Pagi-pagi adalah intimidasi, baik bagi saya yang menginginkan "melaju cepat" maupun bagi anak-anak yang dihujani suara nada tinggi berjudul "nasehat" saat melaju lambat.
Jujur, hidup jadi tak dinikmati dan saya pun tak bahagia dengan cara ini. Rasanya, anak-anak pun demikian.
Hari libur adalah hari "pertobatan" dimana saya ikut "melaju lambat". Membiarkan anak-anak tidur lagi setelah shalat subuh yang  sebelumnya dibangunkan dengan dramatis.
Lalu kami sepakat untuk jalan-jalan ke Telaga Golf Sawangan dengan berjalan kaki. Setelah rapi bersepatu, Muhammad (6 th) mendekati saya dan berbisik, "Abi, Muhammad sakit perut."
"Muhammad mau ee?"
Dia mengangguk perlahan, seperti takut.
"Ya sudah, tinggal ke kamar mandi nak!" Jawab saya dengan nada menekankan. Mau ee saja masa lapor, bisik saya dalam hati.
"Tapi gak ditinggal kan, Bi?" Tanyanya polos.
Saya menatap matanya dengan pandangan nanar, lalu berusaha tersenyum, "tidak, Abi tungguin"
Dia berlalu dengan tersenyum. Ada rasa aman yang saya temukan dari wajahnya, meninggalkan wajah saya yang memerah menahan air mata agar tak terlalu jujur bila saya merasa terpukul dengan jawabannya.
"Tapi gak ditinggal kan, Bi?"