Seperti biasa, di akhir tahun saya selalu menghabiskan malam tahun baru bersama keluarga. Hal ini adalah tradisi di keluarga saya sejak dahulu. Mungkin bukan hanya keluarga besar saya yang punya tradisi semacam ini dan memliharanya dari tahun ke tahun, tapi kebanyakan keluarga Batak juga masih melakukan hal yang sama.
Seringnya perayaan Natal dan tahun baru saya lalui bersama keluarga besar dari pihak ibu saya. Dan tahun 2013 kemarin saya melewati liburan tahun baru di kota Pekanbaru. Hampir tiap 2 tahun sekali kami semua berkumpul di momen Natal dan tahun baru di kota yang berbeda sekaligus reuni keluarga. Tapi kali itu saya merayakan Natal di Jakarta, saya datang ke Pekanbaru pada tanggal 28 Desember 2013.
Kedatangan saya ke Pekanbaru kali itu adalah untuk yang ketiga kali. Sebelumnya saat masih SMA, saya sudah datang ke sana bersama keluarga inti untuk mengunjungi tante dan sepupu saya yang telah lama bermukim di kota Pekanbaru. Tapi baru kali itu saya datang ke Pekanbaru dengan menggunakan pesawat, karena sebelumnya saya dan keluarga menggunakan bus malam dari kota Medan menuju Pekanbaru, yang membutuhkan waktu sekitar 12 jam.
Siang itu saya dijemput oleh sepupu saya di bandara Sultan Syarif Kasim. Ukuran bandara ini cukup besar menurut saya. Kata sepupu saya, bandara itu baru saja selesai dibangun, dan semuanya adalah bangunan baru, karena itu namanya menjadi Bandara Sultan Syarif Kasim II. Sedangkan bandara pertama berada tak jauh dari bandara baru itu, dan lebih difungsikan untuk pangkalan TNI AU.
Kebetulan saat itu saya sedang lapar, karena memang belum makan sejak pagi. Jadi setelah bertemu dengan sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan saya, kami keluar dari bandara dan singgah ke sebuah kios pinggir jalan yang menjajakan berbagai gorengan yang tak jauh dari bandara. Kami sengaja tidak mencari makanan utama karena kami sedang menunggu mama dan sepupu saya yang sore itu juga akan tiba di Pekanbaru dengan pesawat. Jadi setelah makan, kami kembali ke bandara lagi untuk menjemput mama dan sepupu saya yang jadwal pesawatnya hampir bersamaan, mama saya dari Medan dan sepupu saya dari Jakarta. Setelah itu kami langsung menuju rumah sepupu saya di daerah Pasar Kodim.
Sore itu kami pun makan bersama dengan menu sederhana yang sudah dimasak oleh istri sepupu saya. Setelah makan kami lanjut bercengkerama bersama di rumah sederhana itu. Ya, rumah sepupu saya sederhana sekali, sebenarnya tidak cukup besar untuk tempat kami semua, tapi karena kami semua bersenang-senang di sana, jadi kami merasa nyaman saja. Malam harinya, kami yang masih muda, pergi ke pusat perbelanjaan yang letaknya tak jauh dari rumah sepupu saya itu. Lokasinya benar-benar dekat, sehingga kami bisa berjalan kaki ke sana.
Keesokan harinya adalah hari Minggu, jadi kami ke gereja bersama. Yang serunya dari kegiatan gereja bersama ini adalah adegan di dalam mobil, karena hanya ada 2 mobil, sementara kami semua total ada lebih dari 15 orang, dan beberapa di antara kami berbadan tambun, jadilah kami duduk sempit-sempitan di dalam mobil. Tapi tetap saja menyenangkan karena kami semua hanya tertawa dengan kondisi seperti itu.
Usai dari gereja, kami berkunjung ke rumah tante saya. Rumah tante saya ini lebih besar dan halamannya juga luas sekali jadi ruang gerak kami lebih banyak. Di sana kami masak bersama hingga sore hari tiba. Dan sore itu keluarga saya yang lain tiba dari Medan, dan makin ramailah kami di rumah tante saya itu. Suasana semakin riuh karena bisa berkumpul lagi dengan keluarga yang lama tak bertemu. Dan kami pun makan malam dengan jumlah orang yang lebih banyak lagi.
Keesokan harinya kami berjalan-jalan keliling kota Pekanbaru. Sebelum berangkat, kami yang bukan warga Pekanbaru bertanya terlebih dahulu, akan kemanakah kami dibawa untuk berjalan-jalan hari itu. Awalnya mereka juga bingung, karena tidak ada objek wisata yang cukup bagus untuk direkomendasikan sebagai tujuan wisata di sekitar Pekanbaru. Namun akhirnya kami diajak ke jembatan Sungai Siak, yang katanya masih baru dan cukup terkenal. Saya pikir tempatnya seperti apa, tapi ternyata (maaf, ini menurut saya) biasa saja. Tapi karena kami semua dalam suasana gembira, jadi ya kami senang-senang saja berada di sana. Kami duduk sejenak sambil makan gorengan dan minum es kelapa muda dengan suguhan pemandangan Sungai Siak yang (maaf lagi) tak indah.
[caption caption="Jembatan Sungai Siak"][/caption]
Setelah itu kami lanjut ke danau buatan yang ada di pinggiran kota Pekanbaru. Saya lupa tepatnya nama daerahnya, tapi lokasinya sudah dekat dengan Rumbai. Pemandangan di tempat ini bagi saya lebih baik dan lebih enak dilihat dibanding Sungai Siak, hanya kurang dirawat saja. Cuaca di danau buatan ini pun lebih sejuk dibanding cuaca di Sungai Siak. Di sana kami menghabiskan waktu lebih lama sambil mengobrol dan membeli makanan kecil yang dijajakan oleh pedagang kaki lima. Sederhana sekali memang, tapi yang seperti ini jarang sekali bisa saya rasakan di kota Jakarta. Sore hari kami keluar dari kawasan danau buatan itu dan kami berputar melewati komplek Camp Chevron Rumbai.
[caption caption="Di Danau Buatan"]
Hari terakhir di tahun 2013, kami hanya di rumah dan memasak berbagai makanan dalam jumlah yang cukup besar di rumah tante saya. Semuanya kami siapkan untuk acara malam tahun baru. Sore harinya kami bersama pergi ke gereja untuk mengikuti ibadah tutup tahun di gereja. Usai dari gereja kami semua kembali berkumpul di rumah tante saya, dan dimulailah acara inti dari semua acara keluarga ini. Di malam menyambut tahun baru biasanya kami berdoa bersama untuk mengucap syukur atas tahun yang telah berlalu dan berdoa untuk tahun yang akan datang. Setelah itu  dimulailah acara yang kami suku Batak menyebutnya sebagai "mandok hata" dimana semua anggota keluarga berkumpul dan semua orang diberikan kesempatan untuk berbicara. Biasanya ini adalah kesempatan untuk saling meminta maaf satu sama lain, bahkan kadang ada yang sampai menangis. Tapi biasanya setelah selesai acara ini perasaan kami semua menjadi lebih lega. Dan malam itu setelah setelah ritual malam tahun baru bersama keluarga, kami tidak langsung tidur, tetapi masih bernyanyi-nyanyi bersama dan bermain kembang api hingga pukul 4 dini hari.
Karena tidur terlalu larut, maka kami semua terlambat bangun hingga jam 10 pagi dan akhirnya kami tidak ke gereja untuk mengikuti ibadah tahun baru. Dan hari itu kami habiskan di rumah saja dan sorenya kami berjalan-jalan lagi di Pekanbaru. Kami berjalan-jalan ke gereja HKBP Pekanbaru Kota, ke Perpustakaan Daerah Riau yang gedungnya bagus sekali, lalu ke Pasar Bawah tempat menjual aneka jajanan tradisional dan snack import sebagai oleh-oleh. Keesokan harinya saya kembali ke Jakarta, begitu pula mama dan beberapa sepupu saya. Dan selesailah acara liburan tahun baru saya bersama keluarga besar tercinta. Semoga di tahun selanjutnya kami bisa tetap melakukan hal yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H