Mohon tunggu...
Sofyan Ahmad
Sofyan Ahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Administrator

Administrator | Khoirunnas anfa'uhum linnas. twitter || @sofyan_ahmadd Ig || @sofyann_ahmadd

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bodo Kupat | Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas

30 Mei 2020   15:20 Diperbarui: 30 Mei 2020   15:17 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kupat Balon/Bawang | Dok. pribadi
Kupat Balon/Bawang | Dok. pribadi

Kupat Kodok, yaitu ketupat yang memiliki bentuk seperti kodok.

Kupat Kodok | Dok. pribadi
Kupat Kodok | Dok. pribadi
Dari ke empat jenis Ketupat diatas memiliki cara membuat yang berbeda. Ada alur atau pola tersendiri untuk menganyamnya, butuh kesabaran dan ketelitian dalam membuatnya jika salah satu putaran saja dalam membuat maka akan berubah bentuk, bahkan bisa mengulanginya lagi dari awal. Ketupat yang sudah jadi di sebut selontongan (contongan).

Setelah selontongan jadi kemudian dimasak semalam sebelum di hidangkan pagi harinya.

"Sakdurunge budhal menyang langgar masjid wong nggantungne Kupat neng lawang omah, artine arwah cilik gedhi seng wes ninggal ben iso ngrayakne ugi melu mangan (Sebelum berangkat ke masjid atau mushola, pagi harinya warga menggantungkan ketupat di pintu rumah yang memiliki arti bahwa arwah yang telah meninggal dan anak kecil ikut merayakan dengan memakannya.)" Jelasnya.  Wallahu a'lam bishawab.

Di Mangunan Tulung Sampung Ponorogo tradisi Hari Raya Ketupat bisa kita temukan di hari ke 8 Bulan Syawal, tetapi di daerah lain Ketupat bisa ditemukan  pada saat Hari Raya Idul Fitri.

Pada waktu pagi hari, lebih tepatnya pada hari ke 8 Bulan Syawal masyarakat membawa Ketupat yang sudah dimasak untuk dibawa ke mushola atau masjid untuk didoakan oleh kyai atau ustadz untuk memohon keselamatan dan wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Setelah didoakan antara warga satu dengan yang lainnya bertukar kupat untuk di makan. Hal ini merupakan salah satu wujud silaturahmi dan rasa kebersamaan antar warga. Tradisi Bodo Kupat secara turun temurun tetap terjaga dan di lestarikan di tengah modernitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun