel. Jika memang belum ada, agenda ini wajib segera laksanakan.
4. Pak Haruna tidak setuju terkait program Naturalisasi
Program ini, bukan barang baru bagi Timnas Indonesia. Sejak Piala AFF 2010, PSSI telah melakukan program naturalisasi pemain. Dari era Cristian Gonzalez hingga yang terbaru Jordi Amat, dkk (masih dalam proses).
Program naturalisasi menimbulkan pro dan kontra, pihak kontra mengatakan hal ini akan menghambat talenta muda Indonesia untuk menembus skuad Timnas Indonesia. Sedangkan bagi pihak yang Pro, program naturalisasi akan memberikan dampak prestasi luar biasa untuk perkembangan Timnas Indonesia.
Terkait Naturalisasi "Bung Arson" Netral duduk di tengah-tengah, tidak pro dan juga tidak menolak. Jika berbicara dalam konteks setuju, memang harus diakui saat ini level Timnas Senior masih ketinggalan jika dibandingkan dengan Vietnam maupun Thailand. Melihat potensi pemain yang ada saat ini, belum menggaransi Timnas Indonesia bisa juara di Tahun 2022.
Melihat target yang diemban Coach STY di tahun 2022 sangat berat, tak  ada salahnya jika Coach STY meminta kepada PSSI untuk menaturalisasi sejumlah pemain, sesuai dengan taktik dan pola permainan Timnas Indonesia saat ini.Â
Tambahan 4 pemain naturalisasi seperti, Sandy Walsh, Jordi Amat, Mees Hilgers dan Ragnar Oratmangoen, serta tambahan tenaga baru rasa lama dari Marc Klok. Membuat Skuad Garuda lebih mentereng untuk menghadapi lawan-lawan berat di Kualifikasi Piala Asia 2023.
Jika berbicara dalam konteks tidak setuju, program naturalisasi bisa menghambat karier pemain lokal. Program naturalisasi hanya semacam obat sesaat, yang bisa memberikan penyembuhan luka, agar Timnas Senior bisa juara.Â
Program naturalisasi sangat cocok untuk prestasi jangka pendek. Jika melihat kondisi Skuad Garuda saat ini, program naturalisasi di PSSI sangat tepat dilakukan.
Hanya empat pertanyaan itu, yang bisa "Bung Arson" bantu menjawab terkait penyataan kontroversi dari Haruna Soemitro. Apa yang telah Coach STY lakukan untuk Timnas Indonesia saat ini, tidak ada yang salah. Malah sebaliknya, Coach STY telah memberikan harapan dan optimisme bagi masa depan sepakbola Indonesia.
Semoga Coach STY tidak tersinggung dengan pernyataan Kontroversi Haruna Soemitro dan PSSI segera memberi teguran kepada Haruna Soemitro terkait kritiknya kepada Coach STY yang menimbulkan kegaduhan.
Tetap Semangat Coach
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H