Mohon tunggu...
Soni Herdiansyah
Soni Herdiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa_Pendidikan IPS_Universitas Pendidikan Indonesia

Halo, Kompasianer! Nama saya Soni Herdiansyah, saya berasal dari Purwakarta Jawa Barat :) Saya seorang mahasiswa aktif jurusan Pendidikan IPS S1 Universitas Pendidikan Indonesia. Saya aktif diberbagai organisasi kampus dan masyarakat, suka terhadap dunia pendidikan, sosial, dan literasi. Misalnya, saya telah mendirikan Warga Kota (Keluarga Kompasianer Purwakarta) bersama kawan-kawan Kompasianer lainnya. Menginspirasi bagi saya adalah hakikat sejati untuk membangun negeri, salah satunya melalui tulisan dan aktivitas sosial. Bagi saya Kompasiana adalah platform yang menjadi wadah bagi pemuda untuk menginspirasi Indonesia yang telah saya buktikan dengan aktif menulis sejak tahun 2019 lalu. Terima kasih Kompasiana, semoga terus maju.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru IPS yang Hebat di Tengah Pandemi Covid-19

20 Agustus 2020   21:20 Diperbarui: 20 Agustus 2020   21:29 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaiknya, metode yang digunakan adalah tanya jawab, jadi siswa seolah diajak untuk aktif mengikuti pembelajaran di kelas daring ini. Juga, siswa akan antusias dan sungguh-sungguh mengikuti pembelajaran.

Tapi, bagaimana untuk guru yang berada di kawasan 3 T (terdepan, terluar, dan tertinggal)?  
Perjuangan yang dilakukan pasti cukup sulit, tapi bukan berarti akan sulit juga untuk dilakukan. Tujuan seorang guru dalam mengajar adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsan dan meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. 

Kendala yang pasti dialami adalah ketersediaan sarana dan prasana, akses, terutama teknologi dan jaringan internet serta APD (Alat Pelindung Diri). Namun, berbagai cara mengajar dapat ditempuh, salah satunya adalah dengan belajar door to door (dari pintu ke pintu), hal ini dilatarbelakangi juga dengan kondisi wilayah tempat guru berada.

Interaksi guru dengan siswa tidak berlangsung lama, hanya berkisar antara 10-15 menit saja, menerapkan model pembelajaran bukan berbasis konten, melainkan model pembelajaran berbasis proyek atau yang dikenal dengan project based learning approach untuk mata pelajaran IPS, seperti membuat peta persebaran flora dan fauna, yang sudah guru rancang sebelumnya dalam bentuk paket. Jadi, guru IPS tidak perlu setiap hari mengunjungi rumah siswa, melainkan bisa seminggu sekali saja.

Menjadi guru IPS yang hebat itu tidaklah mudah, melainkan membutuhkan perjuangan. Jerih payah guru akan bernilai ibadah dan menjadi penerang bagi peradaban bangsa. Peran serta pemerintah dalam memperhatikan kesejahteraan guru terutama di tengah pandemi ini harus menjadi perhatian utama, apalagi dalam pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun