Mohon tunggu...
Soni Indrayana
Soni Indrayana Mohon Tunggu... Freelancer - Novelis dan penulis buku "Kitab Kontemplasi"

Penulis yang suka menulis semua genre.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Dua Garis Biru", Dua Garis Sejajar yang Tak Akan Pernah Bertemu

23 Juli 2019   18:23 Diperbarui: 23 Juli 2019   18:29 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, anak-anak kita adalah tanggung jawab kita. Adalah tugas seorang ibu mengajarkan kepada anak laki-lakinya tentang bagaimana menghargai wanita, dan seorang ayah hendaknya dapat menjadi laki-laki yang melindungi harta paling berharga dari seorang perempuan.

Melahirkan hanya sekali, tapi menjadi ibu adalah selamanya. Dalam film ini juga terpampang jelas bahwa konsekuensi berhubungan seksual (baik yang halal maupun yang haram) adalah hadirnya seorang anak yang otomatis membuat sepasang kekasih "sah" menjadi ayah dan ibu. 

Tanggung jawab besar kemudian datang mengenalkan diri, menyertai setiap langkah bahkan sampai ke akhirat. Dukungan orangtua adalah energi eskternal utama seorang anak, yang dapat memengaruhi kekuatan diri si anak. Anak yang merasa dicintai oleh orangtuanya, akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh kasih sayang, dan inilah yang ada dalam diri Dara dan Bima.

Akhir film ini sebenarnya menyampaikan dengan halus, bahwa tak ada cinta sejati yang diawali dengan perzinaan. Tak ada pernikahan yang bahagia bila diawali dengan zina, dan perzinaan hanya akan mendatangkan kesusahan yang menerpa bagai ombak: tidak henti-hentinya. Malah, akhir film ini hanya penegasan akan pengalaman traumatis yang akan menimpa para pelaku zina. Jika kita menganggap film ini adalah film seks bebas, maka kita salah karena tak ada adegan seks dalam film ini bahkan adegan ciuman pun tidak ada satupun.

Indonesia adalah negara yang dihiasi nilai-nilai moral yang dibangun dari enam agama yang diakui, namun apakah nilai-nilai agama itu sudah bisa diterapkan dan kita gunakan bersama untuk mencegah perzinaan? Ataukah nilai-nilai agama yang ada menjadi seperti saksi bisu yang menatap dalam diam kepada wajah-wajah yang menangis penuh malu dan sesal, sebagaimana poster organ reproduksi di ruang UKS tempat Dara dan Bima menanggung malu dan sesal karena perbuatan mereka?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun