Mohon tunggu...
Sonny Hendrawan Saputra
Sonny Hendrawan Saputra Mohon Tunggu... Corporate Communication -

Someone who loves the diversity of cultures, enjoys to observe dynamic of politics, and learns from outstanding people with notable achievements. Dreaming of exploring the beauty of world with any uniqueness in any part of it.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Dunia Mencintai Indonesia - Sekelumit Kisah Mahasiswa dari 65 Negara di Indonesia

12 Mei 2011   23:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 2770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Namun, malam tak menyurutkan mahasiswa asing untuk terus tampil. Ada Tari Bedana yang disajikan oleh mashasiswa asing dari Kamboja yang belajar di Universitas Negeri Lampung, puisi berbahasa Indonesia yang juga disajikan oleh mahasiswa asing dari Kamboja yang belajar di Universitas Muhammadiyah Makassar. Keceriaan juga semakin terasa saat mahasiswa asing yang belajar di UNAS menarikan tarian khas Betawi yang diikuti Tarian Semarangan yang merupakan kolaborasi mahasiswa asing dari Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Negeri Semarang, dan IKIP PGRI Semarang. "Tim Semarang" itu diantaranya berasal dari Vietnam, Jerman, dan Polandia. Lucunya, mereka juga mengajak mahasiswa asing lain yang menonton pertunjukkan untuk menari bersama; mengingatkan kita terhadap tradisi tari ronggeng. Tentunya, tarian tersebut sukses membuat pesta malam itu menjadi lebih "interaktif". Malam itu, akhirnya ditutup oleh tarian kolosal yang disajikan oleh mahasiswa asing program Darmasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang kebanyakan berasal dari China dan Thailand. Mereka menyajikan tarian teatrikal tentang letusan gunung merapi dan tak lupa mereka menambahkan seruan-seruan dalam Bahasa Jawa.

.......dan pada malam harinya, saya berpikir bahwa mereka "sukses" membuat saya tidak bisa tidur....saya terus merenung betapa antusiasnya dan berdedikasinya orang -orang asing itu mempelajari berbagai macam bentuk budaya Indonesia. Sungguh malu bila melihat ironisnya keadaan dimana anak muda Indonesia semakin apatis melestarikan budaya sendiri. Padahal, warga negara asing "gila-gilaan" mendalami dan mempelajarinya. Namun sungguh senang saya, saat mengingat cerita-cerita bahwa dengan adanya mahasiswa asing yang belajar di berbagai universitas di Indonesia, banyak mahasiswa lokal yang menjadi antusias dan all out untuk mempromosikan budaya dan pariwisata daerahnya bagi mahasiswa asing yang datang. Perlahan tapi pasti, keberadaan mahasiswa asing yang belajar segala hal tentang Indonesia pasti akan menyentil hati bangsa Indonesia untuk bertanya apakah mereka sebagai orang Indonesia sudah "Paling Indonesia" atau mahasiswa asinglah yang "Paling Indonesia"? Pertanyaan menggilitik yang pantas kita tujukan untuk diri kita bersama....dan lagi saya tak bisa tidur memikirkannya; sebuah renungan kontemplatif anak bangsa yang sederhana namun begitu dalam saat saya menelusurinya dalam otak dan hati saya.

Ket. Photo 12: Antusiasme mahasiswa asing mengikuti workshop berbagai kebudayaan Indonesia. Photo by Sonny Hendrawan Saputra

Pagi harinya kejutan belum juga usai, mahasiswa asing diberi kesempatan lagi untuk mempelajari budaya Indonesia melalui berbagai macam workshop yang diadakan di Anjungan Lampung Taman Mini Indonesia Indah. Dengan penuh semangat mereka mengobservasi sekaligus mencoba bagaimana cara membuat batik, cara membuat kain tenun khas Lampung, cara membuat ukiran khas Papua, cara membuat wayang golek khas Jawa Barat, dan cara memainkan gamelan yang digunakan di Sumatera. Sepertinya energi mereka tiada habisnya untuk meneropong lebih jauh tentang Indonesia. Seperti malam harinya, di pesta perpisahan hari kedua, mereka tidak menampakkan rasa lelah sama sekali. Pesta Perpisahan mahasiswa asing program Darmasiswa hari kedua dilaksanakan di Plaza Insan Berprestasi, Lantai Dasar, Kementrian Pendidikan Nasional. Acara dibuka dengan Tari Saman khas Aceh yang ditarikan oleh mahasiswi-mahasiswi Indonesia. Selanjutnya ada lagi tarian Bali, benar benar dahsat. Seorang mahasiswi dari Jepang yang belajar di ISI Denpasar sukses menarikan tari Bali dengan tempo yang sangat cepat dengan mimik dan ekspresi muka layaknya penari Bali, benar-benar membuat kita lupa bahwa dia adalah orang Jepang. Penonton semakin terpukau dengan Tari Gambyong yang disajikan oleh penari cantik dari Jepang dan Argentina yang belajar di ISI Surakarta. Hebatnya, mereka diiringi oleh LIVE gamelan yang dimainkan oleh kolaborasi mahasiswa asing dari ISI Surakarta dan UNS Solo. Mereka berasal dari Romania, Vietnam, Singapura, Brazil, Prancis, Republik Ceko, Estonia, Russia, dan Amerika Serikat. Bapak Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh yang hadir pada malam itu, juga memberikan sambutan berupa pujian bagi para mahasiswa asing yang telah memanfaatkan sebaik-baiknya beasiswa Darmasiswa dengan berusaha keras mempelajari dan mempraktekkan segala bentuk budaya Indonesia. Saya sendiri terharu hingga menitikkan air mata ketika melihat mahasiswa dari ISI Surakarta dan UNS Solo saling berpelukan dan saling mengucapkan terima kasih saat pertunjukkan Tari Gambyong dan gamelan mereka selesai. Tampak ekspresi kebanggaan setelah mereka menampilkan apa yang telah mereka pelajari selama satu tahun. Tanpa terasa, malam itu telah larut dan mereka harus segera pulang ke Taman Mini Indonesia Indah, tempat dimana mahasiswa asing peserta pesta perpisahan menginap. Keesokan paginya mereka pulang ke masing-masing universitas di mana mereka belajar sebelum pulang ke negara masing masing.

Kalau Orang Asing Saja Bisa Menjadi “Paling Indonesia", Lalu Kita?

Ket. Photo 13: Kemeriahan suasana pesta perpisahan mahasiswa asing program Darmasiswa malam kedua di Plaza Insan Berprestasi, Kemendiknas. Aura kepuasan dan kebanggaan setelah mempelajari budaya Indonesia selama satu tahun. Photo by Sonny Hendrawan Saputra.

Apa yang bisa saya katakan untuk dua malam yang sangat berkesan itu? Benar-benar kejutan manis dengan rasa pedas bagi Bangsa Indonesia. Manis karena kita terhibur dan bisa terbangkitkan kembali atas kesadaran betapa beragam dan indahnya budaya Indonesia. Pedas karena membuat semua orang Indonesia yang hadir di acara itu tersindir bila mereka belum mampu turut serta secara aktif melestarikan budaya Indonesia. Hmmm...Memang program beasiswa Darmasiswa penuh warna - seindah warna warni keragaman Indonesia.

Jadi kesimpulannya, kalau orang asing saja bisa menjadi "Paling Indonesia", pasti kita orang Indonesia juga bisa menjadi "Paling Indonesia". Betapa malunya kalau orang Indonesia tidak paham soal Indonesia. Bisa jadi kalau semakin banyak anak muda yang tidak peduli budaya dalam negeri, karakter bangsa akan hilang dan Indonesia tidak akan memiliki keunikan lagi di mata dunia. Mahasiswa asing datang ke Indonesia untuk belajar karena mereka cinta Indonesia. Betapa bangganya kita bahasa dan budaya Indonesia dicintai oleh dunia, apakah itu tidak cukup untuk memotivasi kita untuk bangga, bangga, dan bangga terhadap Indonesia? Apakah itu tidak cukup untuk menginspirasi kita menjadi "Paling Indonesia"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun