Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin menekankan bahwa hidup berlebihan akan mengeraskan hati dan menjauhkan seseorang dari Allah. Orang yang berfoya-foya akan lebih sibuk dengan urusan duniawi daripada urusan akhirat. Menurutnya, seorang Muslim harus mengutamakan kesederhanaan dan bersyukur atas nikmat yang diberikan, tanpa terjebak dalam kerakusan.
2. Takabur Menurut Imam Al-Ghazali
Takabur atau kesombongan adalah penyakit hati yang berbahaya, yang dapat merusak amal perbuatan seseorang. Al-Ghazali dalam bukunya, Ihya' Ulumuddin, menyebutkan bahwa takabur adalah perasaan merasa diri lebih baik daripada orang lain dalam hal apapun, baik itu dalam hal harta, ilmu, atau kedudukan. Menurutnya, takabur adalah bentuk kezaliman terhadap diri sendiri, karena hanya Allah yang layak disombongkan.
Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman [31]: 18)
Hadis Nabi juga menjelaskan bahaya takabur:
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi." (HR. Muslim)
Al-Ghazali menekankan bahwa takabur tidak hanya merusak hubungan dengan Allah, tetapi juga dengan sesama manusia. Kesombongan akan memicu kebencian dan perpecahan di antara manusia, serta menghalangi seseorang untuk menerima kebenaran dan nasihat. Untuk menghindari takabur, Al-Ghazali menyarankan umat Islam untuk selalu mengingat keterbatasan manusia dan betapa lemahnya kita tanpa bantuan Allah.
3. Riya' Menurut Imam Al-Ghazali
Riya' adalah perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk dipuji oleh orang lain, bukan karena Allah. Menurut Imam Al-Ghazali, riya' merupakan salah satu bentuk kemunafikan yang sangat halus. Riya' tidak hanya merusak amal seseorang, tetapi juga menunjukkan bahwa hati seseorang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah.
Dalam Al-Qur'an, Allah memperingatkan orang-orang yang beramal karena riya':
"Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat riya'." (QS. Al-Ma'un [107]: 4-6)
Rasulullah SAW juga bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kamu sekalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya, "Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya'." (HR. Ahmad)
Imam Al-Ghazali mengajarkan bahwa seseorang harus selalu mengintrospeksi niatnya dalam beramal. Niat yang tulus dan ikhlas kepada Allah adalah syarat utama diterimanya amal. Untuk menghindari riya', Al-Ghazali menyarankan agar kita senantiasa mengingat bahwa hanya Allah yang berhak menilai amal, dan pujian dari manusia tidak memiliki nilai apa-apa di akhirat.