Mohon tunggu...
Soni Indrayana
Soni Indrayana Mohon Tunggu... Freelancer - Novelis dan penulis buku "Kitab Kontemplasi"

Penulis yang suka menulis semua genre.

Selanjutnya

Tutup

Film

"My Name" is Remaja Labil

26 Oktober 2021   08:43 Diperbarui: 26 Oktober 2021   08:43 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pikiran-rakyat.com

Alih-alih menyelidiki fakta akan kematian ayahnya dari dua sisi, Ji Woo justru hanya mendengarkan Mujin. Ia hanya fokus mencari informasi untuk Mujin tanpa memahami perspektif dari sisi polisi, padahal ia sudah berhasil menyusup. Ia bahkan seakan tidak gigih untuk menyelidiki sosok ayahnya yang ternyata merupakan bawahan kepercayaan Kapten Cha Gi Ha yang dikirim untuk menyusup ke organisasi. 

Fakta ini baru terungkap ketika Ji Woo datang ke rumah Kapten Cha untuk menghabisinya. Ji Woo menemukan Kapten Cha terluka parah oleh tusukan anak buah Mujin, dan dengan sisa-sisa tenaganya, Kapten Cha menyerahkan sebuah tas berisi dokumen tentang ayahnya Ji Woo. Di sinilah Ji Woo sadar kalau selama ini ia ditipu dan dimanfaatkan oleh Mujin. Saya ingin mengumpat saat menonton adegan ini!

sumber: netflix.com
sumber: netflix.com

Singkat cerita, Ji Woo menjadi buronan polisi karena ketahuan menggunakan identitas palsu dan menjadi tersangka percobaan pembunuhan terhadap Kapten Cha (meski bukan dirinya yang menusuk). Ia ditahan, dan kemudian dibebaskan oleh Pil Do setelah Kapten Cha sadar dari koma dan menceritakan semuanya.

 Lagi-lagi, saya kecewa berat dengan adegan setelah ini: Ji Woo dan Pildo memilih menikmati malam berdua, menikmati naluri kemanusiaan mereka, daripada kembali ke kantor polisi dan menyusun strategi menangkap Mujin. Dalam situasi demikian, memang aneh rasanya dengan mereka yang masih memikirkan hubungan seksual meski alasannya adalah agar Ji Woo mengurungkan niat balas dendam.

Kekesalan saya bertambah saat dipagi harinya, Pil Do dibunuh oleh Mujin dengan mudahnya. Padahal, sejak awal diceritakan kalau Pil Do adalah sosok polisi kuat yang sangat waspada. Tidak ada penjahat yang bisa mengalahkannya saat bertarung, dan kemudian ia dibunuh dengan mudah. What the hell is this? Drama kemudian ditutup dengan Ji Woo membalas dendam kepada Mujin yang terbukti sebagai pembunuh ayahnya.

Bagi saya, ini adalah drama tentang kelabilan remaja yang kehilangan pegangan hidup. Ji Woo tidak memiliki konsep diri yang ideal, karena kelakuan ayahnya (yang kemudian terbukti sebagai bagian dari tugas kepolisian) dan rasa sepi dirinya yang terasa hidup sendiri. Belum lagi, ia juga bermasalah di sekolah. Remaja seperti ini, yang tidak kenal dirinya, memang akan mudah terjerumus ke dalam perilaku beresiko. 

Ia akan mencoba berbagai hal, sebagaimana Ji Woo yang membuat sayembara atau berkelahi karena kematian ayahnya, untuk sekedar membuktikan diri atau mendapatkan penerimaan dari kelompok sosial. Di sinilah peran Choi Mujin memanfaatkan semua itu. Ia menerima Ji Woo yang labil, melatihnya menjadi seorang pembunuh dan memberikan pemahaman bahwa polisi adalah pembunuh ayahnya. Ji Woo yang sudah kehilangan arah itu dengan mudah mempercayai semua perkataan Mujin. Ia layaknya seekor anjing peliharaan bagi Mujin.

Memang, ini hanyalah sebuah drama yang dibuat sedramatis mungkin agar menarik ditonton. Kalau jalan ceritanya seperti keinginan saya---datar dan normal--niscaya tidak akan banyak yang menontonnya. Dan meski mengecewakan, setidaknya ada sebuah pelajaran menarik dari drama ini, bahwa penting bagi lingkungan sosial untuk benar-benar menyikapi anak yang berada di usia remaja dan dewasa muda dengan benar.

Individu pada akhirnya akan melahirkan kelompok, dan ini adalah hal penting yang mesti disikapi. Dari sudut pandang lainnya, kita mesti melihat segala masalah dari banyak sisi, tidak melulu memegang teguh perkataan seseorang karena sejatinya tidak ada manusia yang selalu benar. Setiap manusia mesti memiliki pegangan diri (konsep diri) yang dibentuk dari kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun