"Tetapi, jika direnungi, pertanyaan yang dilontarkan Bung Hatta ada bagusnya juga bila dipikirkan. Sepertinya manusia berkomplot dengan kawanan uang untuk mendapatkan kepuasan diri. Bukankah bila kita kaya, kita akan bangga? Kita bisa membanggakan diri?"
"Thomas, jika mereka setelah kaya akan benar-benar mati, di mana tempat mereka membanggakan diri?" tandas Bung Karno tegas.
Percekcokan itu pun dijawab santai oleh Indonesia, "di akhirat nanti, mungkin."
Cut Dien pun segera memotong, "Hih, kalau di surga nanti segala doa bisa dikabulkan, salah satu doaku adalah semoga waktu tak mengizinkan mereka menyombongkan kekayaan mereka."
Kartini yang sejak tadi mematung pun akhirnya berceloteh. Ia menyeka air matanya, memeriksa tenggorokannya yang sejak tadi tercekat. Setelah itu, ia mulai bicara. Dengan nada goyah. "Aku hanya sedih melihatmu, Indonesia. Bagaimana sekarang umurmu sudah 67 tahun, tetapi kau tetap saja rela menahan pedih. Rela menjadi tempat pelampiasan kejahatan mereka. Kukira, setelah aku pergi, akan ada generasi di zaman maju yang akan membahagiakanmu. Membuatmu bangkit kembali. Tetapi kenyataannya? Orang-orang itu hanya memperburuk keadaan."
Cut Dien pun mengangguk, "aku juga salut kepadamu, Indonesia. Perjuanganku untuk membelamu tak sia-sia. Walau kondisimu sekarang yang sedang hancur, namun kau tetap menjadi Indonesia yang kukenal. Kubanggakan."
Pattimura pun ikut berujar, "manusia zaman sekarang tak seperti yang kuharapkan. Bahkan, bila Tuhan mengizinkanku untuk bangkit lagi, aku rela untuk memperbaiki keadaanmu, Indonesia. Aku benar-benar mencintaimu. Amat teramat sangat."
Bung Karno dan Bung Hatta ikut manggut-manggut, Kartini turut menggerakkan kepalanya yang tersandar di pundak Cut Dien.
Mendengar pengakuan itu, Indonesia terenyuh. Ia memercikkan sedikit senyum rapuh, namun tetap menguatkan mereka semua. Ia meletakkan tangannya di dada, dan berkata lantang, walau akhirnya menjelma menjadi bisik-bisik halus, "aku benar-benar merindukan orang seperti kalian. Sangat rindu. Asal kalian tahu."
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H