Mohon tunggu...
Soni Herdiansyah
Soni Herdiansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa_Pendidikan IPS_Universitas Pendidikan Indonesia

Halo, Kompasianer! Nama saya Soni Herdiansyah, saya berasal dari Purwakarta Jawa Barat :) Saya seorang mahasiswa aktif jurusan Pendidikan IPS S1 Universitas Pendidikan Indonesia. Saya aktif diberbagai organisasi kampus dan masyarakat, suka terhadap dunia pendidikan, sosial, dan literasi. Misalnya, saya telah mendirikan Warga Kota (Keluarga Kompasianer Purwakarta) bersama kawan-kawan Kompasianer lainnya. Menginspirasi bagi saya adalah hakikat sejati untuk membangun negeri, salah satunya melalui tulisan dan aktivitas sosial. Bagi saya Kompasiana adalah platform yang menjadi wadah bagi pemuda untuk menginspirasi Indonesia yang telah saya buktikan dengan aktif menulis sejak tahun 2019 lalu. Terima kasih Kompasiana, semoga terus maju.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jadilah Guru bagi Lingkungan dan Kehidupan

26 November 2019   11:13 Diperbarui: 23 Desember 2019   12:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Guru sedang mengajar dan mendidik peserta didik. Soni Herdiansyah | dokpri

Selamat Hari Guru Nasional

Setiap tanggal 25 November, diperingati sebagai hari Guru Nasional. Betapa pentingnya sosok Guru bagi bangsa Indonesia selalu dihidupkan dalam setiap rangkaian kegiatan, baik itu upacara hari Guru maupun pemberian apresiasi untuk seluruh Guru terbaik dan berprestasi di sekolah atau di lembaga pendidikan tempatnya mengabdi. Namun, hal yang paling penting dari sekedar memperingati hari Guru Nasional adalah bagaimana kita bisa menjadi Guru tersebut, Guru dalam artian untuk lingkungan kita, dan kehidupan kita. 

Bila diibaratkan, Guru ibarat sebuah sumber listrik, murid adalah benda yang membutuhkan listrik. Seperti bola lampu yang diberi listrik menjadi hidup dan menyala dengan terang, menerangi kegelapan. Artinya, Guru akan mentransfer ilmu pengetahuan kepada para muridnya, yang nantinya ilmu pengetahuan tersebut bisa digunakan secara bijak oleh muridnya kelak dalam menggapai kesuksesan hidup. 

Tapi, kalau hanya sebatas pengertian Guru sebagai pentransfer ilmu pengetahuan saja tidaklah cukup, seperti kalimat sebelumnya di atas yaitu Guru untuk lingkungan dan kehidupan. Maksudnya, disamping Guru memberikan ilmu pengetahuan, sekaligus Guru mendidik para muridnya (arti luas peserta didiknya) untuk menjadi manusia seutuhnya melalui pendidikan. Memanusiakan manusia, dengan memberi contoh yang baik dan menjadi figur teladan bagi para peserta didiknya itulah Guru lingkungan dan kehidupan. 

Lingkungan dan kehidupan

Pengajaran berbasis lingkungan dan pendidikan yang berbasis kehidupan. Antara lingkungan (alam dan sosial) dan  kehidupan (makna hidup), keduanya tidak dapat terpisahkan. 

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1 mengartikan Lingkungan Hidup sebagai berikut:

"Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya."

Sedangkan, kehidupan berarti perjalan hidup makhluk hidup dan segala sesuatu di dalamnya untuk menuju makna hidup,  seperti yang dijelaskan oleh Victor Frankl, seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa menuturkan bahwa kata logoterapi berasal dari kata "logos" yang artinya makna (meaning) atau rohani (spiritualy), sedangkan "teraphy" yang berarti penyembuhan atau pengobatan.

Secara umum, Logoterapi berarti mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup adalah  (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup (the will to meaning) merupakan motivasi manusia untuk meraih tarah kehidupan bermakna (the meaningfull life) yang didambakan. Jika individu tidak mengejar makna hidupnya dia mengalami vacuum existential atau meaninglessness (Frankl, dalam Bustaman, 2007).  Pencarian makna hidup inilah yang menjadi pembeda antara keberadaan manusia dengan hewan (Lukas, 1986). 

Pada lingkungan, Guru mengajarkan bagaimana pentingnya hidup memahami dan melindungi alam, contohnya : Mengajarkan murid  agar senantiasa mengetahui lingkungan alam, karakteristiknya, dan bagaimana merawat serta melindungi alam dari kerusakan. Pada lingkungan sosial, Guru mengajarkan tentang pola interaksi masyarakat, bagaimana cara bergaul dan mematuhi segala norma dan nilai yang ada pada lingkungan sosial.

Dan, pada kehidupan, Guru mendidik bagaimana  agar manusia bisa hidup berdampingan dan menghargai sesamanya, serta makhluk hidup lainnya. Mengambil pelajaran pada setiap fenomena kehidupan yang terjadi untuk kehidupan yang lebih baik (masa depan, cita-cita, dan karir peserta didik dan bangsa).  Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 :

"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara." 

Bagaimana cara menjadi Guru untuk lingkungan dan kehidupan?

Sederhananya, menjadi Guru bagi lingkungan dan kehidupan adalah, dengan menjadi contoh dan teladan yang baik bagi semua orang, dengan begitu, orang akan melihat dan meniru perilaku baik yang telah kita lakukan baik itu untuk lingkungan alam maupun sosial, yang bermakna bagi kehidupan. 

Maka, jadilah Guru tersebut, yang mampu membawa pengaruh pada lingkungan dan kehidupan.  Seperti yang dikatakan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, "Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani." Atau, "Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan."

Itulah Guru dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, dan Guru menjadi pewaris peradaban penting bagi kehidupan bangsa dan tujuan pendidikan nasional untuk membangun Indonesia lebih baik. Pertanyaannya, sudahkah kita menjadi Guru bagi lingkungan dan kehidupan kita? 

Referensi : 

Sujoko dan Khasan, 2017. Kebermaknaan Hidup Pada Punkers di Surakarta. Fakultas Psikologi Universitas Setia Budi Surakarta. https:journal.unnes.ac.id.pdf. Diakses pada 25 November 2019 

UU Nomor 23 Tahun 1977 Pasal 1 ayat 1 tentang Lingkungan Hidup

UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun