Salak Dari Tamu
Nabi bersabda:
"Tamu datang dengan membawa rezekinya dan pergi dengan menghapus dosa-dosa kalian dan Allah menghapus dari dosanya dan dosa-dosa kalian" (H.R. Abu Syaikh).
Saestu Leres, Kanjeng Nabi.
Banyak hal positif yang terjadi saat kami kedatangan tamu. Adalah benar bahwa tamu baik bisa menjadi media perantara rizki untuk tuan rumah.
Kemarin ada tamu datang. Saudara dari Lamongan. Membawa buah tangan yang banyak. Diantaranya beberapa kilogram buah salak.
Salak adalah buah favorit kami. Sasaran saat kami ingin mengunyah. Selain enak, manfaatnya juga banyak. Bisa mempercantik kulit, menjaga kepadatan tulang, menjaga berat badan dan menyehatkan jantung.
Oia, disarankan, saat makan buah salak, kulit ari yang membungkus daging salak juga ikut dimakan. Jangan dibuang, ya. Karena di kulit ari itu juga banyak nutrisi padat yang bisa membantu memperlancar sistem pencernaan kita.
Lho, bukannya makan salak bisa membuat BAB sulit atau sembelit, ya?
Ternyata info bahwa makan salak bisa bikin sembelit hanyalah mitos. Hoax. Faktanya justru sebaliknya.
Salak Pencegah Sembelit
Salah satu nutrisi yang terkandung di salak adalah serat. Ia memiliki fungsi membantu proses pembersihan sistem saluran cerna dari racun dan zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh.
Itu masih manfaat nutrisi yang terkandung. Belum bicara fungsi nutrisi lain yang ada di buah salak seperti beta karoten, flavonoid, tanin dan saponin. Yang tentunya banyak sekali manfaatnya.
Nah, karena hari ini kami ingin menikmati kudapan yang segar waktu berbuka puasa, akhirnya sebagian dari salak yang ada, saya buat sebagai; Manisan Salak Pedas.
Kata manisan dalam konteks ini secara spesifik mengacu ke buah-buahan yang direndam dalam air gula.
Karena, bagi sebagian orang tua di Jawa Timur, kata 'manisan'Â berarti hidangan atau camilan. Terserah apapun bentuknya. Bisa roti. Bisa soto. Terserah apapun yang penting sesuatu untuk dinikmati.
"Maeng pas mendayoh nang Pak RT, manisan-e opo?" [Tadi pas bertamu di Pak RT, hidangannya apa?]. Itu adalah contoh penggunaan kata 'manisan'.
Sejarah dan Perbedaan Manisan
Teknik mengolah buah menjadi  manisan sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Ini adalah cara yang ditempuh untuk membuat buah-buahan awet.
Sebelum gula mulai tersebar pada abad ke-7 Masehi, orang-orang jaman dulu mengawetkan buah-buahan dengan cara melapisinya dengan madu.
Bertahun tahun berikutnya, setelah gula ditemukan, terjadi perkembangan dan inovasi dalam membuat manisan. Jadinya, beda negara beda cara membuatnya.
Di negara kita, manisan dibuat dalam keadaan terendam cairan gula. Dan kita menikmati sirup gulanya juga.
Tapi di banyak negara lain, yang disebut manisan adalah buah-buahan yang direbus bersama gula. Kemudian gulanya dibiarkan mengkristal. Jika dimakan rasanya renyah. Makanya disebut candied fruit. Karena teksturnya seperti permen.
Tidak hanya antar negara yang membuat beda, satu negara saja juga bisa berbeda pendapatnya terkait manisan ini.
Salak yang saya larutkan dengan sirup gula ini, ada yang menyebutnya sebagai asinan. Karena ada cabenya.
Tapi saya dan banyak masyarakat Indonesia menyebutnya tetap manisan. Karena memang rasanya manis. Dan isinya hanya buah. Sedangkan asinan terdiri dari buah dan sayur.
Juga ada beberapa bumbu yang ada di asinan tapi tidak ada di manisan, seperti misalnya terasi.
Sedangkan kehadiran cabe di manisan ini dimaksudkan sebagai bentuk 'kreatifitas yang tidak melewati batas' saja. Biar tidak monoton taste-nya. Ada sedikit sensasi pedasnya.
Yah, inilah uniknya kita. Boleh memodifikasi makanan beraneka rupa. Karena memang tidak ada aturan baku bahwa manisan itu hanya terbuat dari bahan ini dan itu. Tidak boleh ada tambahan bahan lain.
Masyarakat kita begitu terbuka soal memodifikasi makanan. Berkreasilah sesukamu. Yang penting terasa enak di lidah.
Seperti halnya brownies. Jika merunut sejarahnya, yang disebut brownies itu standarnya ya American Brownies; kue coklat panggang yang bantat.
Ketika sudah sampai Indonesia, sebutan kue brownies memiliki wajah berbeda. Brownies yang sudah tersentuh kearifan lokal Indonesia tidak selalu dipanggang, tapi bisa juga dikukus dan  teksturnya lembut.
Ada beberapa pihak yang kurang setuju dengan penamaan kue yang katanya salah kaprah itu. Brownies ya harusnya dipanggang dan bantat. Sedangkan kue coklat yang dikukus jangan disebut Brownies tapi kue bolu coklat kukus.
Perdebatan itu terjadi di sebuah grup masak. Riuh rendah pro kontra tentang brownies itu menandakan betapa dinamisnya dunia kuliner kita.
Resep Manisan Salak Pedas
Lantas, resep Manisan Salak Pedasnya seperti apa? Berikut bahan dan cara pembuatan dari kudapan ini.
Bahan yang diperlukan:
9 buah salak
200 gram gula
600 ml air
2 biji cabe merah
3 biji cabe rawit
1/2 sdt garam
Cara Membuat:
 1.  Kupas salak dan potong-potong sesuai selera. Masukkan dalam mangkok.
 2. Rebus air. Masukkan gula, sedikit garam dan cabe yang sudah ditumbuk.
 3. Biarkan mendidih dan gula larut.
 4. Siram air gula ke mangkok yang berisi salak.
 5. Dinginkan di kulkas. Saat berbuka, bisa disantap.
***
Manisan ini bisa dinikmati saat berbuka puasa atau sebagai camilan selepas Sholat Tarawih. Tekstur salaknya yang masih renyah berpadu dengan kuah yang manis dan sedikit pedas benar-benar terasa segar di mulut dan bikin mata terbuka.
Sudah pernah membuat manisan ini? Kalau belum, resep ini bisa dicoba.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H