Mohon tunggu...
Sonny Majid
Sonny Majid Mohon Tunggu... Tenaga Pengajar -

Dream Man-penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Islam Radikal, Liberalisme yang Menelikung

18 Maret 2016   01:40 Diperbarui: 18 Maret 2016   02:01 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Urusan politik strategis lainnya adalah balkanisasi Syiria yakni zona Syiria utara dari Jarabulus – Afrin – al-Dana. Tony Cartalucci seorang analis ekonomi mengatakan kalau kawasan tersebut merupakan titik tolak Amerika Serikat menguasai Syria dengan dukungan Turki.

Faktanya, lebih dari 60% cadangan migas ada negara-negara yang masyarakatnya di dominasi Muslim. Iran 10%, Arab Saudi, Irak, Iran, Qatar, Kuwait, Yaman, Nigeria, Libya, Kazakstan, Malaysia, Indonesia, Brunai Darussalam cadangan minyaknya mencapai 75,9%. Selebihnya Venezuela, Rusia, Meksiko, Cina dan Brasil, bentangan ujung Yaman-Laut Kaspia, Pantai Mediterania Timur, Teluk Parsi. Sedangkan Amerika Serikat disebut-sebut cuma 2%. Untuk kawasan Afrika, ambil contoh di Somalia, 2/3 pengelolaan migas telah digarap Conoco Amoco, Chevron dan British Petrolium.

Diketahui pula, sejak 1980-an, Washington memberikan dukungan kepada faksi-faksi Islam konservatif-fundamentalis. Tujuan awalnya adalah melemahkan gerakan nasional progresif di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah.

Michael Chossudovsky, dalam “Towards A World War: Scenario The Danger of Nuclear,” menegaskan bahwa misi salafi-wahabi dari Arab Saudi kemudian dikirim ke Afganistan dan kawasan Balkan. Mereka didukung oleh CIA-M16-Mossad.

Sasaran strategis ekonominya antara lain adalah bagaimana menguasai kepemilikan korporasi atas minyak Asia Tengah – Timur Tengah. Di lain sisi skema swastanisasi digencarkan sebagai gerakan pengalihan aset sebuah negara menjadi milik swasta merupakan skema IMF dan World Bank.

Bagaimana dengan Indonesia?

Kita yang “disibukkan” dengan gerakan Islam Radikal yang merupakan bagian dari skenario liberalisme patut mengingat bahwa Imperialisme-Neo Imperialisme (reinkarnasi liberalisme, Red) dalam taktiknya menguasai sebuah negara tidak akan mendudukinya secara langsung menggunakan instrumen militer.  

Mereka lebih memilih cara menggunakan instrumen perdagangan internasional untuk memeroleh keuntungan yang sebesar-besarnya, disisipi “soft power” ekspor nilai demokrasi, HAM, sekularisme, globalisasi dan terorisme. Ada anggapan “keterbelakangan sebuah negara berkembang akibat adanya ekspansi kapitalisme.

Konsep ekspansi kapitalisme tersebut terus mengalami perubahan bentuk. Jika sebelum Perang Dunia II melalui agresi militer yang dikenal dengan imperialisme gaya lama dimana para negara pelakunya adalah Inggris, Spanyol Belada, Prancis, Portugis dan Belgia.

Setelah Perang Dunia II memakai perang ekonomi (economic war) dengan pelakunya Amerika Serikat ditambah negara-negara G7 sebagai lingkaran yang mengontrol PBB, WTO, IMF dan World Bank. Negara lingkar tersebut diduga adalah Jerman, Prancis, Inggris, Kanada, Italia dan Jepang. Sedangkan lingkar luarnya Uni Eropa, Selandia Baru dan Australia.

Tidak terbantah, korporasi asing yang beroperasi di Indonesia menguasai setidaknya 70% pengelolaan migas. Untuk Batu bara, nikel, timah dan bauksit 75%. Emas dan tembaga 85%. Artinya, lifting migas dikuasai asing. Hilirisasi pertambangan tergantung pada Freeport dan Newmont.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun