Mohon tunggu...
Ilham Pratama
Ilham Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Student of Political Science

Jadikanlah dirimu oleh diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keberhasilan Multikulturalisme di Kanada Menurut Will Kymlicka

21 Maret 2020   22:30 Diperbarui: 21 Maret 2020   22:39 2824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Multikulturalisme menurut Will Kymlicka dalam Bukunya yang berjudul "Multiculturalism: Success, Failure, and the Future" memiliki ciri sebagai perasaan mengakui serta merangkul semua perbedaan dalam keanekaragaman etnokultural yang terdapat dalam masyarakat multietnis. Kymlicka juga menyatakan bahwa multikulturalisme hanya diartikan sebagai model 3S, yaitu Saris (tradisi), Samosa (Makanan), dan Steeldrum (Musik).

Selain itu, ia menjelaskan bahwa multikulturalisme berfokus pada masalah sosial yang menyangkut pengangguran, masalah ekonomi, serta kemampuan berbahasa Inggris yang kurang dari kelompok minoritas. Kymlicka menjelaskan bahwa konteks sejarah multikulturalisme merupakan bagian dari revolusi Hak Aksasi Manusia (HAM) yang melibatkan perbedaan etnis.

Masa sebelum Perang Dunia Kedua, keragaman etnokultural dan agama yang terjadi di Barat ditandai dengan serangkaian hubungan hierarki yang tidak demokratis dengan adanya keunggulan dari beberapa etnis serta merasa memiliki hak untuk memerintah yang lain. Pasca Perang Dunia Kedua adanya perjuangan untuk multikulturalisme serta hak minoritas pada akhir tahun 1960-an.

Gerakan ini merupakan untuk memperjuangkan kesetaraan ras serta menentang hierarki etnis. Hasil dari gerakan ini yaitu adanya proses demokrasi yang disebut Citizenization, yang merupakan perubahan dari hubungan hierarkis menjadi liberal-kewarganegaraan demokratis. 

Kebijakan Multikuralisme telah muncul pada tahun 1960 dengan asumsi bahwa sejarah yang  kompleks serta menghasilkan klaim etnopolitik yang dibedakan setiap kelompok. Gerakan multikulturalis menginginkan bahwa kewarganegaraan tidak menekankan pada klaim diferensial tetapi pada hak aksasi manusia, hak sipil kebebasan, dan akuntabilitas yang demokratis.

Oleh karena itu, multikulturalisme mengembangkan model kewarganegaraan baru yang berdasarkan pada Hak Aksasi manusia yang menggantikan hubungan hierarki yang tidak demokratis serta menciptakan hubungan sipil dan politik baru untuk mengatasi ketidaksetaraan. Will Kymlicka dalam bukunya juga menjelaskan mengenai hasil penelitian yang dilakukan oleh Irene Bloemraad pada tahun 2006.

Penelitian yang dilakukan oleh Irene Bloemraad menggambarkan keberhasilan dari multikulturalisme. Hasil penelitian tersebut membandingkan antara integrasi imigran Vietnam dan Portugis di Boston dan Kanada. Kedua imigran ini memiliki karakteristik yang sama, seperti tingkat pendidikan, kekayaan, dan keterampilan berbahasa yang sama.

Hasil penelitiannya dapat dilihat bahwa integrasi imigran dalam politik maupun pendidikannya di Toronto lebih baik daripada di Boston. Kanada merupakan negara barat pertama yang melakukan adopsi multikulturalisme resmi terhadap imigran  dan mengatur multikulturalisme ini kedalam konstitusi.

Beberapa hasil penelitian Bloemraad dalam buku Kymlicka yaitu (1) Imigran di Kanada cenderung menjadi warganegara memiliki hak untuk memilih maupun mencalonkan dalam jabatan publik.; 2.) Perbandingan imigran yang berada di negara barat lainnya, imigran di Kanada mempunyai hasil pendidikan yang lebih baik daripada imigran di negara barat lainnya.; 3) Perbandingan antara penduduk negara barat, orang Kanada mengatakan bahwa imigran membawa manfaat tetapi cenderung berprasangka buruk terhadap Umat Islam.

Selain itu, Kymlicka juga menyebutkan kritik dari para skeptis yaitu bahwa imigran Kanada dapat cenderung lebih terampil karena ada pasar tenaga kerja yang relatif terbuka, sehingga imigan dengan tingkat modal yang lebih tinggi dapat lebih mudah bekerja melalui pasar tenaga kerja di Kanada daripada negara lainnya.

Penelitian lain yang dijelaskan dalam buku Will Kymlicka, yaitu adanya tingkatan dalam Kebijakan Multikulturalisme Kanada (MCP) yaitu identitas individu dan desain kelembagaan. Multikulturalisme dalam identitas individu di Kanada sebagai negara multicultural baik warga negara kelahiran asli maupun imigran menjadi persamaan identitas nasional dan kebanggan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun