Mohon tunggu...
Sonti Soraya Sinaga
Sonti Soraya Sinaga Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

a full time officer, sometimes a traveller

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

8 Hari Menikmati Jepang di Akhir Musim Semi

2 Agustus 2016   17:21 Diperbarui: 2 Agustus 2016   19:31 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bunga Wisteria di depan Kameidoten Shrine yang tak lagi mekar (dokumentasi pribadi)

Destinasi pertama kami di hari Senin itu adalah Fushimi Inari-taisha, yang jadi destinasi favorit di Kyoto, karena terkenal dengan barisan torii gate yang berjajar hingga puncak gunung Inari, dan pernah menjadi lokasi shooting film Memoirs of a Geisha (2005). Tahun sebelumnya saya dan Marven sudah ke tempat ini dan sudah menyusuri barisan torii gate yang panjang itu hingga ke puncak gunung Inari dan menikmati pemandangan kota Kyoto dari sana. Sedangkan Galo baru pertama kali ke Jepang, sehingga dia terpaksa naik sendirian, sedangkan saya dan Marven menunggu di bawah.

thousand of torii gate at Fushimi Inari-taisha (dok. pribadi)
thousand of torii gate at Fushimi Inari-taisha (dok. pribadi)
Biaya masuk ke tempat ini gratis. Sama seperti tahun sebelumnya, kami datang ke kuil itu pagi sekali agar tidak terlalu ramai dan nyaman untuk berfoto-foto sambil berjalan menyusuri torii gate. Semakin siang, kami lihat pengunjungnya semakin banyak, hingga akhirnya sekitar pukul 10 Galo sudah turun kembali. Kami masih menunggu dia beristirahat sebentar sambil melihat toko-toko souvenir di bagian depan kuil, di mana kita bisa membeli miniatur torii gate.

Pukul 10.30 kami beranjak ke kuil Kinkakuji. Untuk menuju tempat itu, kami harus menumpang bus kota. Kami sempat salah destinasi, karena salah mendengar tujuan. Kami baru tahu, ternyata ada kuil Kinkakuji dan kuil Ginkakuji. Dan kami memilih bus ke Ginkakuji. Ketika turun, kami melewati Philosopher’s Path, sebuah jalan kecil dengan kolam bersih yang memanjang berisi ikan dan di pinggirnya ditumbuhi pohon bunga sakura yang sudah selesai masa mekarnya. Ketika menyadari tempat itu adalah Philosopher’s Path, kami akhirnya tahu kalau kami salah tujuan, karena Philosopher’s Path memang ada dalam destinasi kami, tapi lokasinya tidak berdekatan dengan kuil Kinkakuji. Lalu kami kembali menaiki bus kota dan melihat rute yang benar.

Hingga akhirnya tibalah kami di kuil Kinkakuji, yang dikenal sebagai Golden Pavilion. Sedangkan kuil Ginkakuji dikenal sebagai Silver Pavilion. Sesuai namanya, seperti itulah warna kedua kuil tersebut, dan konon katanya itu juga adalah material pembuat bagian luar kedua kuil tersebut. Pengunjung Kinkakuji ini jauh lebih ramai daripada Ginkakuji, dan memang kuil tesebut adalah destinasi favorit di Kyoto karena keunikannya dengan bahan emas tersebut. Untuk masuk ke Kinkakuji kita harus membayar tiket ¥400 per orang. Jalan di dalam komplek kuil emas ini sudah diatur sedemikian rupa agar menjadi satu arah dari masuk hingga keluar, sehingga semua wisatawan bisa berjalan kaki dengan tenang.

Golden Pavilion Kinkakuji Temple (dokumentasi pribadi)
Golden Pavilion Kinkakuji Temple (dokumentasi pribadi)
Dari Kinkakuji kami berlanjut ke Kyoto Botanical Garden. Tempat ini juga sebenarnya sudah ada dalam list saya tahun lalu, tapi tidak jadi dikunjungi dengan alasan cuaca. Harga tiket masuk ke sini cukup murah, hanya ¥200 per orang. Dan senang sekali rasanya ketika saya tiba di sana dan berjalan-jalan di tengah taman bunga yang disusun dengan indah sekali. Walaupun sakura sudah selesai masa mekarnya, saya tetap senang berjalan-jalan di sana, karena pengunjungnya jadi tidak ramai. Sebelum masuk ke dalam kebun raya ini, kami sempat bersantap siang di sebuah restoran kecil di dekat gerbang utama. Rasanya enak dan harganya tidak terlalu mahal.

salah satu sudut di Kyoto Botanical Garden (dokumentasi pribadi)
salah satu sudut di Kyoto Botanical Garden (dokumentasi pribadi)
Hari sudah sore ketika kami keluar dari Kyoto Botanical Garden, dan kami kembali ke Gion-Shijo dan berkeliling di kawasan Gion, di mana (jika beruntung) kita bisa bertemu Geisha dan atau Maiko (apprentice Geisha) yang berjalan menuju tempat show mereka di daerah itu. Biasanya para Geisha dan Maiko ini menaiki Jinrikisha (becak khas Jepang), namun ada juga yang berjalan kaki dan dijemput dengan mobil. Peraturan untuk wisatawan di sini adalah, tidak boleh mencolek Geisha atau Maiko, hanya boleh difoto dari jarak tertentu.

Sebenarnya hari sebelumnya saya melihat Maiko ketika baru saja tiba di Kyoto dan kami berjalan menuju penginapan. Dan sore itu saya melihat Geisha di sana. Ketika langit mulai gelap, kami kembali ke penginapan untuk mandi. Setelah itu kami keluar lagi untuk menyusuri area Gion-Shijo sambil mencari makanan untuk santap malam, karena ingin menu berbeda lagi untuk makan malam.

Hari ke-4: Kyoto

Kali ini tujuan kami adalah Arashiyama, destinasi favorit lainnya di Kyoto yang terkenal dengan bamboo grooves-nya. Jadi setelah sarapan nasi instan dengan lauk ikan teri sambal kering dan rendang kering lagi seperti hari sebelumnya, kami bergerak ke Stasiun Saga Arashiyama. Tahun lalu saya juga telah ke tempat ini, tetapi karena hujan, jadi kami lebih banyak menghabiskan waktu berteduh di kuil Tenryuji dan sedikit saja menyusuri hutan bambunya ketika hujan sedikit mereda. Kali ini kami datang cukup pagi lagi untuk menghindari keramaian.

Cuaca cukup cerah ketika kami mulai menyusuri Arashiyama dan belum banyak pengunjung. Kami sempat singgah sebentar di kuil Tenryuji sebelum akhirnya berjalan di antara hutan bambu tertata dengan baik di Arashiyama. Kami sempat tersasar ketika mencari spot bamboo groove yang paling banyak dikunjungi orang, karena banyak sekali persimpangan jalan kecil di area ini. Ternyata hutan bambu ini juga sudah cukup ramai di pagi hari itu oleh wisatawan. Di sini kita bisa menemukan banyak orang naik jinriksha, yaitu becak khas Jepang yang ditarik dengan tenaga manusia dengan berjalan dan atau berlari.

Bamboo Grooves at Arashiyama (dokumentasi pribadi)
Bamboo Grooves at Arashiyama (dokumentasi pribadi)
Kami terus berjalan kaki hingga sampai di sungai Sagano dan jembatan Togetsukyo, lalu kembali ke stasiun lagi dan melanjutkan perjalanan ke Toei Uzumasa Eigamura yang tak jauh dari stasiun Saga Arashiyama. Kami berhenti di stasiun Uzumasa, dan berjalan kaki sekitar 5 menit dan sampai di sana. Toei Uzumasa Eigamura atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kyoto Studio Park adalah theme park dan lokasi film set khas Jepang yang dapat dimasuki dengan harga tiket ¥2.200. Siang itu pengunjungnya cukup ramai, tapi semuanya adalah turis lokal, dan sepertinya hanya kami bertiga turis asing yang datang ke sana siang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun