Mohon tunggu...
Sofyan Ahmad
Sofyan Ahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Administrator

Administrator | Khoirunnas anfa'uhum linnas. twitter || @sofyan_ahmadd Ig || @sofyann_ahmadd

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gunung Blego Magetan, Menikmati Keindahan Alam Diketinggian 996 MDPL

10 September 2024   20:39 Diperbarui: 10 September 2024   20:45 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Kawah Mati/Telaga Wurung yang subur di Gunung Blego Magetan/dokpri)

MAGETAN - Kabupaten Magetan dikenal memiliki hawa yang sejuk dan keindahan alam yang indah.

Hal ini kabupaten dengan julukan kota kaki gunung Lawu sebagian besar berupa pegunungan.

Di salah satu kecamatan di Magetan, yakni kecamatan Parang terdapat gunung Blego.

Secara administratif, gunung Blego masuk kedalam 5 desa, yakni desa Trosono, desa Sayutan, desa Ngunut, desa Nguneng, dan desa Sombo.

Gunung Blego memiliki ketinggian 996 meter diatas permukaan laut (MDPL) dengan titik tertinggi berada di Puncak Pertapaan.

Gunung ini oleh desa Trosono, kecamatan Parang, Magetan dijadikan sebagai wisata alam Gunung Blego dengan keunikan kawah matinya.

Akses menuju wisata ini sudah mudah dengan jalan yang sudah di cor beton sampai ke kawasan puncak.

Namun, pengunjung yang baru pertama kali ke Gunung Blego harus menyiapkan kondisi kendaraan bermotor yang fit.

Karena jalannya terdapat tanjakan dan turunan yang cukup memacu adrenalin.

Gunung Blego dikenal dengan view alam yang indah diatas pegunungan.

Sesampainya di puncak, pengunjung dapat menikmati keindahan gunung Lawu, gunung Wilis, dan pegunungan seribu Pacitan.

Selain itu, yang menarik dari gunung Blego ialah adanya sebuah kawah mati yang menyerupai telaga tanpa air.

Masyarakat setempat menyebut telaga tersebut dengan sebutan telaga Wurung, karena tidak memiliki sumber air.

Kawah gunung yang panjangnya lebih kurang 800 meter, oleh masyarakat setempat digunakan sebagai lahan pertanian dengan mengandalkan tadah air hujan.

Lahan tersebut dimanfaatkan untuk ditanami tanaman Palawija, seperti jagung, kacang, kedelai, dan tanaman lainnya.

Sebagai informasi, di puncak gunung Blego juga biasa dilaksanakan event lomba Paralayang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun