Mohon tunggu...
Sonia Eka
Sonia Eka Mohon Tunggu... Bankir - Selenophile

Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur | beauty enthusiast | SuFi (suka filsafat)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Representasi Feminisme dalam Film Enola Holmes

17 Juli 2021   00:45 Diperbarui: 17 Juli 2021   01:26 2449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  • PENDAHULUAN

Media begitu memenuhi keseharian yang tanpa disadari akan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Realitas-realitas sosial yang terjadi di dunia dapat disaksikan melalui media tanpa ada batas tempat dan waktu. Di perkembangan yang modern ini media sangat mengambil peran penting sebagai alat yang dapat menyampaikan realitas sosial dalam kehidupan secara nyata. Saat ini karya-karya seni kreatif telah menjadi konsumtif masyarakat salah satunya melalui film .

 "Saat ini banyak film yang mengangkat realitas sosial masyarakat    ke   dalam format realitas media. Sehingga dapat menimbulkan anggapan bahwa realitas yang sering digambarkan memang terjadi di masyarakat. Film memiliki kemampuan untuk menarik perhatian orang, terlebih lagi dikarenakan film memiliki kemampuan mengantar pesan secara unik. Film merupakan salah satu bentuk media massa yang umumnya bersifat menghibur. Film menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lain kepada khalayak".(Dennis Mc Quail:1996:13)

 Film merupakan salah satu media massa yang mengandung pesan moral di dalamnya itu dikarenakan film adalah gabungan dari kenyataan sosial dan pemikiran yang di;rasakan oleh seseoran dan dituangkan dalam sebuah gambar audio visual dalam bentuk cerita  (Nawairoh Vera,2014: 87). Film biasanya memberikan hiburan, informasi edukasi, dan pengetahuan. Film dapat dikelompokkan ke dalam beberapa katagori para ahli dalam bidang komunikasi mengelompokkan film dalam beberapa katagori tertentu. Sebuah film dapat saja dimasukan dalam beberapa katagori terntentu. Namun pada dasarnya film dikatagorikan ke dalam dua bentuk. Yang pertama, adalah film cerita atau fiksi, yang dimaksud film fiksi adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dibuat atau dikarang oleh seseorang dan dimaikan oleh aktor atau aktris. Contoh dari film fiksi adalah, film komedi, film horor, film action, film adventure, film drama atau romance sementara yang kedua adalah film nonfiksi. Film nonfiksi biasanya menceritakan sebuah kenyataan,contoh dari film non fiksi adalah film dokumenter, film sejarah, film biography.

Pengaruh film dalam kehidupan sangatlah besar, hal itu dikarenakan film sangat mudah mempengaruhi jiwa, pemikiran, gaya hidup, hingga perkataan , dengan cara memainkan emosi seseorang yang menontonnya. Film berperan sangat besar dalam merubah pemikiran seseorang dan tingkah lakunya karena film merupakan sistem pembelajaran bagi manusia untuk memiliki nilai positif atau negatif, bermoral atau amoral. Film biopic biography merupakan film yang selalu memiliki nilai moral tentang keberhasilan seseorang dalam perjalanan hidupnya.

"Film secara tidak sdar sering membuat relasi-realasi tertentu yang bias gander, seperti menempatakn perempuan pada posisi lemah. Perempuan lebih banyak memerankan receptionis, sekretaris, gadis yang disokong dan perempuan yang ditidas dengan memerankan peran sebagai objek seksualitas laki-laki atau korban pelecehan. Saudara-saudara sering sekali menggambarkan perempuan sebagai manusia "cengeng" dan rendah diri" (Gamble, 2010 :117)

Film juga terkadang memasukan ideologi sebagai salah satu pemahaman dalam cerita tersebut. Untuk bisa menemukan praktik dan proses ideologis yang disampaikan melalui media, maka memahami representasi merupakan kerja awal yang harus dilakukan seseorang. Representasi tidak hanya sebatas mendeskripsikan bagaimana seseorang atau kelas sosial tertentu diceritakan melalu media-media yang ada baik itu, media tulis ,cetak , audio, foto bahkan audio visual. Reprsentasi merupakan sebuah penciptaan wacana ideologi yang dilakukan oleh para insan media dalam meproduksi makna yang berkaitan dengan realitas sosial tertentu.

