Mohon tunggu...
ASTRID DEWI
ASTRID DEWI Mohon Tunggu... Editor - Penyuka traveling, yoga dan kucing

Saya jurnalis, cerpenis, seorang ibu, sekaligus traveller dengan biaya murah

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Pengalaman Ikut Ticket War Coldplay

16 Desember 2023   22:30 Diperbarui: 16 Desember 2023   22:36 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dua kali ikut ticket war konser Coldplay di Jakarta, dua kali pula saya kalah dan menyadari betapa naifnya saya di era teknologi sudah secanggih ini. Kala itu saya maju perang hanya berbekal speed internet 100 mBps. Menurut saya itu sudah lumayan banget sih.

Secara sistem proses pembelian tiket konser Coldplay sebenarnya sudah tertata baik, urutannya jelas. Pertama-tama calon pembeli menuliskan alamat web terlebih dahulu yaitu coldplayinjakarta.com. Setelah gate dibuka pada pukul 10.00 WIB, tombol Buy Public on-Sale Tickets bisa diklik.  

Proses selanjutnya calon pembeli mencentang captcha, lalu masuk ke waiting room. Sistem captcha  ini sebenarnya merupakan filter untuk membedakan apakah mereka yang masuk itu manusia atau robot?

Kenapa harus masuk waiting room terlebih dahulu dan tidak langsung mengakses tiket? Tujuannya tentu saja supaya server utama tidak down. Ibaratnya begini si pemilik restoran tahu bahwa kapasitas restorannya hanya mampu menampung 100 orang di waktu bersamaan. 

Nah, agar restoran tidak ambruk atau terjadi chaos saat ada 1 juta pengunjung datang di waktu bersamaan, si pemilik restoran menyewa ruangan atau rumah di dekat restoran dan menempatkan petugas di situ. Pengunjung yang datang diarahkan masuk ke ruangan tersebut, disuruh menunggu, lalu dipanggil sesuai kapasitas restoran. Dengan cara seperti ini, restoran tetap aman.

Karena itulah penyedia tiket konser Coldplay di Jakarta menyewa pihak ketiga yaitu Cloud Flare untuk menyediakan waiting room. Nah saat berada di waiting room ini, calon pembeli bisa memantau jumlah antrian di depan mereka sekaligus memantau perubahan stok tiket yaitu apakah masih available, full booked, dan sold out. Tiga jam berada di waiting room, akhirnya saya berhasil mengakses ke tiket dan seluruh kategori tiket sudah terjual habis.

Berperang melawan bot, saya jelas enggak mungkin menang, kecuali saya punya stok keberuntungan segudang.  Mengutip amazon.com pada Selasa (13/6/2023), bot adalah aplikasi perangkat lunak otomatis yang melakukan tugas berulang melalui jaringan. Ini mengikuti instruksi khusus untuk meniru perilaku manusia tetapi lebih cepat dan lebih akurat.

Dirangkum dari Radware, jenis bot secara sederhana ada dua yaitu bot baik dan jahat. Bot baik biasanya bermanfaat untuk sebuah web. Misalnya untuk pengoptimalan mesin telusur atau sering disebut SEO, agregasi informasi, hingga analitik pasar.

Sementara itu, jenis bot buruk seringkali digunakan oleh organisasi atau individu untuk mendapatkan keuntungan. Beberapa yang termasuk ke dalamnya mulai dari scraper bots, spam bots, dan scalper bots.

Scalper bots atau bot tiket ini paling sering menargetkan situs web penjualan tiket untuk membeli ratusan tiket secepat mungkin setelah pemesanan dibuka. Bagi mereka yang ingin mendapatkan keuntungan banyak, mereka bisa menjualnya lagi dengan harga berkali-kali lipat dibandingkan harga normal.

Fenomena ini benar-benar terjadi setelah tiket konser Coldplay ludes terjual, tidak sedikit para calo menawarkan tiket yang mereka peroleh dengan harga berkali-kali lipat. Misalnya tiket kategori Ultimate Experience (CAT 1) seharga Rp11 juta dijual seharga Rp60 juta. Sedangkan di salah satu market place, tiket kategori CAT 1 ini ditawarkan seharga Rp30 juta.

Praktik penggunaan bot dalam ticket war sebenarnya bukan hanya terjadi saat penjualan tiket konser Coldplay. Bisa juga terjadi di penjualan tiket secara online untuk pertunjukan musik atau pertandingan olahraga.

Praktik pemakaian bot dalam ticket war jelas mencederai dan merugikan konsumen. Praktik ini tidak memenuhi fair trade. Akibat praktik ini, banyak konsumen dirugikan, mereka tidak mendapatkan hak mereka yaitu bisa membeli tiket sesuai harga penawaran resmi.

Bagi pihak penyedia tiket online tentu saja praktik pemakaian bot ini juga jadi tantangan tersendiri. Mereka perlu membangun sistem tangguh agar tidak tidak bisa ditelusupi bot. 

Sebenarnya apabila web dilapisi captcha sudah bisa berguna untuk menghentikan bot agar tidak mengganggu server web.  Namun fakta di lapangan saat ticket war konser Coldplay Jakarta kemarin, sistem masih bisa diterobos bot.

Karena itu penyedia tiket online juga perlu membangun sistem persaingan yang lebih sehat. Misalnya pihak penyedia tiket menerapkan aturan satu kartu identitas dan satu alamat email hanya bisa membeli maksimal dua buah tiket.

Cara berikutnya yaitu pihak penyedia tiket bisa menerapkan sistem membership seperti diterapkan dalam konser artis K-pop. Cara ini juga dipakai pihak penyedia tiket konser Coldplay di Singapura pada 2024 mendatang. Mereka yang sudah terdaftar akan mendapatkan email berisi private link. Cara seperti ini setidaknya bisa meminimalkan calo yang hendak memborong tiket melalui bot.

Selain itu, pemerintah juga perlu turun tangan untuk membangun ekosistem sehat dalam dunia penjualan tiket secara online. Di sejumlah negara, praktik pemakaian bot dalam pembelian tiket online dianggap sebagai tindakan ilegal.

Bot tiket dianggap ilegal di AS pada  2016 saat Kongres meloloskan  Undang-Undang Penjualan Tiket Daring yang Lebih Baik. Undang-undang tersebut melarang pembelian tiket ke acara dengan menghindari langkah-langkah keamanan dan melanggar aturan pembelian yang dibuat oleh penerbit tiket.  UU ini juga melarang penjualan kembali tiket yang dibeli secara ilegal.

Pada 2017, Inggris mengeluarkan undang-undang yang  melarang penggunaan bot tiket  untuk melebihi batas pembelian tiket dan mewajibkan penjual sekunder untuk memberikan nomor tiket unik dengan perincian tempat duduk atau lokasi berdiri.

Pada 2017, Ontario mengesahkan Undang-Undang Penjualan Tiket  yang melarang penjualan kembali tiket lebih dari 50% di atas nilai nominal dan melarang penjualan kembali tiket yang dibeli dengan sengaja oleh bot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun