Banyak organisasi menghadapi tantangan dalam mengukur kepuasan kerja secara akurat, karena definisi kepuasan dapat berbeda di antara berbagai orang dalam suatu organisasi.
Meskipun ada kepercayaan yang tersebar luas, penelitian menunjukkan bahwa karyawan yang berkinerja tinggi tidak merasa puas dengan pekerjaan mereka hanya karena jabatan tinggi atau kenaikan gaji.
Kurangnya korelasi ini merupakan keprihatinan yang signifikan bagi organisasi karena penelitian juga mengungkapkan bahwa penerapan praktik SDM positif menghasilkan keuntungan finansial bagi organisasi.
Pekerjaan seseorang lebih dari sekadar kegiatan menyeret kertas, menulis kode pemrograman, menunggu pelanggan, atau mengendarai truk.
Pekerjaan membutuhkan interaksi dengan rekan kerja dan bos, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup dengan kondisi kerja yang sering kurang dari ideal, dan sejenisnya.
Ini berarti bahwa penilaian karyawan tentang seberapa puas atau tidak puasnya dia dengan pekerjaannya merupakan penjumlahan yang kompleks dari sejumlah elemen pekerjaan yang berbeda.
Pendekatan yang paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan kerja karyawan adalah;
1. Peringkat Global Tunggal
2. Skor Penjumlahan
- Survei Diagnostik Pekerjaan.
- Indeks Kepuasan Kerja.
- Survei Kepuasan Kerja.
- Kuesioner Kepuasan
- Kepuasan Kerja Sehubungan dengan Harapan.
- Kepuasan Kerja Global.
- Indeks Deskriptif Pekerjaan (IDP).
Peringkat Global Tunggal
Metode penilaian global tunggal tidak lebih dari meminta individu untuk merespons satu pertanyaan seperti, "Semua hal dipertimbangkan, seberapa puaskah Anda dengan pekerjaan Anda?