"Ketiak kamu ada bulunya, dan sedikit basah." Yan menahan tawa, tapi gagal. Ia mencoba menyembunyikan wajah dengan meletakkannya di perut Res.
Res tidak menjawab. Rengut di mukanya semakin tampak, bercampur malu dan kecewa. Kecewa yang ia tujukan pada dirinya sendiri. Res tidak enak hati, tapi ia juga ingin tertawa sebenarnya. Dia mencoba tingkah yang benar, meski dengan menatap kering ke arah pegunungan Urubamba.
"Ternyata ketiak kamu berbulu. Hahaha. Coba lihat lebih jelas." Yan menarik tangan Res ke atas, dan melihat bulu-bulu halus di ketiak Res.
"Iya terus kenapa? Kamu kecewa? Konyol?" Res tidak berani menatap Yan.
"Tandanya kamu wanita dewasa, itu saja untukku." Kali ini wajah Yan tidaklagi tersenyum.
Res menarik napas. Ia ingin berbicara. "Kita kan sudah berhari-hari berjalan keliling tempat, jadi wajar kalau ..."
Kata-kata Res terhenti saat Yan mengecup keras bibir Res. Ia tidak mampu bicara lagi.
"Aku suka bulu-bulu ini, tantik!" kata Yan.
"Tantik?" Res tertawa kecil.
"Kamu, kan, yang suka bilang 'tantik'?" Yan mencubit ketiak Res.
"Sakit!" Res menampar pelan pipi Yan. "Eh, tapi maaf, aku lupa dan tidak terpikir untuk membersihkan ketiak. Maaf ya, suamiku," ucap Res memohon maaf sambil tertawa kecil.