Sebelum kita mengetahui apa tujuan hidup kita, setidaknya kita paham apa itu hidup dan apa itu dunia? Hidup itu sebagaimana yang di firmankan oleh Allah dalam Surat Al Mulk ayat 2:
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun"
Hidup itu adalah ujian, seseorang yang hidup pasti di uji. Tidak ada orang yang hidup tidak di uji maka sadarilah bahwa ujian itu pasti akan menghampiri kita. Hanya saja pertanyaannya, bagaimana kita menyikapi ujian tersebut. Tidak lain Allah memberikan ujian untuk mengetahui siapa diantara kita yang amalnya benar-benar, siapa yang amalnya paling baik.
Setelah kita mengetahui apa itu hidup kemudian kita perlu pahami apa itu dunia tempat kita hidup atau menetap saat ini. Kita lihat dunia, begitu indah, hijau, ranum, membuat kita ini tertipu padanya. Kita seringkali terbuai oleh kesenangan hidup di dunia. Melihat pemandangan indah, kita lupa kepada penciptanya. Diberikan kenikmatan, malah banyak berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memberikan kenikmatan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan dunia dengan isinya, dimana manusia Allah menciptakannya untuk memakmurkan kehidupan dunia, demi kemaslahatan-kemaslahatan yang ada dalam kehidupan dunia. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan dalam Al-Qur'an tentang hakikat dunia. Allah berfirman:
"Tidaklah kehidupan dunia, kecuali kesenangan yang menipu" (QS. Al-Hadid: 20).
Iya, memang sangat menipu. Namun tentunya bagi seorang mukmin, ketika ia melihat dunia ternyata kesenangan menipu. Gambaran mengenai keindahan dan kenyamanan dunia tidak sama dan sangat jauh berbeda bahkan tidak ada nilainya dibandingkan dengan kebahagian dan kesenangan yang diperoleh di akhirat. Maka, ketika seseorang mengejar dunia sungguhlah ia hina dan tertipu karena dunia tidak ada apa-apanya dibanding akhirat tetapi jika seseorang mengejar akhirat maka dunia pasti akan mengikutinya.
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS.Ali Imron:14)
Al-Qur'an dan Hadits tidak pernah memuji dunia, tak pernah sekalipun dalam Al-Qur'an Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji dunia. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam pun juga tak pernah memuji dunia. Allah berfirman dalam Al-Qur'an memberikan permisalan tentang kehidupan dunia. Allah berfirman:
"Ketahuilah, kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, demikian pula perhiasan, berbangga-bangga dengan banyaknya harta, berlomba-lomba memperbanyak anak dan keturunan, perumpamaannya seperti air hujan yang turun lalu kemudian tanaman-tanaman itu membuat kagum para petani, tapi kemudian tak lama tanaman itu menjadi kuning,lalu kemudian tanaman itu menjadi hancur". (QS. Al-Hadid: 20).
Maka seorang mukmin sadar bahwa dunia memang bukan obsesi hidup, bukan. Tapi tempat ia beramal. Karena ia tahu bahwa setelah ia hidup di dunia ia akan menuju sebuah kehidupan yang abadi. Maka dari itulah seorang mukmin ketika memandang dunia, dia melihat dunia hanyalah sebuah kesenangan belaka.
Hidup adalah ujian yang kita jalani selama di dunia. Agar kita lulus dari ujian itu dan tidak tertipu oleh dunia maka, kita harus tahu "Apa arti dan tujuan hidup?" Ini, mungkin, pertanyaan paling penting yang pernah diajukan. Sepanjang zaman, para filsuf menganggapnya sebagai pertanyaan paling mendasar. Ilmuwan, sejarawan, filsuf, penulis, psikolog, dan orang awam semuanya bergulat dengan pertanyaan di beberapa titik dalam kehidupan mereka.
Seorang, yang ketika dia keluar dari rumahnya, dia pasti memiliki tujuan, kemana dia akan melangkah. Kita pasti yakin, orang yang ketika melangkah keluar dari rumahnya tanpa tujuan maka langkahnya akan jauh dari impian yang dia inginkan.
Orang yang hidup di dunia jika tanpa tujuan maka dia akan banyak tersesat, dia akan menyimpang dari jalan yang sebenarnya. Oleh karena itulah, sungguh sangat amat penting untuk seorang hamba mengetahui kemana tujuan sebenarnya dia hidup.
Ketika orang itu tahu tujuan hidupnya maka semua aktifitasnya akan terarah kepada tujuan tersebut. Allh Subhnahu wa Ta'la telah berfirman:
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (QS Adz Dzariyt: 56)
Inilah tujuan hidup kita. Allh telah mengatakan bahwasannya tujuan Allh menciptakan kita adalah untuk beribadah hanya kepada-Nya.
Allh juga berfirman:
"Apakah manusia mengira mereka hidup begitu saja di dunia (tanpa ada tujuan yang sebenarnya)?" (QS Al Qiymah: 36)
Apakah manusia mengira dia hidup di dunia ini sia-sia begitu saja? Tentu jawabannya, tidak. Manusia bukan sebagaimana binatang (hewan); mereka hidup, makan, minum, bekerja, bersenang-senang melampiaskan syahwatnya kemudian mati begitu saja. Tidak, manusia lebih mulia daripada itu semuanya.
Manusia, Allh ciptakan dengan hikmah untuk beribadah kepada Allh Subhnahu wa Ta'la. Maka jadikanlah segala aktifitas kita niat ibadah kepada Allh Subhnahu wa Ta'la. Dahulu Imam Ahmad pernah ditanya, sampai kapan kau akan terus-menerus bersungguh-sungguh beribadah wahai Imam Ahmad? Kata Imam Ahmad, sampai kakiku aku letakkan dalam tanah surga. Masya Allah, oleh karena itu, mari kita terus istiqomah dalam beribadah.
Tentang tujuan hidup manusia untuk ibadah, al-Quran al-Karim telah memaparkannya dengan sangat jelas. Allah Taala berfirman:
"Dan mereka tidaklah disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." (QS. al-Bayyinah: 5)
Menurut Ibrahim Bafadhol, dalam konteks hubungan dengan Rabb-nya manusia adalah hamba Allah. Sedangkan dalam konteks hubungan dengan alam semesta (kaun) ia adalah khalifah.
Khalifah atau pemimpin menjadi salah satu peran manusia di dunia ini. Peran itu di sandang karena manusia adalah makhluk yang diberikan akal dan hati tidak hanya nafsu saja. Dengan akal manusia dapat berpikir, berinovasi, berkreasi dengan tujuan mengubah suatu keadaan yang lebih baik. Tugas manusia sebagai khalifah untuk memakmurkan kehidupan dunia, memberikan kemaslahatan dan kedamaian. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqorah ayat 30:
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Tanggapan para malaikat ketika Allh Subhnahu wa Ta'la hendak menciptakan manusia sebagai khalifah. Para malaikat mempertanyakan kenapa Allh Subhnahu wa Ta'la hendak menjadikan makhluk yang akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah sedang para malaikat senantiasa bertasbih dan mensucikanNya. Maka dijawab oleh Allh Subhnahu wa Ta'la sendiri bahwa Dia (Allah) lebih mengetahui apa yang tidak diketahui oleh makhluk ciptaaaNya. Ketika Allh Subhnahu wa Ta'la memberikan kepercayaan kepada kita sebagai khalifah di muka bumi maka ini menjadi amanah yang harus kita jalankan. Amanah itu akan terlaksana dengan baik selama mengikuti petunjuk dari Allh Subhnahu wa Ta'la. Tidak akan ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak akan bersedih hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H