kafanmu mungkin lusuh, dan jasad
jadi satu dengan lahat. apa yang sisa?
aku mau nangis dalam sepi.
mengingatmu adalah mengubur kesedihan
dalam-dalam, ketiadaan
yang selalu jadi beban.
bulan-bulan lewat, simbah.aku tak bisa hidup setulus penistaanmu
pada segala yang fana. lelah
kurampungkan sepi malam ini, mengingatmu
dalam runduk doa-doa dan sebagainya dan, esok
aku membelenggu tubuh juga jiwa
pada dunia.
aku mau nangis, simbah. jika
sesungging senyum dari bibirmu berkerut
adalah ngilu sejarah
yang tak pernah kauriwayatkan
sementara usia lunas sudah terbayar, maka
kepahitankulah hujatan
bahkan pada tuhan.
aku mau nangis, simbah, tetapiair mataku kerikil es
yang tak pernah leleh atau pecah.
//21092011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H