Pada bulan September 2020 Netflix merilis sebuah Film Kartini dengan pemeran utama wanitanya adalah Millie Bobby Brown. Film Enola Holmes merupakan film Fiksi dari series Enola Holmes Mysteries yang ditulis oleh Nancy Springer karyanya mengadaptasi cerita karakter Sherlock Holmes karya Sir Artuhur Conan Doyle   film ini menceritakan seorang Detektif Perempuan yang ditinggalkan oleh ibunya dan berusaha menemukan ibunya. Enola yang memiliki bakat dan kecerdasan yang tidak biasa berutnutng ia memiliki ibu yang eksentrik. Digambarkan bagaimana ibunya mendidik Enola dengan keras diberbagai aspek mulai dari pengetahuan, berpikir kritis, analistis, ketahanan fisik sampai bela diri. Lewat film ini kita diberikan gambaran bagaimana awal mula terbentuknya Gerakan feminis di inggris awal Tahun 80an.

Feminisme selalu menjadi sebuah pikiran yang menarik untuk dibahas, Feminisme dalam beberapa negara memang sudah sangat berkembang, sekarang kita bisa melihat bagaimana perempuan bisa menjadi Presiden, Gubernur, Bupati dan tentu saja perempuan bisa menjadi pemimpin perusahaan, namun budaya patrarki ternyata masih tetap saja ada dalam diri masyarakat. Alasan peneliti mengangkat ideologi feminisme meskipun beberapa sudah mengetahui bahwa Kartini adalah seorang feminis di karenakan feminisme yang Kartini bawa telah membawa perjuangan perempuan dalam fase yang baru, tidak hanya sekedar menuntut pengakuan tapi juga mengklaim keberadaannya dalam kehidupan bangsa. sehingga peneliti tertarik untuk membahas lebih dalam feminisme yang dikembangkan oleh film Enola Holmes melalui sebuah film dan dianalis menggunakan analisis semiotika John Fiske Maka dari itu, peneliti memilih Film Enola Holmes sebagai pemikiran Feminis yang akan di analisis menggunakan Analisis Semiotika John Fiske maka penulis memberi judul Feminisme dalam Film Enola Holmes 2020 ( Analisis Semiotika John Fiske).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Feminis direpresentasikan dalma film Elona Holmes?.

  • METODE PENELITIAN

Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong  (2007:6)  yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan paradigma dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma kritis, dimana paradigma kritis dianggap mampu mengkritisi ketimpangan sosial. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori semiotika John Fiske. John Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode televisi. Menurut Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi daling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini, sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun juga diolah melalui pnginderaansesuai refrensi yang telah domiliki oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah kode akan diapresiasi secara berbeda oleh orang yang berbeda juga. Pada perkembangannya model dari John Fiske tidak hanya digunakan dalam menganalisis acara televisi, tetapi juga digunakan untuk menganalisis teks lain seperti film,iklan dan lain lain" (Nawiroh Vera, 2014:35).

Sedangkan unit analisis dalam penelitian ini, peneliti menggunakan audio ( dialog dan music), wardrobe, lighting, acting, setting, type of shoot dan angel kamera yang menunjukan representasi feminisme dalam film Enola Holmes sebagai unit analisisnya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi Data Primer dan Data Sekunder. Dimana data Primer dilakukan dengan cara Observasi, Observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan cara menonton dan mengamati dialog-dialog dan adegan-adegan dalam film "Enola Holmes". Kemudian mencatat, meneliti dan menganalisa sesuai dengan model penelitian yang digunakan. Dan pada data Sekunder penulis melakukan Dokumentasi, dokementasi yang diperoleh adalah buku-buku dan sumber internet lainnya yang menceritakan tentang kisah hidup kartini.

Pada validasi data, peneliti memutuskan untuk menggunakan Triangulasi data karna penelitian ini hanya menggunakan film sebagai sumber data utama diantaranya adalah adegan, dialog, angel camera, type of shoot dan lighting. Maka peneliti memilih menggunakan trianggulasi tersebut untuk menguji keabsahan data serta membandingkan hasil penelitian yang didapat dengan sumber.

  • PEMBAHASAN

                Dalam semiotika John Fiske, Jhon Fiske menjelaskan bahwa ada 3 level untuk menemukan makna atau tanda. Yang pertama adalah level realitas

tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
Pada level realitas dalam film Elona Holmes dapat kita lihat pada gambar diatas bagaimana budaya pakaian saat itu sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Dimana pada Gambar 1 sampai dengan 3 terlihar bagaimana Enola bergaya seperti laki-laki dan tidak diperkenankan membeli gaun oleh pemilik took seperti pada gambar ke 4 karna dianggap bahwa toko itu adalah toko terhormat perempuan yang bergaya seperti laki-laki dilarang untuk membeli di toko tersebut.

tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
tangkapan layar
Pada gambar ke 5 terlihat bagaimana budaya berpakaian perempuan Inggris saat itu dimana perempuan wajib menggunakan baju dengan berlapis-lapis agar terlihat anggun dan terhormat. Pada gambar ke 6 terlihat Elona berbicara "Korset adalah symbol penindasan bagi mereka yang terpaksa memakainya"demi meneympurnakan misinya tersebut Enola merasa tidak terpaksa untuk menggenakan Korset.

realitas-18-60f1c2cf06310e1c57798742.jpg
realitas-18-60f1c2cf06310e1c57798742.jpg
Pada gambar di atas dapat kita lihat bagaimana Enola mengenakan gaun dengan sangat anggun dengan berbagai macam lapis dan kurungan membuatnya sangat elegan.

Pada level realitas dalam scene ini dapat kita lihat bagaimana budaya dan cara berpakaian masyarakat Inggris khususnya perempuan pada era itu. Dimana perempuan harus menggenakan dress atau gaun dengan rambut yang tertata rapih yang menandakan bahwa mereka adalah seorang bangsawan. Dan juga penggunaan korset pada saat itu yang bertujuan untuk meberikan bentuk tubuh yang indah seperti jarum pada Wanita.

Level Representasi

representasi-9-60f1c2bf1525101e9a492f22.png
representasi-9-60f1c2bf1525101e9a492f22.png
representasi-10-60f1c33d06310e48be6624a2.png
representasi-10-60f1c33d06310e48be6624a2.png
representasi-11-60f1c306152510206e657f72.png
representasi-11-60f1c306152510206e657f72.png
representasi-12-60f1c3d31525104ae0795372.png
representasi-12-60f1c3d31525104ae0795372.png
representasi-14-60f1c43006310e55e7556092.png
representasi-14-60f1c43006310e55e7556092.png
representasi-16-60f1c3fb1525105af37154f2.png
representasi-16-60f1c3fb1525105af37154f2.png
Pada gambar pertama dan kedua teknnik pengambilan gambar menggunakan  close up dimana gambar yang diambil dari bagaian bawah sampai  

dengan bahu guna melihat tujuan objek dan keseluruhan wajah pada objek sehingga dapat menimbulkan efek yang di dramatisir. Sementara sudut pengambilan gambar yang digunakan adalah eye level. Pada gambar ketiga Teknik pengambilan gambar menggunakan medium shoot pengambilan gambar ini bertujuan untuk membaca gerak tubuh apa yang akan dilakukan. Pada gambar ke lima Teknik pengambilan gambar menggunakan medium closeup yang mengambil gambar dari paha hingga dekat betis seseorang, dengan sudut pengambilan gambar Low Anglel karena posisi kamera tepat disudut bawah, dan dengan penambahan music klasik dan suara kereta berjalan memberikan aksen tersendiri pada adegan ini. Sedangkan pada gambar terkahir 6 dan ke 7 teknik pengambilan gambar menggunakan medium shoot dan angle yang digunakan adalah low angle.

Dari level representasi ini dapat kita lihat bagaimana sosok Elona yang pemberani melawan apapun dan membelanya. pada scene ini. Secene ini juga menunjukan bahwa perempuan bisa menolong siapa saja termasuk menolong seorang pria.

ideologi-1-60f1c4aa06310e06cf58c672.png
ideologi-1-60f1c4aa06310e06cf58c672.png
ideologi-2-60f1c47115251071375fded2.png
ideologi-2-60f1c47115251071375fded2.png
ideologi-4-60f1c48315251062f6481bd2.png
ideologi-4-60f1c48315251062f6481bd2.png
ideologi-6-60f1c51906310e1a103dc662.png
ideologi-6-60f1c51906310e1a103dc662.png
ideologi-7-60f1c4de15251079d22ecc82.png
ideologi-7-60f1c4de15251079d22ecc82.png
ideologi-8-60f1c53506310e1a4156e2e2.png
ideologi-8-60f1c53506310e1a4156e2e2.png
ideologi-9-60f1c4fd1525100c16161322.png
ideologi-9-60f1c4fd1525100c16161322.png
ideologi-10-60f1c55406310e1a4156e2e4.png
ideologi-10-60f1c55406310e1a4156e2e4.png
ideologi-11-60f1c5191525100c61078b82.png
ideologi-11-60f1c5191525100c61078b82.png
ideologi-12-60f1c56c06310e2c870d8fe2.png
ideologi-12-60f1c56c06310e2c870d8fe2.png
ideologi-13-60f1c5351525100c0f6ed7d2.png
ideologi-13-60f1c5351525100c0f6ed7d2.png
ideologi-14-60f1c59506310e1a13511eb2.png
ideologi-14-60f1c59506310e1a13511eb2.png
ideologi-15-60f1c55c1525101b3b096742.png
ideologi-15-60f1c55c1525101b3b096742.png
ideologi-16-60f1c56b1525100c702afa52.png
ideologi-16-60f1c56b1525100c702afa52.png
Pada level ideologi dalam scene di atas dapat dilihat bagaimana Pendidikan dan ajaran yang diberikan oleh ibu Enola tentang bagaimana perempuan harus bersikap dan bahwa perempuan bebas menjadi apapun yang dia inginkan. Eudoria membiarkan Enola tumbuh sebagai gadii kuat, intelek, cerdas dan mandiri.

Setelah melihat 3 gambar scene pada level yang berbeda maka kita dapat menemukan makna-makna yang terdapat dalam film Enola Holmes. Pada level realitas Dalam level realitas katagori penampilan dalam sehari-hari para perempuan khusnya para bangsawan wajib menggunakan gaun berlapis dengan korset dan juga kurungan pakaian itu berfungsi untuk menunjukan perempuan yang anggun dan elegen agar tubuh perempuan terlihat menarik seperti jarum. Pada scene ini enola mengenakan gaun berwarna merah sebagai representasi sifat dan sikap enla yang berani dan kuat dan tidak akan membuatnya lemah meskipun Enola harus menggunakan gaun lebar dan Panjang, pada scene lain dalam film tersebut namun tidak terdapat pada gambar dalam penulisan ini. Beberapa kali Enola menunjukan gaun yang merepresentasikan penduduk Inggris di era Victoria tersebut.

                Pada level representasi dapat dilihat pada gambar di atas bagaimna Enola dengan cerdik mampu melindingi dirinya dan seorang laki-laki. Level represetansi ini adalah level penunjang yang keberadaanya melengkapi level-level yang lainnya sepeti, sudut pengambilan gambar, teknik pengambilan gambar, musik,dan lighting. Pada level representasi ini seluruh pengambilan gambar berpusat pada keberanian Elona melawan segala hal di depannya yang menganggu tujuannya mencari sang ibu dengan beberapa music yang sedikit mencengkam dan latar belakang kerajaan Inggris pada era Victoria dengan music-music classic yang menambah menarik perjalanan Enola.

