Selain itu, yang menarik dari gunung Blego ialah adanya sebuah kawah mati yang menyerupai telaga tanpa air.
Masyarakat setempat menyebut telaga tersebut dengan sebutan telaga Wurung, karena tidak memiliki sumber air.
Kawah gunung yang panjangnya lebih kurang 800 meter, oleh masyarakat setempat digunakan sebagai lahan pertanian dengan mengandalkan tadah air hujan.
Lahan tersebut dimanfaatkan untuk ditanami tanaman Palawija, seperti jagung, kacang, kedelai, dan tanaman lainnya.
Sebagai informasi, di puncak gunung Blego juga biasa dilaksanakan event lomba Paralayang.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H