Dari level representasi ini dapat kita lihat bagaimana sosok Elona yang pemberani melawan apapun dan membelanya. pada scene ini. Secene ini juga menunjukan bahwa perempuan bisa menolong siapa saja termasuk menolong seorang pria.
Setelah melihat 3 gambar scene pada level yang berbeda maka kita dapat menemukan makna-makna yang terdapat dalam film Enola Holmes. Pada level realitas Dalam level realitas katagori penampilan dalam sehari-hari para perempuan khusnya para bangsawan wajib menggunakan gaun berlapis dengan korset dan juga kurungan pakaian itu berfungsi untuk menunjukan perempuan yang anggun dan elegen agar tubuh perempuan terlihat menarik seperti jarum. Pada scene ini enola mengenakan gaun berwarna merah sebagai representasi sifat dan sikap enla yang berani dan kuat dan tidak akan membuatnya lemah meskipun Enola harus menggunakan gaun lebar dan Panjang, pada scene lain dalam film tersebut namun tidak terdapat pada gambar dalam penulisan ini. Beberapa kali Enola menunjukan gaun yang merepresentasikan penduduk Inggris di era Victoria tersebut.
        Pada level representasi dapat dilihat pada gambar di atas bagaimna Enola dengan cerdik mampu melindingi dirinya dan seorang laki-laki. Level represetansi ini adalah level penunjang yang keberadaanya melengkapi level-level yang lainnya sepeti, sudut pengambilan gambar, teknik pengambilan gambar, musik,dan lighting. Pada level representasi ini seluruh pengambilan gambar berpusat pada keberanian Elona melawan segala hal di depannya yang menganggu tujuannya mencari sang ibu dengan beberapa music yang sedikit mencengkam dan latar belakang kerajaan Inggris pada era Victoria dengan music-music classic yang menambah menarik perjalanan Enola.
        Pada level ideologi, dapat dilihat pada scene pembuka film Enola bagaimana ibunya memberikan nama Enola dan arti dari nama Enola itu sendiri. Dalam level ini dapat kita lihat bagaimana sang ibu memberikan Pendidikan kepada  Enola tentang bagaimana perempuan seharusnya bersikap. Ibu Enola, Eudoria Holmes digambarkan sebagai seorang Wanita yang berani, berintekejtuan dan mandiri dia mengajarkan Enola berbagai cabang ilmu pengetahuan hingga pelatihan fisik. Pada masa itu perempuan di Inggris hanya berfokus dengan sekolah kepribadian, mementingkan cara berpakaian dan bersikap di depan umum, pada masa itu juga perempuan tidak mendapatkahn hak-hak suaranya dalam dunia politik, pada masa itu pula hanya orang-orang terdidik saja yang mendapatkan kesempatan menggunakan hak pilihnya. Ibu Enola Bersama sejumlah aktivis Wanita lainnya berjuang untuk mendapatkan kesetaraan hak pilih pada zaman itu. Dalam film ini diceritakan bahwa Enola mencari ibunya yang hilang, relaitas social pada saat itu memandang rendah perempuan yang hanya memfokuskan diri kepada kepribadian tanpa memperdulikan yang lainnya. Enola menembus tradisi itu dengan keinginannya menjadi seorang detektif mengikuti jejak kakanya yang adalah seorang detektif terkenal Sherlock Holmes. Dengan kepadaian dan kecerdasannya Enola berhasil memcahka kasus Tewskbury seorang bangsan yang di tolongnya di scene representasi saat itu.
Dalam perpaduan kode-kode yang saling melengkapi untuk menyampaikan makna feminisme dalam film Kartini maka telah sesuai dengan The Codes Of Television yang dikemukakan oleh Jhon Fiske yang ditulis dalam bukunya Television Culture. Fiske menjeaskan bahwa "Realitas" dapat dikodekan, atau lebih tepatnya satu-satunya cara penonton dapat melihat dan menganggap film tersebut sebagai suatu realitas kode-kode di dalam film tersebut sesuai dengan budaya yang berlaku. Pada film Kartini dapat di lihat kode-kode yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, disusun sedemikian rupa agar dapat memahami sebagai sebuah realitas dan makna yang ingin disampaikan dan dapat ditangkap oleh penonton dengan baik. Cerita dalam film Enola menceritakan bagaimana seorang gadis yang tumbuh menjadi kuat, mandiri, cerdas dan berintelek melawan tradisi dan budaya realitas masyrakat yang ada saat itu.Film ini sesuai dengan realitas yang sekarang terjadi pula di Indonesia. Perempuan-perempuan di Indonesia mulai tedidik dan terlatih untuk menjadi kuat dan mandiri mengecam  pendidikan, dan bahkan mendapatkan pekerjaan dengan kedudukan yang lebih tinggi.
Feminisme merupakan suatu gerakan menuntut kesetaraan Gander, keseteraan dalam hal pendidikan, ekonomi, sosial maupun politik. Ideologi feminis ini tidak hanya di ikuti oleh para perempuan, para kaum priapun banyak yang mengikuti gerakan feminis. Banyak orang salah mengartikan gerakan feminis,feminis dianggap sebuah pemberontakan yang tidak dibutuhkan. Padahal feminisme sangat dibutuhkan terlebih negara-negara yang masih menganut sistem patrariki yang kental. Di Indonesia terdapat Komnas Perlindungan Perempuan yang dimana komisi Nasional tersebut menangani berbagai keluh kesah perempuan yang tidak mendapatkan keadilan, atau perempuan yang mendapatkan kekerasan dan pelecehan secara verbal maupun non verbal.
Kesimpulan
Â
        Dari pembahasan di atas dan setelah menonton beberapa kali film Enola Holmes dapat disimpulkan bahwa Enola film Enola Holmes menganut paham Feminis Eksistensial, Feminis Eksistensial dicetuskan oleh Simon de Beauvoir yaitu seorang tokoh terkenal asal Prancis, aliran feminime eksistensial mengambil sudut pandang mengenai penindasan perempuan akibat beban reproduksi yang dimiliki oleh mereka. Beban ini menyebabkan perempuan dianggap tidak memiliki posisi yang sama dengan laki-laki. Pandangan feminism eksistensial ini menekankan bahwa perempuan mampu mendapat kedudukan dan melepaskan ketergantungan pada kaum laki-laki seperti dengan memiliki pekerjaan sedniri atau menjadi seseorang yang dapat terjun ke dunia intelektual. Pada film Enola Holmes ia membuktikan diri bahwa perempuan dapat melakukan hal yang bisa dilakukan laki-laki bahkan dalam film tersebut digambarkan Enola dapat melindungi seorang laki-laki bangsawan Ketika dalam bahaya. Enola juga menggambarkan kecerdasan yang dimiliki seornag perempuan dalam menangani sebuah kasus bahwa tidak hanya laki-laki yang dapat menyelesaikan sebuah kasus-kasus dalam pemerintahan. Enola menunjukan kebebasan sebagai seorang perempuan dengan tidak mengikuti budaya-budaya yang terjalin di Inggris pada era Victoria tersebut.
Â