Hari itu dia ulang tahun. Aku memberinya kado sebuah jam tangan. Saat kami pergi nonton dan ngemall bersama, ia melirik jam tangan itu lebih dari 10 menit. Sesuatu yang dia lirik lebih dari 10 menit, entah benda ataupun sesuatu yang bernyawa, maka pastilah sudah memenangkan hatinya. Ia suka. Dan dia memelukku. Pelukan pertama. Dan aku seperti melayang dibuatnya. Kami menikmati champagne bersama. Entah berapa gelas sudah yang kuhabiskan. Dia tak berhenti menuang, aku pun tak berhenti minum. Hingga aku mendapatkan bonus lebih dari sekadar pelukan. Aku mendapatkan kecupan bibirnya yang lembut. Begitu manis. Dan dalam sekejap, dia menguasai tubuhku.
Pagi ketika bangun, aku bingung. Takut itu hanya emosi sesaat. Ini kali pertama aku melakukannya. Bagaimana bila ia kemudian merasa harus menjauhiku, aku sempat berencana untuk bunuh diri bila ia melakukan itu. Ternyata tidak. Dia membuatkanku sarapan. Kini, kecupan bibirnya resmi menjadi milikku seorang. Sore sepulang kerja, kami berkencan di tempat yang indah. Dia yang mengajakku. Aku mengaku lututku melemas ketika pertama melihatnya. Dan dia mengaku sempat menahan nafas, mendengar detak jantungnya sendiri yang begitu kencang ketika pertama kali kami berfoto berdua.
#############################
Tak lama setelah Mama pergi, pintu apartemenku diketuk untuk pertama kalinya. Dan aku tau itu siapa. Ya, dia. Siapa lagi. Dia langsung memelukku. Dan membawa beberapa makanan ke dapur.
"So, malam ini kita pilih mana? Mine or yours?' tanyanya dengan kerling yang nakal.
"Mine" jawabku, sembari meraih pinggannya.
***************************************
"Ma, aku mau tugas ke Singapore, paling lama 6 hari" ceritaku sembari memotong kentang
"Okay, sendiri atau sama tim?"
"sama tim Ma. sama Aruna juga. Oh ya kapan-kapan aku kenalin Aruna ke Mama ya"
"Oh harus itu Nak, Mama pengen banget kenalan sama teman baikmu itu"