Selama berkarir sebagai pelatih, waktunya telah banyak dihabiskan di Pelatnas Cipayung, sejak pukul 6 pagi hingga pukul 6 sore, bahkan terkadang sampai pukul 7 malam ia masih berada di sana.
Richard telah Menyusun rencananya setelah sekembalinya ia di Manado, Richard akan membantu istri dan anaknya mengurus restoran di Manado dan ke depan, ia juga akan membuka sekolah Bulutangkis di Manado.
Pelatih yang selama di Pelatnas Cipayung, terkenal menerapkan kedisiplinan menjadi hal utama yang harus diperhatikan oleh atlet dan  memberikan pola latihan keras serta tak segan terkadang memberikan hukuman kepada atlet yang tak disiplin.
Dengan cara ini Richard berhasil mengangkat pamor ganda campuran Indonesia menjadi sektor yang disegani hingga saat ini.
Deretan prestasi terbaik telah ia persembahkan untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah perbulutangkisan dunia. Gelar-gelar prestise telah ia persembahkan, Mulai dari gelar medali emas Olimpiade, juara Kejuaraan Dunia dan juara All England.
Richard Mainaky telah mempersembahkan satu medali emas Olimpiade Rio 2016, melalui pasangan andalannya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Kemudian ada dua medali perak dari Olimpiade Sydney 2000 yang diraih oleh pasangan Tri kusharjanto/Minarti Timur dan Olimpiade Beijing 2008 melalui pasangan Nova Widianto/Lilyana Natsir.
Sementara dari gelar juara Kejuaraan Dunia, dipersembahkan oleh pasangan terbaik Indonesia saat itu, Nova Widianto/Liliyana Natsir pada tahun 2005 dan 2007 serta melalui pasangan ganda campuran terbaik lainnya, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada tahun 2013 dan 2017.
Dari gelar prestise lainnya, yaitu jura All England, Richard Mainaky mendapatkan 5 gelar, masing-masing diraih oleh pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Dan dua lainnya diraih lewat pasangan, Praveen Jordan/Debby Susanto pada tahun 2016 dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti pada tahun 2020.
Berbicara mengenai momen terburuk yang pernah dialami oleh Richard Mainaky, dari hasil wawancara dengan CNNIndonesia. Raihan medali perak Olimpiade Sydney 2000 dan medali perak Olimpiade Beijing 2008 merupakan momen terburuknya.
Saat Olimpiade Sydney 2000, pasangan Tri kusharjanto/Minarti Timur saat itu lagi jaya-jayanya. Diprediksi meraih medali emas, hasilnya malah anti klimaks, mereka hanya mampu mempersembahkan medali perak setelah di final kalah dari pasangan ganda campuran asal China, Zhang Jun/Gao Ling.