                Pada level ideologi, dapat dilihat pada scene pembuka film Enola bagaimana ibunya memberikan nama Enola dan arti dari nama Enola itu sendiri. Dalam level ini dapat kita lihat bagaimana sang ibu memberikan Pendidikan kepada  Enola tentang bagaimana perempuan seharusnya bersikap. Ibu Enola, Eudoria Holmes digambarkan sebagai seorang Wanita yang berani, berintekejtuan dan mandiri dia mengajarkan Enola berbagai cabang ilmu pengetahuan hingga pelatihan fisik. Pada masa itu perempuan di Inggris hanya berfokus dengan sekolah kepribadian, mementingkan cara berpakaian dan bersikap di depan umum, pada masa itu juga perempuan tidak mendapatkahn hak-hak suaranya dalam dunia politik, pada masa itu pula hanya orang-orang terdidik saja yang mendapatkan kesempatan menggunakan hak pilihnya. Ibu Enola Bersama sejumlah aktivis Wanita lainnya berjuang untuk mendapatkan kesetaraan hak pilih pada zaman itu. Dalam film ini diceritakan bahwa Enola mencari ibunya yang hilang, relaitas social pada saat itu memandang rendah perempuan yang hanya memfokuskan diri kepada kepribadian tanpa memperdulikan yang lainnya. Enola menembus tradisi itu dengan keinginannya menjadi seorang detektif mengikuti jejak kakanya yang adalah seorang detektif terkenal Sherlock Holmes. Dengan kepadaian dan kecerdasannya Enola berhasil memcahka kasus Tewskbury seorang bangsan yang di tolongnya di scene representasi saat itu.

Dalam perpaduan kode-kode yang saling melengkapi untuk menyampaikan makna feminisme dalam film Kartini maka telah sesuai dengan The Codes Of Television yang dikemukakan oleh Jhon Fiske yang ditulis dalam bukunya Television Culture. Fiske menjeaskan bahwa "Realitas" dapat dikodekan, atau lebih tepatnya satu-satunya cara penonton dapat melihat dan menganggap film tersebut sebagai suatu realitas kode-kode di dalam film tersebut sesuai dengan budaya yang berlaku. Pada film Kartini dapat di lihat kode-kode yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, disusun sedemikian rupa agar dapat memahami sebagai sebuah realitas dan makna yang ingin disampaikan dan dapat ditangkap oleh penonton dengan baik. Cerita dalam film Enola menceritakan bagaimana seorang gadis yang tumbuh menjadi kuat, mandiri, cerdas dan berintelek melawan tradisi dan budaya realitas masyrakat yang ada saat itu.Film ini sesuai dengan realitas yang sekarang terjadi pula di Indonesia. Perempuan-perempuan di Indonesia mulai tedidik dan terlatih untuk menjadi kuat dan mandiri mengecam  pendidikan, dan bahkan mendapatkan pekerjaan dengan kedudukan yang lebih tinggi.

Feminisme merupakan suatu gerakan menuntut kesetaraan Gander, keseteraan dalam hal pendidikan, ekonomi, sosial maupun politik. Ideologi feminis ini tidak hanya di ikuti oleh para perempuan, para kaum priapun banyak yang mengikuti gerakan feminis. Banyak orang salah mengartikan gerakan feminis,feminis dianggap sebuah pemberontakan yang tidak dibutuhkan. Padahal feminisme sangat dibutuhkan terlebih negara-negara yang masih menganut sistem patrariki yang kental. Di Indonesia terdapat Komnas Perlindungan Perempuan yang dimana komisi Nasional tersebut menangani berbagai keluh kesah perempuan yang tidak mendapatkan keadilan, atau perempuan yang mendapatkan kekerasan dan pelecehan secara verbal maupun non verbal.

Kesimpulan

 

                Dari pembahasan di atas dan setelah menonton beberapa kali film Enola Holmes dapat disimpulkan bahwa Enola film Enola Holmes menganut paham Feminis Eksistensial, Feminis Eksistensial dicetuskan oleh Simon de Beauvoir yaitu seorang tokoh terkenal asal Prancis, aliran feminime eksistensial mengambil sudut pandang mengenai penindasan perempuan akibat beban reproduksi yang dimiliki oleh mereka. Beban ini menyebabkan perempuan dianggap tidak memiliki posisi yang sama dengan laki-laki. Pandangan feminism eksistensial ini menekankan bahwa perempuan mampu mendapat kedudukan dan melepaskan ketergantungan pada kaum laki-laki seperti dengan memiliki pekerjaan sedniri atau menjadi seseorang yang dapat terjun ke dunia intelektual. Pada film Enola Holmes ia membuktikan diri bahwa perempuan dapat melakukan hal yang bisa dilakukan laki-laki bahkan dalam film tersebut digambarkan Enola dapat melindungi seorang laki-laki bangsawan Ketika dalam bahaya. Enola juga menggambarkan kecerdasan yang dimiliki seornag perempuan dalam menangani sebuah kasus bahwa tidak hanya laki-laki yang dapat menyelesaikan sebuah kasus-kasus dalam pemerintahan. Enola menunjukan kebebasan sebagai seorang perempuan dengan tidak mengikuti budaya-budaya yang terjalin di Inggris pada era Victoria tersebut.

 

 

AFTAR PUSTAKA 

 

Ardianto, Elvinaro & Qomaruzzaman Bambang. 2016. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Arikunto, Suharsimi. 2002. Desain Penelitian Data. Jakarta: Rineka Cipta

Arivia, Gadis. 2003. Filsafat Berperspektif Feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan

Azmi, Khairul. 2014. Filsafat Ilmu Komunikasi. Tangerang: Indigo Media

Baran,J Stenly. (2003) Pengantar Komunikasi Massa Melek Media dan Budaya jilid 1. (S. Rouli Manalu, Penterjemah) Jakarta: Erlangga

Baidhowi. 2009. Antropologi Al-Quran, Yogyakarta:LKIS Yogyakarta

Birowo, M. Antonius. 2004. Metode Penelitian Komunikasi, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Gitanyali.

Danesi, Marcel. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media.  Yogyakarta: Jalan

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.sutra, Cetakan I, 2010

Fakih, M.2007. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.  Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Fiske, John. 2007. Cultural and Communication ./Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Hadari Nawawi. 2005.Penelitian Terapan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif:Applikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang. UMM PRESS

Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.remaja Rosdakarya.

Hadiono, Afdjani. 2013.Ilmu Komunikasi Proses dan strategi. Tangerang : Indigo Media

Gamble, S. (2010). Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta: Jalasutra

Mustaqim, Abdul. 2008. Paradigma Tafsir Feminis Membaca Al-quran dengan Optik Perempuan. Yogyakarta: Logung Pustaka.

Onong uchjana Effendy. 2006. Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya.

Pratista,Himawan.2008.Memahami Film.Yogyakarta:Homerian Pustaka

Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Vera, Nawiroh.2016. Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia

Vera,Nawiroh. 2014. Semiotika Dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia

West,Richard & Turner, H. Lynn. 2012.Pengantar Teori Komunikasi:Analisis dan applikasi.Jakarta:Salemba Humanika

Penelitian Terdahulu

Rianto F Arga.2010. Reprsentasi Feminisme Dalam Film Ku Tunggu Jandamu. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya         

Renny Prasetia Budi Suciati.2012 Representasi Feminisme Dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park. .Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Zelviana Dini.2017. Representasi Feminisme Dalam Film The Huntsman Winter's War.Lampung: Universitas Lampung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun