Setelah bermain sebentar di pantai Pulau Kiluan itu, mendekati waktu matahari terbenam, kami segera mencari arah matahari terbenam untuk menikmati sunset. Setelah matahari terbenam, kami kembali ke daratan Pulau Sumatera. dan segera mandi, makan malam dan beristirahat di homestay. Sebelum tidur, kami sempat main kartu sebentar, tapi akhirnya karena kelelahan, saya sudah pulas sekitar pukul 9 malam.
Homestay ini adalah rumah milik warga yang disewakan kepada para pengunjung Teluk Kiluan. Paket sewa homestay ini sudah termasuk makan dan sewa jukung (menyerupai sampan, hanya bisa ditumpangi maksimal 3 orang) untuk melihat lumba-lumba di Teluk Kiluan di pagi hari. Semuanya disediakan oleh pemilik homestay dengan harga yang terbilang murah sekali. Yang saya ingat, biaya sewa kamar Rp 350.000,-/malam yang bisa diisi 5 orang, biaya makan Rp 15.000,-/orang/makan, biaya sewa jukung (saya lupa harganya). Menurut saya, homestay ini cukup nyaman dan bersih, tersedia air bersih untuk mandi dan minum, listrik (hanya di malam hari) dan kipas angin. Makanan yang disediakan juga enak dan porsinya cukup besar.
Keesokan paginya kami menaiki jukung untuk melihat lumba-lumba. Untuk melihat lumba-lumba ini tidak boleh menggunakan kapal lain yang lebih besar selain jukung. Karena lumba-lumba berkomunikasi dengan sistem sonar, maka keributan bisa mengganggu sistem sonarnya. Sebenarnya hari itu sudah terlalu siang bagi kami untuk melihat lumba-lumba, karena lumba-lumba akan mudah terlihat sekitar pukul 6 pagi, sementara kami tiba sekitar pukul 9, karena jukung pemilik homestay tempat kami menginap sudah disewakan ke orang lain untuk pagi itu sebelum kami datang ke Kiluan, jadi kami harus menunggu mereka kembali terlebih dulu.
Tapi kami cukup beruntung karena tetap bisa melihat lumba-lumba, walaupun katanya tidak sebanyak jika datang lebih pagi. Hal yang tidak saya suka dari acara melihat lumba-lumba itu adalah, terlalu banyak jukung dengan mesin yang mengejar lumba-lumba, jadi agak sulit melihat lumba-lumba karena begitu mendengar suara mesin lumba-lumba yang berkelompok itu segera menjauh.
[caption caption="Lumba-lumba yang berhasil difoto"]
Setelah puas bermain kejar-kejaran dengan lumba-lumba kami kembali ke Pulau Kiluan untuk snorkeling. Sayang sekali saya sedang berhalangan ketika itu, jadi saya tidak bisa snorkeling, hanya bisa duduk manis di pantai sambil sesekali berkeliling untuk mengambil foto. Ketika itu saya memperhatikan, ada pondok penginapan sederhana di Pulau Kiluan dan ada tenda-tenda bagi mereka yang camping di situ. Saya jadi teringat pernah membaca paket wisata camping di Kiluan, saya pikir mungkin di situ mereka menginap.
[caption caption="Pulau Kiluan"]
Sekitar tengah hari kami kembali ke homestay, lalu mandi, makan siang dan bersiap-siap kembali ke Jakarta. Setelah menyelesaikan pembayaran dan pamit kepada pemilik homestay kami melaju menuju Bandar Lampung. Pukul 5 sore kami tiba di Bandar Lampung. Kami singgah sebentar di sebuah warung makan yang menjual pempek, lalu berkeliling tempat jualan keripik pisang, oleh-oleh khas Lampung. Sekitar pukul 8 malam kami menuju Pelabuhan Bakauheni dan lewat tengah malam kami sudah masuk kapal. Kali itu kapal yang kami tumpangi lebih nyaman, ada banyak seat kosong, sehingga kami bisa tidur dan meluruskan kaki. Hari Senin, masih subuh kami sudah tiba di Pelabuhan Merak dan segera melaju ke Jakarta.
Jika ada yang ingin ke Kiluan tanpa mengikuti paket wisata seperti saya dan teman-teman saya, biaya yang dikeluarkan bisa lebih murah dan waktunya lebih fleksibel. Saya pribadi mengeluarkan dana tidak lebih dari Rp 500.000,- untuk seluruh biaya wisata saya ini, dari mulai berangkat dari Jakarta hingga kembali lagi. Untuk penyewaan homestay, bisa menghubungi Pak Abbas di 082377819154. Oh ya, sekedar info, sinyal seluler di Kiluan hanya untuk telepon dan sms, anda tidak bisa mengakses internet di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H