Setiap manusia tidak pernah tahu, kemana takdir akan membawa kita dalam mengarungi kehidupan ini. Begitu juga yang berkaitan dengan jodoh, apabila dua insan manusia berjodoh maka akan berlanjut ke jenjang pernikahan. Terkadang sudah menjalin hubungan sangat lama, tetapi jika tak berjodoh akan kandas ditengah jalan. Sebaliknya, baru menjalin hubungan beberapa bulan karena ditakdirkan berjodoh akan berlanjut ke pernikahan.
Setelah memasuki jenjang pernikahan, jika tak berjodoh pun akan kandas di tengah jalan. Tetapi jika berjodoh pernikahannya akan langgeng, hingga kematian yang memisahkan pasangan tersebut. Itulah rahasia Allah, kita tidak akan pernah tahu, Tetapi kita harus menjalaninya dengan sepenuh hati.
Dalam era sepakbola modern saat ini, menggambarkan jodoh yang langgeng atau serasi sangat langka kita temukan. Sang pemilik klub, menginginkan hasil instan atau prestasi sebagai tujuan akhir. Bagi klub besar pelatih dituntut untuk selalu memberikan gelar setiap tahun, sementara bagi tim medioker gelar bukan tujuan utama bisa bertahan tidak turun kasta / terdegradasi itu sudah menjadi capaian luar biasa.
Kabar pemecatan Mauricio Pochettino dari kursi pelatih Tottenham Hotspur, menjadi sebuah bukti bahwa pemilik klub tidak sabar dengan raihan hasil yang didapatkan oleh sang pelatih. Sehingga solusi terbaik untuk kedua belah pihak dengan cara perpisahan. Sebelumnya, Pochettino sudah melalui musim yang luar biasa bersama spurs dengan membawa spurs selalu berada di jalur 4 besar dan menjadi penantang gelar juara liga Inggris. Bahkan musim lalu, secara mengejutkan membawa spurs ke final liga champions sebelum dikalahkan oleh Liverpool dengan skor 0-2.
Contoh sempurna, pasangan serasi dalam era sepakbola modern saat ini, perjodohan antara Manchester United dan Sir Alex Ferguson. Takdir telah mempertemukan mereka dalam kisah sempurna, selama 26 tahun menukangi Manchester United Sir Alex mempersembahkan 13 gelar liga Inggris, 5 piala FA, 4 piala Liga, 10 piala Community Shield, 2 Piala liga Champions, 1 piala super UEFA, 1 piala Intercontinental dan 1 piala juara dunia antar klub.
Dalam era sepakbola modern, pencapaian Sir Alex melatih sebuah klub selama 26 tahun adalah hal yang langka. Saat ini, sepakbola adalah sebuah industri, pemilik klub tidak akan memberi waktu lama jika pelatih gagal memberikan gelar atau prestasi. Begitu juga sebaliknya, jika pelatih tersebut sukses akan banyak klub yang mengincarnya.
Contoh lain, perjodohan instan yang diidamkan oleh seluruh klub di dunia, yaitu ketika Claudio Ranieri membawa Leicester City menjadi juara liga Inggris musim 2015 / 2016. Tidak banyak yang memprediksi Leicester City, dengan skuad biasa-biasa saja akan jadi juara dibawah arahan pelatih Claudio Ranieri. Semua klub menginginkan jalan takdir seperti kisah Claudio Ranieri dan Leicester City, yang langsung juara di musim perdananya  melatih klub medioker.
Akan tetapi, kisah Claudio Ranieri pun tak sempurna. Bagai peribahasa, habis manis sepah dibuang. Setelah berhasil membawa Leicester City Juara, musim berikutnya dipecat pemilik klub, karena Leicester City hampir terdegradasi. Ini menjadi contoh, bahwa klub tidak sabar dalam menunggu raihan prestasi dari pelatih. Pemilik klub khawatir, jika pelatih tidak segera dipecat klub yang akan menanggung masalah dikemudian hari.
Musim ini, di liga Inggris sedang ada 2 pasangan klub yang sedang menjalani periode bulan madu. Yang pertama adalah Liverpool dengan Jurgen Klopp, setelah musim lalu hanya finish diperingkat 2 di bawah Manchester City dan hanya berjarak selisih 1 poin. Setelah juara liga Champions musim lalu, Liverpool dan Jurgen Klopp lebih siap musim ini untuk menantang Manchester City dalam perebutan gelar liga Inggris. Dan terbukti musim ini, hingga pekan ke-12 Liverpool meninggalkan para pesaingnya dalam perburuan gelar liga Inggris musim ini.
Pasangan kedua, yang sedang menjalani periode bulan madu adalah Leicester City dan Brendan Rodgers. Saat ini, Leicester City menempati posisi kedua berjarak 8 poin dari Liverpool. Akhir Februari 2019, Leicester City pisah jalan dengan manajer sebelumnya, yaitu Claude Puel, untuk digantikan dengan  Brendan Rodgers. Saat itu, suasana ruang ganti Leicester City sedang dalam kondisi tidak kondusif. Hubungan antara pemain dan pelatih tidak harmonis, contohnya Jamie Vardy tidak suka dengan gaya bermain lambat yang diterapkan Puel.
Brendan Rodgers memulai debutnya melatih di Leicester City dengan kekalahan atas Watford. Namun, Brendan Rodgers kemudian mampu memperbaiki pada 4 pekan berikutnya dengan meraih 4 kemenangan beruntun. Leicester City kemudian mengakhiri musim di peringkat ke-9 musim lalu.
Permasalahan yang dianalisa oleh Brendan Rodgers musim lalu dari skuadnya adalah masalah daya tahan. Ini terlihat dari pemainnya, akan cenderung melakukan kesalahan saat menit-menit akhir pertandingan akibat daya tahan yang menurun. Hal ini didukung dengan laporan tim kepelatihan Leicester City saat ditangani Clude Puel yang sangat minim intensitas saat berlatih di markas latihan Leicester City.
Selama persiapan pra musim, Brendan Rodgers telah mempersiapkan timnya lebih baik dengan latihan intensitas tinggi, sehingga pemain telah siap untuk tersiksa saat latihan. Para pemain harus berjuang untuk mencapai level tertinggi selama latihan. Saat pemain merasa kesulitan saat latihan, maka saat bertanding mereka siap dan mendapat manfaat dari hasil latihan tersebut.
Meski menerapkan latihan yang berat, Rodgers tidak menempatkan dirinya sebagai pelatih keras yang memaksa pemainnya melakukan yang dia inginkan. Seperti yang kita lihat saat ia di pinggir lapangan, Rodgers saat melatih pemain juga merupakan seorang yang tenang dan murah senyum. Ia tetap berusaha untuk berada dekat dengan para pemainya.
Erik Sviatchenko, salah seorang staf yang bekerja bersama Rodgers saat menangani Celtic mengatakan, "Selama 18 bulan saya bekerja bersamanya (Rodgers), ia selalu terlibat dengan aktivitas bersama para pemain dan selalu tersenyum sehingga membangun suasana yang menyenangkan. Ia menginginkan kita mengeluarkan yang terbaik. Ia akan mengingatkan kita jika melakukan kesalahan hingga 2-3 kali. Ia sangat tenang, saya jarang mendengar ia berteriak dan marah. Hal ini membuat para pemain hormat kepadanya."
Tidak hanya kepada para pemain, Rodgers juga menerapkan kepada para stafnya untuk menunjukkan etos kerja yang sama. Ia percaya, ketika tim internalnya menunjukkan etos kerja yang baik, hal tersebut akan menular kepada para pemainnya. Para staf sudah berkumpul sejak pagi hari untuk mempersiapkan sesi latihan gym dan angkat beban di pagi hari.
Hasilnya, Leicester City kini berada di posisi kedua klasemen sementara dengan 26 poin. Hasil tes tim sains olahraga Leicester City kepada striker Jamie Vardy bahkan menunjukkan bahwa kondisi striker yang kini berusia 32 tahun ini lebih bugar dibanding kondisinya saat 4 tahun lalu, termasuk dalam hal kecepatan dan kekuatan. Hal ini dibuktikan Vardy, dengan menjadi top skor sementara dengan torehan 11 gol.
Ditambah lagi Rodgers memiliki pasukan muda dengan talenta Luar biasa. Ia memiliki Caglar Soyuncu di lini belakang. Soyuncu mampu menggantikan Harry Maguire yang pindah ke Manchester United musim ini. Di lini tengah, duet gelandang Youri Tielemans dan James Maddison membuat suplai bola mengalir lancar ke lini depan.
Liga Inggris musim ini memang masih sangat panjang. Tetapi dengan apa yang diperlihatkan oleh Leicester City dan Brendan Rodgers saat ini, menunjukkan bahwa pasangan ini sangat sempurna, dan periode bulan madu ini sedang mereka nikmati. Jika periode bulan madu ini, sukses mereka lewati hingga akhir musim. Paling tidak posisi 4 besar dalam genggaman.Â
Kemudian berapa lama, Brendan Rodgers dapat bertahan di Leicester City tergantung dari raihan prestasi yang diraih oleh sang pelatih. Dan juga tergantung Leicester City mampu mempertahankan sang pelatih dari godaan klub-klub besar yang ingin meminangnya.
Salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H