Pendahuluan
Toleransi adalah sikap menghargai perbedaan dan menghormati hak orang lain untuk meyakini atau melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan mereka. Di dunia yang semakin terhubung satu sama lain dan multikultural seperti saat ini tentu toleransi menjadi salah satu nilai penting yang diperlukan agar hubungan antar individu dan kelompok dapat berjalan harmonis. Toleransi bukan hanya mengenai menerima perbedaan secara pasif, tetapi juga tentang kemampuan untuk menghargai keberagaman dan menciptakan ruang bagi setiap orang untuk hidup dengan damai, tanpa rasa takut akan diskriminasi atau kekerasan.
Setiap masyarakat terdiri dari berbagai macam individu dengan latar belakang budaya, agama, suku, dan pandangan hidup yang berbeda. Oleh karena itu, toleransi menjadi kunci utama untuk mencegah ketegangan sosial. Di Indonesia, misalnya, yang dikenal dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" (berbeda-beda tetapi tetap satu), keberagaman menjadi salah satu kekayaan bangsa yang perlu dijaga. Toleransi dalam masyarakat Indonesia berarti menerima dan menghormati perbedaan suku, agama, ras, dan budaya yang ada, serta membangun komunikasi yang efektif untuk memperkecil kesenjangan antar kelompok.
Namun, toleransi tidak selalu mudah untuk diterapkan. Tantangan terbesar muncul ketika kelompok-kelompok tertentu merasa bahwa pandangan atau keyakinan mereka lebih unggul dari pada kelompok lain. Dalam kondisi seperti ini, sikap intoleran bisa muncul, yang pada akhirnya dapat memicu konflik. Di banyak negara, tindakan terorisme terkait radikalisasi terus meningkat. Misalnya, pada 2019, lebih dari 8.000 orang meninggal akibat serangan terorisme, dengan sebagian besar korban berasal dari Timur Tengah, Afrika, dan Asia. Radikalisasi sering berujung pada tindakan kekerasan dan terorisme. Laporan dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) mencatat bahwa sekitar 35% dari kelompok teroris yang ada di dunia berafiliasi dengan kelompok yang memiliki ideologi ekstremis berbasis agama atau politikÂ
Oleh karena itu, penting untuk menanamkan nilai toleransi sejak dini, baik di keluarga, sekolah, maupun dalam lingkungan sosial. Pendidikan tentang toleransi dapat membentuk pola pikir yang lebih inklusif dan terbuka terhadap perbedaan.Â
Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian dapat membentuk generasi yang tidak hanya toleran, tetapi juga peduli terhadap sesama. Di sinilah peran penting kurikulum yang mengedepankan pentingnya menghargai perbedaan agama dan budaya. Jika pendidikan di sekolah mengajarkan nilai-nilai seperti saling pengertian, kesetaraan, dan keterbukaan, maka sikap intoleransi dapat diminimalkan sejak dini
Pembahasan
Toleransi antar agama
kata toleransi berasal dari bahasa Latin tolerare, yang berarti "menerima" atau "menanggung". Secara harfiah, tolerare mengandung makna kemampuan untuk menahan atau menerima sesuatu yang tidak disukai, atau berbeda dengan pandangan kita, dengan sikap yang lebih sabar dan terbuka.
Dalam konteks sosial, toleransi merujuk pada sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan, baik itu perbedaan agama, suku, ras, budaya, ataupun pandangan hidup. Toleransi menciptakan ruang bagi keberagaman untuk hidup berdampingan dengan damai, meskipun terdapat perbedaan di antara individu atau kelompok. Toleransi adalah salah satu nilai penting yang harus dilestarikan di Indonesia, mengingat negara kita yang sangat kaya akan keberagaman, baik dalam hal suku, agama, ras, budaya, dan bahasa. Tanpa toleransi, konflik sosial dan kekerasan bisa muncul, merusak kedamaian dan kerukunan yang telah lama terjaga di Indonesia.
Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia terdapat dalam Pasal 28E Ayat (1) dan Pasal 28I Ayat (1) UUD 1945.
"Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal, serta berhak atas kebebasan yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara."
pasal ini menunjukkan bahwa kebebasan beragama dijamin dalam konstitusi Indonesia sebagai bagian dari hak asasi manusia yang tidak bisa diganggu gugat, meskipun dalam praktiknya, Indonesia juga mengatur pemelukan agama melalui sistem negara yang mengakui enam agama resmi (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu).
Namun demikian toleransi tidak selalu mudah untuk diterapkan, Meskipun nilai toleransi terdengar sederhana—yaitu menerima dan menghormati perbedaan—dalam praktiknya, hal itu jauh lebih kompleks dan penuh tantangan. Toleransi melibatkan sikap terbuka, pengertian, dan kesediaan untuk menerima keberagaman dalam berbagai bentuk, yang tentu saja tidak selalu mudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Keberagaman yang ada dalam masyarakat, baik itu dalam hal agama, budaya, etnis, atau pandangan politik, sering kali menjadi sumber ketegangan. Perbedaan ini bisa mengarah pada rasa curiga, ketakutan, atau bahkan kebencian terhadap kelompok yang dianggap "berbeda". Hal ini membuat penerapan toleransi menjadi tantangan besar karena kita harus bisa mengelola perasaan dan sikap kita terhadap perbedaan tersebut. Terlebih media sosial dan berita dapat memperburuk masalah ini. Banyak informasi yang tersebar di dunia maya bisa jadi sangat bias, memuat hoaks, atau bahkan provokasi yang memperburuk polarisasi sosial. Ini bisa menambah ketegangan antar kelompok, membuat kita lebih sulit untuk menerima perbedaan. Ujaran kebencian dan diskriminasi seringkali mendapatkan perhatian yang lebih banyak di media, sehingga kesan bahwa perbedaan itu berbahaya bisa tersebar luas. Melihat hal itu perlu adanya solusi untuk problem ini salah satunya dengan cara mendidik generasi muda tentang pentingnya toleransi, keberagaman, dan menghargai perbedaan sejak dini.
Pendidikan
Pendidikan adalah sarana utama untuk membentuk karakter dan pola pikir individu sejak usia dini. Di sekolah, siswa diperkenalkan dengan beragam materi yang dapat membangun sikap toleransi, seperti pelajaran tentang hak asasi manusia, keberagaman budaya, serta pengenalan agama-agama besar di dunia. Dengan pengetahuan yang cukup, siswa dapat memahami bahwa perbedaan agama adalah bagian dari keberagaman yang harus dihormati dan dihargai.Â
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pendidikan berasal dari kata "didik" yang kemudian mendapatkan imbuhan "pe-" di awal kata dan akhiran "-an". pendidikan adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengubah sikap dan perilaku individu atau kelompok dengan cara mengajarkan atau melatih mereka agar berkembang secara optimal. Proses ini bisa berlangsung melalui berbagai metode, seperti pengajaran, pelatihan, kursus, atau bahkan pengalaman hidup yang didapatkan di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H