Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa tuntutan yang ditetapkan oleh rapat; pernyataan tertulis, yang biasanya berisi tuntutan tentang sesuatu hal. Sebagai seorang pendidik, selayaknya guru menyusun resolusi (baca: tujuan) untuk tahun 2023. Tentu, sebagai individu yang berambisi melakukan perubahan dalam hidupnya, para guru sudah memiliki tujuan pada tahun 2023. Tulisan ini sekadar mengingatkan kita para guru, agar menyusun tujuan terkait dengan tugas sebagai guru. Di samping itu, saya yakin ada resolusi berkaitan dengan peran Anda sebagai makhluk sosial, misalnya ekonomi, membangun rumah, menikah, dan lain-lain.
Penyusunan resolusi tidak sekadar meneruskan tradisi masyarakat Babilonia kuno sekitar 4000 tahun lalu, tetapi lebih dari itu untuk menetapkan tujuan yang hendak dicapai pada tahun 2023. Sebaiknya resolusi ditulis pada diary atau di perangkat manapun yang mudah diakses setiap Anda membutuhkannya.
Berikut, beberapa resolusi yang menjadi referensi guru. Referensi ini sebagai contoh. Anda dapat mengembangkannya sendiri, sebab Anda lebih tahu tentang peran Anda.
1. Keluar dari zona nyaman
Guru merasa nyaman pada zona/keadaan yang sedang dijalani. Bangun pagi, pergi ke sekolah, mengajar, dan kembali ke rumah melanjutkan pekerjaan di rumah. Saya menyarankan, keluarlah dari zona tersebut, dan masuklah pada zona yang lebih menantang. Misalnya, selesai mengajar Anda tidak segera pulang bersama siswa. Tetapi, melakukan refleksi terhadap pembelajaran pada hari tersebut dan menyiapkan kebutuhan untuk pembelajaran esok. Pikirkan strategi, metode, media pembelajaran, dan goals. Luaskan hati seluas samudra, dan sambut harapan baik pada pembelajaran di hari esok. Anda juga dapat bertarung dengan keadaan yang lebih menantang, hasil kemauan sendiri. Misalnya, berusaha mencari dan menemukan kreativitas dalam mengajar dan menerapkannya di kelas Anda.
2. Menghasilkan inovasi
Lakukanlah inovasi sekecil apapun inovasi tersebut. Inovasi tiada henti. Inovasi pembelajaran yang membuat siswa merasa senang dalam belajar. Saya mengajak Anda melakukan refleksi. Selama tahun 2022, berapa kali Anda menggunakan media pembelajaran? Tentu Anda yang lebih tahu jawabannya. Nah, pada tahun 2023, tingkatkan frekwensi penggunaan media. Banyak media tersedia di sekolah. Bahkan ada yang belum disentuh oleh tangan guru. Masih terbungkus rapi dengan palstiknya. Hehe. Jika tidak terdapat media, Anda bisa membuatnya. Sederhana dan tidak membutuhkan biaya banyak. Contoh inovasi: membuat buku besar (big book) dari bekas kalender, membuat bangun ruang dari bekas kardus makanan ringan, dan sebagainya.
3. Menguasai internet
Kita jangan terbuai dengan keadaan yang melAnda dunia, virus corona. Hal tersebut kita anggap sebagai jembatan untuk melangkah ke jalan penguasaan digital. Internet layaknya sebagai oksigen bagi penduduk Indonesia termasuk guru. Guru adalah peubah peradaban. Dan sekarang kita berada pada revolusi industri 4.0, ditAndai dengan pemanfaatan internet dan interkoneksi mesin. Semua manusia akan terbiasa atau dibiasakan bekerja dengan memanfaatkan internet, termasuk guru. Banyak aplikasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, seperti: canva, padlet, quisis, dan lain-lain. Anda bisa mempelajarinya melalui internet.
