Dialog pertama tidak terlalu jauh pada halaman pertama
Seorang sutradara mengaku, "Ketika saya mendapat sebuah naskah film, sekalipun saya tidak berniat membacanya saat itu, saya selalu ingin mengintip halaman pertamanya. Dialog pertama itu kritis karena saya akan mendengarkan, membayangkan, dan menghubungkan diri saya dengan karakter itu."
Berikan kejutan kepada pembaca (dan Anda sendiri) dengan setiap dialog
"Di sebuah restoran sepasang suami istri duduk berhadapan sambil menatap menu di meja. Sang suami melirik istrinya, "Aku mau cumi petai. Kamu mau apa?" "Aku mau cerai," tatap sang istri".
Penyampaian cerita "di jalur bebas hambatan"
Berbeda dengan novel, naskah film itu soal "ekonomi". Setiap kata punya peran. Setiap kalimat punya tujuan. Setiap dialog dan keterangan punya keterkaitan. Bukan seperti manual instruksi, naskah film tidak menggunakan bahasa film seperti lensa, sudut kamera, tetapi bahasa si penulis sendiri. Narasi harus disampaikan tanpa berbagai bentuk "perlambatan", yakni basa basi dan distraksi.
"Originality is the new quality"
Jangan menulis cerita yang pernah diceritakan orang. Tulislah cerita yang belum pernah dibaca orang karena memang Anda belum menulisnya. Seperti berikut ini, "Dengan Artificial Intelligence sekelompok suku membangkitkan jenderal-jenderal di kejayaan masa lalu. Ternyata, mereka tidak sendiri."
Ikuti praktik standar industri
Inciting incident (insiden pemicu cerita) biasanya terjadi di antara halaman 8 dan 12. Peristiwa besar selanjutnya berlangsung di antara halaman 18 dan 20. Cerita mengekskalasi hingga protagonis mulai beraksi di sekitar halaman 75. Kegagalan total protagonis biasanya terjadi pada halaman 90 dalam skrip dan menit 90 dalam film.
Praktik penetapan patokan page point atau page range memang seperti sebuah formula yang gampang diprediksi. Namun, fakta membuktikan bahwa para penulis Hollywood yang sukses telah menginternalisasikan dan menerapkan kerangka kerja ini.