Richard Mainaky, pelatih kepala ganda campuran pelatnas Cipayung memutuskan akan pensiun melatih Praveen Jordan, dkk. Ini menjadi kabar buruk, bagi perbulutangkisan Indonesia, karena ia pelatih yang sangat sukses dengan segudang prestasi Internasional. Akan sangat sulit mencari sosok penggantinya.
Richard Mainaky, secara resmi telah mengajukan surat permohonan mengundurkan diri dari pelatnas kepada pengurus PBSI per tanggal 27 September 2021. Hal ini juga dipertegas oleh Ketua Bidang Humas dan Media, Broto Happy, bahwa PBSI telah menerima surat pengunduran diri dari Richard Mainaky.
Kabar ini sebenarnya sudah lama berhembus di media, karena memang sejak lama Richard berencana akan pensiun sejak tahun 2020 usai Olimpiade Tokyo 2020. Namun, karena Olimpiade Tokyo 2020 tertunda selama setahun akibat pandemi covid-19, Richard Mainaky pun menunda pensiunnya.
Setelah gelaran Olimpiade Tokyo 2020 telah usai, rencana pensiun Richard kembali diapungkan dan saat ini rencana tersebut benar-benar nyata. Per tanggal 27 September 2021 setelah ajang Piala Sudirman, ia sudah tidak aktif sebagai pelatih kepala ganda campuran pelatnas Cipayung.
Walaupun Badminton Lovers Indonesia (BLI) telah mendengar kabar rencana pensiun Richard, namun dengan adanya kabar resmi ini, tetap saja membuat BLI merasa kehilangan akan sosok Richard yang terkenal dengan karakter kerasnya.
Sebagai pelatih yang telah mengabdikan diri selama kurang lebih 26 tahun, dengan awal karir di tahun 1995 sebagai asisten pelatih Imelda Wigoena.
Selama 26 tahun pengabdiannya sebagai pelatih, ia telah banyak menyumbangkan gelar dan menelurkan pemain-pemain hebat di sektor ganda campuran. Mulai dari, Tri Kusharjanto / Minarti Timur hingga saat ini ada  Praveen Jordan / Melati Daeva Oktavianti.
Apa sebenarnya yang mendasari pelatih berusia 56 tahun ini, memutuskan mengundurkan dari pelatih ganda campuran, sektor yang mana telah membesarkan namanya ini. Alasan utama Richard Mainaky, mundur karena alasan ingin lebih dekat dengan keluarga.
Ia ingin pulang ke Manado, Sulawesi Utara dan menjalani kehidupan sehari-hari bersama keluarga tercintanya. Keluarga selama ini telah banyak berkorban demi kesuksesan karir pelatih Richard Mainaky di Pelatnas Cipayung.
Selama berkarir sebagai pelatih, waktunya telah banyak dihabiskan di Pelatnas Cipayung, sejak pukul 6 pagi hingga pukul 6 sore, bahkan terkadang sampai pukul 7 malam ia masih berada di sana.
Richard telah Menyusun rencananya setelah sekembalinya ia di Manado, Richard akan membantu istri dan anaknya mengurus restoran di Manado dan ke depan, ia juga akan membuka sekolah Bulutangkis di Manado.
Pelatih yang selama di Pelatnas Cipayung, terkenal menerapkan kedisiplinan menjadi hal utama yang harus diperhatikan oleh atlet dan  memberikan pola latihan keras serta tak segan terkadang memberikan hukuman kepada atlet yang tak disiplin.
Dengan cara ini Richard berhasil mengangkat pamor ganda campuran Indonesia menjadi sektor yang disegani hingga saat ini.
Deretan prestasi terbaik telah ia persembahkan untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah perbulutangkisan dunia. Gelar-gelar prestise telah ia persembahkan, Mulai dari gelar medali emas Olimpiade, juara Kejuaraan Dunia dan juara All England.
Richard Mainaky telah mempersembahkan satu medali emas Olimpiade Rio 2016, melalui pasangan andalannya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Kemudian ada dua medali perak dari Olimpiade Sydney 2000 yang diraih oleh pasangan Tri kusharjanto/Minarti Timur dan Olimpiade Beijing 2008 melalui pasangan Nova Widianto/Lilyana Natsir.
Sementara dari gelar juara Kejuaraan Dunia, dipersembahkan oleh pasangan terbaik Indonesia saat itu, Nova Widianto/Liliyana Natsir pada tahun 2005 dan 2007 serta melalui pasangan ganda campuran terbaik lainnya, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada tahun 2013 dan 2017.
Dari gelar prestise lainnya, yaitu jura All England, Richard Mainaky mendapatkan 5 gelar, masing-masing diraih oleh pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Dan dua lainnya diraih lewat pasangan, Praveen Jordan/Debby Susanto pada tahun 2016 dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti pada tahun 2020.
Berbicara mengenai momen terburuk yang pernah dialami oleh Richard Mainaky, dari hasil wawancara dengan CNNIndonesia. Raihan medali perak Olimpiade Sydney 2000 dan medali perak Olimpiade Beijing 2008 merupakan momen terburuknya.
Saat Olimpiade Sydney 2000, pasangan Tri kusharjanto/Minarti Timur saat itu lagi jaya-jayanya. Diprediksi meraih medali emas, hasilnya malah anti klimaks, mereka hanya mampu mempersembahkan medali perak setelah di final kalah dari pasangan ganda campuran asal China, Zhang Jun/Gao Ling.
Sementara di Olimpiade Beijing 2008, pasangan ganda campuran Indonesia yang saat itu juga sedang berasa di puncak performa, yaitu Nova Widianto/Lilyana Natsir gagal mempersembahkan medali emas, karena di final kalah dari pasangan ganda campuran asal Korea Selatan, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung.
Kegagalan ini, tambah menyakitkan setelah Flandy Limpele/Vita Marissa kalah di semifinal, juga dari pasangan Korea Selatan tersebut, sehingga gagal menciptakan All Indonesia Final, padahal potensi itu ada. Sehingga ia dapat medali perak lagi, selepas raihan medali perak dari Olimpiade Sydney 2000.
Jadi seharusnya ia bisa memberikan raihan tiga medali emas Olimpiade. Tapi karena kurang beruntung ia hanya mendapatkan satu medali emas dan ia sempat merasa gagal dengan hasil yang ia dapatkan dari Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Beijing 2008.
Sebenarnya ada satu momen buruk lagi, jika Richard Mainaky melakukan flashback, yaitu momen Olimpiade London 2012. Dimana saat itu, pasangan ganda campuran terbaik Indonesia yang sedang dalam performa top Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gagal memenuhi ekspektasi.
Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir kalah dipartai semifinal dari pasangan ganda campuran asal China, Xu Chen/Ma Jin dan ketika perebutan medali perunggu mereka kalah dari pasangan asal Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.
Namun, kegagalan dari Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir mereka tebus dengan medali emas Olimpiade Rio 2016, setelah mengalahkan pasangan asal Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.
Pelatih yang tak segan-segan memberikan hukuman kepada pemainnya, berupa Surat Peringatan (SP), SP1 bahkan SP3 ini, mempunyai harapan terakhir di akhir masa bhaktinya. Richard ingin, anak didiknya berhasil memberikan konstribusi kepada tim Piala Sudirman untuk meraih gelar juara Piala Sudirman yang telah lama dinantikan oleh bangsa Indonesia.
Mengenai siapa calon penggantinya, Richard Mainaky menyebut asisten pelatihnya saat ini yang juga mantan anak didikya, yaitu Nova Widianto sangan cocok untuk mengantikannya, karena Richard telah mempersiapkan Nova menjadi pelatih kepala ganda campuran, selepas ia pensiun.
Alasan Richard memilih Nova, karena ia telah lama menjadi asisten pelatih Richard. Sebagai asisten pelatih, Nova juga sudah berhasil membuktikan diri dengan berhasil membawa anak didiknya meraih gelar juara dunia junior dan juara asia junior. Selain itu pengalaman Nova sebagai pemain yang telah berhasil meraih dua kali gelar juara Kejuaraan Dunia dan medali perak Olimpiade Beijing 2008.
Sebenarnya tanda-tanda Richard memberikan tongkat estafet pelatih ganda campuran kepada Nova Widianto, terlihat di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Richard memberikan tanggung jawab penuh kepada Nova untuk mendampingi Praveen Jordan / Melati Daeva Oktavianti selama kejuaraan Olimpiade berlangsung.
Sementara PBSI, belum membahas mengenai calon pengganti bagi Richard Mainaky, alasan PBSI karena Richard masih akan tetap melatih ganda campuran hingga mendekati akhir September selepas Piala Sudirman. Kepeutusan mengenai siapa calon penggantinya harus dirapatkan terlebih dahulu oleh pengurus PBSI. Hal ini disampaikan oleh, Ketua Bidang Humas dan Media, Broto Happy.
Tak lupa, Richard berpesan kepada asisten pelatihnya atau siapapun yang akan menggantikannya serta kepada pemain, jangan hitung-hitungan soal waktu Latihan tambahan. Jika merasa masih kurang, tambahlah sendiri porsi latihan dengan membuat janji Latihan dengan pemain maupun pelatih, karena disiplin, ketekunan, dan usaha keras tidak akan menghianati hasil akhir.
Selamat purna tugas coach per 27 September 2021, terimakasih atas sumbangsih prestasimu, serta regenerasi sektor ganda campuran yang tak pernah berhenti seperti halnya sektor ganda putra.
Salam Olahraga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H