4. Mengajar dengan hati dan sepenuh hati
Saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengatakan, "Sambutlah dengan hati dan sepenuh hati, akan terkesan panjang di hati anak didikmu." Ingatlah, wahai Para guru, siswa adalah anak-anak Anda di sekolah. Guru dan murid bagaikan sekeping mata uang yang apabila salah satu unsur tidak ada, yang lainnya tidak bernilai. Ada kebutuhan yang bertalian kuat. Murid membutuhkan guru untuk dididik dan diajar, guru membutuhkan murid untuk mendidik dan mengajar. Anda dipercaya oleh negara, bahkan oleh Tuhan. Maka mengajarlah dengan hati dan seenuh hati. Hadirlah di kelas dengan hati dan sepenuh hati. Tidak sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi lebih dari itu menjadikan kegiatan belajar lebih bermakna dan bermanfaat. Dan hal tersebut dapat dilakukan dengan baik apabila Anda menghadirkan hati dalam melaksanakan tugas instruksional.
5. Berbagi dan bekerja sama dengan rekan sejawat
Mudah dan murah berbagi, maka Anda akan mendapatkan setimpal dengan apa yang Anda berikan. Ini hukum alam atau hukum pantul. Terinspirasi dari hukum pemantulan cahaya, penulis menyebutnya hal tersebut sebagai hukum pantul kehidupan. Kita analogikan, ketika kita melempar bola tenis ke dinding beton. Kekuatan pantulan sekuat kekuatan lemparan. artinya, semakin kita berbagi maka kita akan mendapatkan minimal sesuai dengan yang kita bagikan. Dalam konteks ini, apa yang dimaksud dengan berbagi? Guru harus membagikan ilmu dan keterampilan yang dimiliki kepada rekan sejawat. Ilmu jangan disimpan, apalagi disembunyikan. Ilmu harus dibagikan, agar buahnya bertambah banyak. Bekerjasama mutlak dilakukan di dalam komunitas sekolah. Tidak dikenal guru dengan pusat kekuatan atau kepintaran. Komunitas guru di sekolah adalah kekuatan. Apabila hanya mengandalkan kemampuan individu, maka kekuatan individu akan mencapai titik jenuh. Tinggalkan individualisme dan ciptakan sifat kolaboratif.
6. Berpikir dan berperasaan positif
Berpikir (akal) adalah kekuatan, rasa juga kekuatan. Kekuatan pikiran dan rasa akan memberikan reaksi sesuai dengan kekuatan yang dibangun. Apabila Anda membangun kekuatan akal dan rasa setinggi gunung, maka alam akan merrespon kekuatan dan rasa Anda setinggi gunung pula. Peliharalah pikiran dan perasaan pada koridor positif. Ingat, positif. Apabila dalam situasi tertentu Anda berada pada suasana subyektif atau berperasaan negatif, maka segera, ulangi segera ubah perasaan tersebut menjadi positif. Mungkin sulit di awal, tetapi semakin kita sering melakukannya, pada suatu saat kita akan berada pada posisi pikiran dan perasaan yang positif. Apapun yang masalah yang kita hadapi, enjoy menghadapinya. Sebab kita berada pada pikiran dan perasaan yang mapan, positif.
7. Menulis dan menulis
Filosof, psikolog, dan pembaharu pendidikan, John Dewey menulis,"Kita tidak sedang belajar dari pengalaman, tetapi kita belajar dari merefleksi pengalaman." Apa yang bisa dilakukan guru dari pernyataan tersebut? Menulis. Tulislah refleksi setiap selesai belajar. Setiap hari Anda menulis refleksi pembelajaran: tentang kendisi siswa, metode yang digunakan, media yang digunakan, kendala yang dihadapi. Tidak perlu panjang. Cukup satu kalimat setiap unsur refleksi tersebut. Anda bisa mengumpulkan ratusan refleksi dalam setahun. Anda bisa mencetaknya menjadi buku, karya Anda sendiri.
- Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H