Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - lecturer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kualitas dan Popularitas Caleg serta Swadaya Rakyat

24 November 2018   13:14 Diperbarui: 24 November 2018   13:54 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: dakwatuna

Aktif dalam penulisan di media dan selanjutnya terlibat sebagai pembicara dalam seminar-seminar atau diskusi yang menyangkut masalah-masalah sosial politik juga akan menaikkan pamor seseorang di dalam masyarakat. Apabila rekam jejak positif sudah terbentuk maka jalan menuju peran sebagai wakil rakyat akan relatif lebih mudah.

Swadaya Rakyat

Partai-partai politik yang selama ini menguasai Senayan pada umumnya memasang tarif pendaftaran sebagai caleg yang gila-gilaan. Mulai dari ratusan juta hingga milyaran rupiah. Pensyaratan menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh para caleg, benar-benar membelalakkan  mata. Hal yang sangat mustahil bagi rakyat kecil (baca miskin materi) untuk bisa menjadi wakil rakyat meskipun mereka memiliki idealisme serta visi-misi yang memperjuangkan kepentingan rakyat kecil.

Memang sudah ada beberapa partai yang menerapkan prinsip berpolitik tanpa mahar, tetapi biasanya hanya terbatas pada biaya pencalonan. Padahal seperti kita ketahui untuk bisa terlibat dalam pemilu dan berusaha untuk terpilih butuh kampanye, butuh pengadaan saksi di TPS dan lain-lain. Semua itu butuh biaya yang tidak sedikit.

Para intelektual muda, fresh graduate, yang miskin materi kadang merasa hanya bisa bermimpi untuk bisa menjadi wakil rakyat. Hal ini lah yang kemudian memunculkan kelompok generasi muda yang frustrasi dan berujung pada keengganan untuk terlibat di dalam sistem serta kemudian memilih menjadi golput.  Kalau situasi seperti ini terus terjadi tentu membahayakan sistem politik negara ini. Generasi tua yang berada di dalam sistem terus memegang kendali negeri ini dan kita semua tahu, kekuasaan yang berlangsung lama cenderung menjadi korup.

Nah, situasi inilah yang memunculkan gagasan bagaimana kalau pencalegan dilakukan secara swadaya rakyat artinya warga masyarakat dari kelompok dan daerah tertentu mengadakan patungan untuk menempatkan wakil mereka di parlemen. Seseorang atau beberapa orang yang oleh rakyat dianggap berpotensi  memperjuangkan rakyat kecil dibiayai secara patungan dan tentu dibuat kesepakatan tertulis agar dia pada saatnya benar-benar menjalankan tugasnya sebagai wakil yang membiayainya (rakyat kecil).  Kesepakatan tertulis juga harus dibuat dengan partai yang dipakai untuk kendaraan politiknya. Mekanisme ini bisa diatur sesuai dengan kesepakatan daerah masing-masing serta kemampuan rakyatnya.

Para caleg-caleg muda yang masih penuh idealisme dan relatif belum terkontaminasi dengan sistem yang korup bisa ditempatkan sebagai wakil rakyat. Mereka dibiayai sehingga pada gilirannya dia bisa memperjuangkan kepentingan rakyat yang membiayainya. Selama ini pasti juga sudah terjadi kesepakatan seperti itu oleh para caleg, namun bukan dengan rakyat pemilih namun dengan para pebisnis, tetapi tentu ujungnya hanya memperjuangkan kepentingan bisnis dan cenderung tidak memiliki etika politik yang baik.

Gagasan ini sebenarnya paling tepat kalau undang-undang Pemilu mengijinkan penempatan wakil rakyat dari kelompok independen, tetapi karena belum ada kemungkinan itu maka tidak ada jeleknya kita gunakan partai politik sebagai kendaraannya. Hanya dikemudian hari harus diperjuangkan kemungkinan adanya wakil rakyat dari kelompok independen kalau partai-partai politik masih hanya mementingkan kelompoknya sendiri seperti saat ini.

Dengan cara ini pula memungkinkan para caleg untuk tidak perlu mengkampanyekan dirinya sendiri melainkan justru dikampanyekan oleh rakyat pendukungnya. Rakyat pasti akan lebih antusias melaksanakan Pemilu. Mereka akan benar-benar berjuang keras untuk menempatkan wakilnya di parlemen dan tidak sekadar berkampanye untuk mendapatkan uang serta atribut partai dari para caleg maupun partai. Keperluan kampanye  para caleg justru dipersiapkan oleh para pendukungnya. Pada gilirannya nanti para caleg yang duduk di parlemen harus benar-benar taat pada kepentingan rakyat yang mendukungnya sekaligus membiayainya. Tidak boleh seenaknya sendiri.  Sungguh pesta demokrasi yang indah.

Paparan di atas mungkin hanyalah gagasan gendheng dari orang yang tidak mudheng politik praktis tetapi masih memiliki keprihatinan terhadap carut marut negeri ini dan berharap negeri ini menjadi semakin beradab. Salam demokrasi ala saya . Merdeka!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun