Kebijakan lockdown yg terlalu ketat tentu nir akan baik bagi roda perekonomian karena sangat rawan buat lumpuh. Sedangkan permanen melakukan aktivitas ekonomi tanpa mengindahkan virus COVID-19 dan protokol kesehatan, jua bukan keputusan bijak karena sangat beresiko bagi kesehatan diri dan orang lain. Â
Oleh karena itu diambilah keputusan tengah (tawazun) buat mengatasinya agar kedua hal tersebut dapat permanen berjalan tanpa mengorbankan salah  satunya.
Pokok pemikiran tawazun ini tidak hanya bisa diterapkan dalam kasus ekonomi dan kesehatan saja seperti dalam contoh diatas. Prinsip ini juga dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan dalam rangka berinteraksi antar sesama manusia.Â
Terutama pada Indonesia sebagai negara yang sangat beragam dan juga terbuka. Keterbukaan dan keberagamannya ketika yang sama dapat sebagai bumerang seorang tidak dapat bersikap tawazun atau seimbang. Ia akan gampang terbawa arus kebudayaan asing apabila seseorang tadi mencoba mendekatinya tanpa memiliki pegangan prinsip yang kuat.Â
Sedangkan seseorang yang telah berpegangan pada prinsip tawazun beliau hanya akan menerima hal-hal baik yang tiba bersamaan menggunakan modernisasi tanpa sepenuhnya terbawa arus.
Selain tawazun, ciri lain yang juga dapat menerangkan jika moderasi beragama bisa menghadapi berbagai pertarungan rakyat terbaru adalah Tahaddhur atau berkeadaban. Tahaddhur sangat penting buat diterapkan terutama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menggunakan menerapkan tahaddhur seseorang bisa mengontrol dan menjaga akhlaknya.Â
Seperti halnya kita dimasa kini misalnya seorang seakan sudah kehilangan kemanusiaanya dan melakukan aneka macam hal seenaknya, kenyataan hoaks dan suatu kebohongan menjadi keliru satu bukti, perkembangan tekhnologi bisa membawa dampak yang buruk.Â
Kemampuan literasi masyarakat yang rendah dan kebiasaan untuk pribadi mempercayai suatu berita tanpa sebelumnya mencari fakta terkait, turut memperkeruh keadaan ini sehingga seringkali kenyataan ini dimanfaatkan sang oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan hoax atau ujaran kebencian terhadap orang lain. Seringkali hoaks juga dimanfaatkan buat menggiring opini publik tentang sesuatu yang justru lebih seringkali ke arah negatif.Â
Selain hoaks dan fenomena kebohongan, seringkali kita lihat apabila rakyat seringkali memperdebatkan hal-hal tidak bermutu atau tentang sesuatu hal yang sebenarnya tidak mereka pahami secara penuh.Â
Dalam hal ini, moderasi melalui tahaddhur mempunyai kiprah buat mengarahkan bagaimana seharusnya seseorang berhubungan dengan orang lain,bagaimana seharusnya akhlakul karimah diterapkan pada hubungan antar sesama manusia.
Namun menjadi moderat pula bukan alasan buat tidak mengikuti perkembangan zaman, karena moderasi sendiri telah menandakan eksistensinya dengan masih diterapkan hingga masa sekarang.Â