Mengekspresikan kritik sosial atau politik bisa disampaikan dengan kata-kata lugas pedas, kalimat nyinyir menyindir atau kocak menertawakan.
topengmu topengnya topeng mereka sama saja
aku tak membutuhkannya
kepalsuan yang menjijikkan memuakkan
aku tahu yang kau butuhkan dari kami
dukungan keserakahanmu ..... (lugas pedas)
di pangkuan si mbok aku tengadah
kunikmati nasi daur ulang dengan syukur
di atas sana berlalu lalang kehidupan mewah
sementara kehidupan kami semakin hancur .... (nyinyir menyindir)
si Anu busuk sebusuk kata kutuk
si Anu culas seculas kalimat penuh bias
si Anu sombong sesombong perilaku gembong
si Anu pelit sepelit para penguasa bak tukang kredit
si Anu pemarah sepemarah para pejabat tukang jarah
si Anu kejam sekejam politisi asal menggenggam
si Anu sadis sesadis wakil rakyat kolektor gadis
si Anu lebai selebai wanita yang sok aduhai
si Anu jorok sejorok pengacara bobrok
si Anu penuding berbau pesing
si Anu berduri bak Sengkuni
si Anu koruptor ulung
si Anu si Aku si Apa ..... (kocak menertawakan)
Sedangkan ungkapan kecintaan terhadap alam memang selalu diekspresikan dengan kata-kata indah, lugas dan sarat pujian.
pada keindahan puncak giri kita sambut surya dini
memerah saga hangatkan insan di kerinduan hati
menggamit sisi jiwa merambahi sukma damai asa
jemari memaknai lembut kabut indah sempurna ..... (lugas pujian)
Tentu masih banyak contoh-contoh kebebasan ekspresi dalam berbagai bentuk puisi. Terlalu banyak untuk disebutkan di ulasan ini.Â