Lobi kantor pusat Kompas Gramedia di Palmerah Selatan tidak seperti biasanya di pagi ini.
Kalau pada hari lain ruang serbaguna yang hanya menjadi area penghubung setiap karyawan menuju ruangannya di lantai atas gedung itu. Senin, 28 September 2015 jadi berbeda.
Banyak lukisan dan karya perupa yang dipasang di berbagai sudut.
Kalau saya perhatikan, lukisan yang ada merupakan ilustrasi dari wajah Jakob Oetama, salah satu perintis berdirinya koran harian Kompas.
Lukisan lainnya merupakan ilustrasi dari beberapa rubrik yang pernah dimuat di koran harian Kompas, termasuk ilustrasi cerpen yang biasa muncul di edisi Kompas Minggu.
Lalu ada kegiatan apakah melatarbelakangi pemunculan semua karya perupa itu?
Hari jadi
“Ini untuk menyambut J.O. yang ulang tahun,” cetus satu karyawan yang terlibat menyiapkan lukisan.
Itulah jawabnnya. Pergelaran karya di pintu masuk gedung adalah persembahan untuk ulang tahun Jacob Oetama yang pada tahun 1965 bekerja sama dengan sahabatnya P.K. Ojong merintis berdirinya koran harian Kompas.
Sepertinya para karyawan Kompas ingin memberikan kado kepada sang Doktor atas dedikasinya menjaga kelangsungan hidup koran harian Kompas sampai hari itu.
Dari tangan dingin Jakob Oetama yang lebih akrab dipanggil J.O. ini, Kompas yang pernah disebut sebagai koran yang “baru datang esok harinya” lantaran sering terlambat naik cetak itu telah menjelma menjadi media acuan dan diskusi oleh beberapa kalangan.
Kompas telah banyak menelurkan usaha lain yang menjangkau media cetak, stasiun televisi, stasiun radio, jaringan toko buku, dan juga berbagai penerbitan serta perguruan tinggi.
Sejak penerbitannya, J.O. bukan hanya berhasil membawa Kompas melewati masa orde baru tanpa menjual idealisme jurnalistiknya, tetapi juga menyelamatkan hajat hidup ribuan karyawannya.
Guru Asalnya
Jakob Oetama lahir di Borobudur, 27 September 1931, dengan latar belakang pendidikan jurnalistik dari Perguruan Publisistik Jakarta tahun 1959 dan Jurusan Publisistik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada tahun 1961.
Namun, sebelum berkiprah di dunia kewartawanan, J.O. pernah mengenyam pendidikan kerohaniawan untuk tujuan menjadi imam Katolik sesuai dengan keinginan orangtuanya, namun arah langkahnya berubah dengan menekuni dunia pendidikan sebagai seorang guru.
J.O. pernah mengajar di SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat (1952 – 1953), di Sekolah Guru Bantu, Lenteng Agung, Jakarta Selatan (1953 – 1954), dan SMP Van Lith, Jakarta (1954 – 1965).
Jurnalisme Guru
Perkenalan dengan P.K. Ojong menjadi jalan untuk J.O. masuk ke dunia jurnalis. Keduanya mengawali bisnis berita dengan membuat majalah bulanan bertajuk Intisari pada 1963.
Majalah tanpa sampul depan yang terinspirasi dari majalah Reader’s Digest di Amerika Serikat itu mendapat respon positif dari masyarakat pembaca di Indonesia.
Dengan konten yang berbeda dengan media lain di era itu, yang berisi pengetahuan dan Dengan konten perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa awal penerbitan dan meningkat dengan beragam info lainnya, majalah Intisari telah bisa eksis dan laris di pasaran.
Setelah berjalan dua tahun mengawal Intisari, J.O. bersama P.K. Ojong mendirikan koran harian Kompas pada tahun 1965.
Di tengah hiruk pikuk politik yang memunculkan beragam media bersuara keras, Harian Kompas hadir dengan corak berita yang lebih adem dan ngayom.
Latar belakang seorang guru, telah membawa J.O. menampilkan Harian Kompas dengan berita yang aktual dan edukatif kepada pembaca.
Boleh dibilang Jakob Oetama adalah Kompas dan Kompas adalah Jakob Oetama.
Melalui Harian Kompas, J.O. bukan hanya ingin menyampaikan informasi yang riil terjadi dan netral, melainkan juga memberikan efek pendidikan bagi pembacanya.
Dengan gaya jurnalisme yang khas, Kompas mampu melewati masa-masa pergantian pemerintahan di Indonesia sampai lima dasawarsa.
Dari koran harian yang dianggap sepele hingga menjadi raksasa dengan pendapatan iklan tertinggi di antara media cetak lainnya.
Kompas yang memiliki moto “Amanat Hati Nurani Rakyat” tidak hanya berisi berita sosial dan politik, tapi juga memberi ruang untuk budaya dan seni.
Kompas juga bukan hanya untuk bacaan orang dewasa, tapi sekali seminggu menampilkan rubrik untuk kaum muda dan anak-anak.
Meski tak lagi menjabat aktif di keredaksian Harian Kompas, pemikiran J.O. untuk memberikan berita aktual dan edukatif tetap menjadi pegangan setiap wartawan Kompas.
Penghargaan
Atas dedikasinya dalam dunia jurnalistik di Indonesia, J.O. dianugerahi gelar doktor honoris causa (HC) ke-18 dari Universitas Gajah Mada untuk bidang komunikasi pada 17 April 2003.
Dalam uraiannya, Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto, yang bertindak selaku promotor penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa itu, menyatakan bahwa jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan. Ia juga telah memberikan pengaruh tertentu kepada kehidupan pers di Indonesia.
Gelar doktor kehormatan (honoris causa) di bidang ilmu jurnalistik ini juga didapat J.O. dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta pada tahun 2014.
Universitas Negeri Sebelas Maret memberikan penghargaan tersebut kepada Jakob sebagai pengakuan dan apresiasi karena dianggap telah berhasil mengembangkan profesionalisme media di surat kabar Kompas.
J.O. mungkin tidak pernah berpikir langkahnya bakal sejauh itu di dunia pers, namun filosofi guru yang menjadi landasan kerjanya membuat pemikirannya yang tertuang dalam industri berita menjadi mudah diterima khalayak.
Bukan hanya pembaca Harian Kompas saja yang berterima kasih kepada J.O. dengan adanya media yang selalu memberi berita aktual dan edukatif, serta ruang untuk berdiskusi pemikiran berbagai kalangan. Namun, kehadiran Kompas dan berbagai media usaha turunannya sangat berarti bagi kelangsungan hajat hidup karyawannya.
Rasa terima kasih itulah yang terungkap dalam pergelaran karya di lobi gedung Kompas Palmerah Selatan.
Lewat Harian Kompas, Jakob Oetama menebar pengetahuan dan edukasi yang membawa manfaat, seperti ucapannya, "Pohon yang kita tanam berbuah, mekar, berkembang; sehingga menjadi berkat yang bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang".
Selamat Ulang tahun ke-84, J.O.
Sumber:
Foto: Dok. Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H