Karakteristik dari kesatuan ini adalah mereka yang ahli ibadah, para ahli wirid dan dzikir, para penghapal Al-Quran, terlatih ilmu kanuragan (bela diri), sangat tangguh, dan teguh dalam menghadapi segala kesulitan dan kepedihan.
Pangeran Diponegoro nampak mengenakan pakaian serba putih dan berwibawa, dibantu oleh Kyai Mojo bersama Tumenggung Mulyosentiko.Â
Hal yang paling berkesan dari film ini yaitu ketika adanya pemberian harta-harta rakyat kepada Pangeran Diponegoro yaitu penyedekahan emas-emas dari para wanita desa yang tinggal satu-satunya, namun rela dan ikhlas disedekahkan untuk modal perjuangan melawan Belanda tidak hanya emas, melainkan juga persediaan makanan.Â
"Bagaimana kalau kita pergunakan untuk perjuangan?" Tanya Pangeran Diponegoro. Lalu para wanita itu dengan sukarela berkata, "Ikhlas." Jawab mereka tegas.
 Kemudian, datang Kyai Mojo sang penasehat agama utamanya, mengabarkan bahwa Pangeran Diponegoro menjadi target utama pasukan Belanda dan menawarkan uang sejumlah lima puluh perak untuk kepala Pangeran Diponegoro. Dengan tenang dan tidak takut, Pangeran Diponegoro langsung mengatur strategi untuk menghadap pasukan Belanda itu.
Rombongan tentara Belanda itu berhasil ditumpaskan oleh Pangeran dengan menggunakan teknik "supit urang" nampak dari film pasukan Belanda dihadang dari kiri dan kanan secara bersamaan oleh Sentot Ali Basha (Sentot Prawirodirdjo) bersama pasukannya.Â
Akhirya rombongan pasukan Belanda itu berhasil dilumpukan dan uang tebusan itu, dirampas oleh para rakyat Jawa dan digunakan oleh Pangeran Diponegoro sebagai modal perjuangan.Â
Jenderal De Kock dan pasukannya yang bersenjata lengkap dan modern saat itu pun, dibuat kaget tidak percaya, kalau pasukan Jawa begitu mengamuk.Â
Mereka yang terlibat dalam peperangan ini adalah rakyat desa-desa, para petani yang miskin, turut serta dalam melawan pasukan Belanda dengan keris-kerisnya (Fillah, Salim A., 2019: 365). Perjuangan terus dikobarkan untuk menumpaskan penjajahan di tanah Jawa dan Keraton Mataram (Yogyakarta).
Film ditutup dengan adegan penyerbuan dan pengahancuran pemukiman buatan Belanda oleh Pangeran Diponegoro bersama pasukannya pada malam hari. Â