Itu masih manfaat nutrisi yang terkandung. Belum bicara fungsi nutrisi lain yang ada di buah salak seperti beta karoten, flavonoid, tanin dan saponin. Yang tentunya banyak sekali manfaatnya.
Nah, karena hari ini kami ingin menikmati kudapan yang segar waktu berbuka puasa, akhirnya sebagian dari salak yang ada, saya buat sebagai; Manisan Salak Pedas.
Kata manisan dalam konteks ini secara spesifik mengacu ke buah-buahan yang direndam dalam air gula.
Karena, bagi sebagian orang tua di Jawa Timur, kata 'manisan'Â berarti hidangan atau camilan. Terserah apapun bentuknya. Bisa roti. Bisa soto. Terserah apapun yang penting sesuatu untuk dinikmati.
"Maeng pas mendayoh nang Pak RT, manisan-e opo?" [Tadi pas bertamu di Pak RT, hidangannya apa?]. Itu adalah contoh penggunaan kata 'manisan'.
Sejarah dan Perbedaan Manisan
Teknik mengolah buah menjadi  manisan sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Ini adalah cara yang ditempuh untuk membuat buah-buahan awet.
Sebelum gula mulai tersebar pada abad ke-7 Masehi, orang-orang jaman dulu mengawetkan buah-buahan dengan cara melapisinya dengan madu.
Bertahun tahun berikutnya, setelah gula ditemukan, terjadi perkembangan dan inovasi dalam membuat manisan. Jadinya, beda negara beda cara membuatnya.
Di negara kita, manisan dibuat dalam keadaan terendam cairan gula. Dan kita menikmati sirup gulanya juga.
Tapi di banyak negara lain, yang disebut manisan adalah buah-buahan yang direbus bersama gula. Kemudian gulanya dibiarkan mengkristal. Jika dimakan rasanya renyah. Makanya disebut candied fruit. Karena teksturnya seperti permen.