Mohon tunggu...
Sofiatul Munawaroh
Sofiatul Munawaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Seorang perempuan yang ingin menjadi manusia seutuhnya. Mohon doa, semoga rajin menjadi hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Je Hebt Geluk, Zoon

30 Juni 2023   22:46 Diperbarui: 30 Juni 2023   22:54 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun berganti tahun. Setelah kepergian sang puan mau tidak mau aku tetap harus menjalani kehidupan sekolahku. Warna-warni hidup dan terbukanya cakrawala membuat diriku semakin terbuka. 

Hari ini 'Je hebt geluk zoon' terbukti kembali. Meski dalam bentuk lain. Belum sampai aku lulus dari HBS, pengumuman Belanda sudah membuat pak Lurah frustasi. Surat yang dikirim untukku benar-benar membuat dilema. 

Dalam suratnya pak Lurah menulis bahwa aku mau tidak mau harus berhenti sekolah. Atau minimal tidak menerima jika ada tawaran untuk menggantikan posisi bupati yang dipegangnya. Dengan cara apapun bagi pak lurah hanya anaknyalah yang berhak meneruskan tongkat estafet kuasanya.

Aku jadi teringat cerita ayah temanku. Katanya sewaktu masih bersekolah sang ayah selalu mengingatkan bahwa jika anak dan bapak hanya memiliki pengetahuan yang sama maka sang anak jangankan melebihi, untuk setara saja akan lebih sulit dari sang ayah.

Mengapa begini? Ya karena mau tidak mau zaman itu berubah. Seperti kata Meester di HBS bahwa yang tidak berubah di dunia ini hanyalah perubahan itu.

***
Dilema akhirnya benar-benar menghampiri. Ketentuan Belanda yang mengharuskan para bupati, lurah dan sistem birokrasi Hindia Belanda minimal adalah lulusan sekolah membuat pak lurah benar-benar ketar-ketir. Beberapa kali aku diingatkan agar tidak berurusan dengan pihak Belanda. Hal ini lebih bertujuan mereka tidak ingin aku diangkat jadi pejabat. Mereka tidak ingin aku setara. Mereka menganggap aku tidak pantas.

Akhirnya tawaran itu benar-benar terjadi. Aku diangkat menjadi juru tulis untuk kemudian aku dipercaya untuk jadi lurah disalah satu wilayah terdekat. Senang sekaligus dilema karena tidak mau juga mengecewakan pak Lurah. Namun ini juga salah satu jalan agar aku bisa kembali mendekati sang puan keluarga bupati.

***

Setelah menjadi lurah aku menikah dengan sang puan. Adinda pemilik bola mata indah. Sekaligus genderang sindiran dan ujaran kebencian seakan ditabuh tanpa ampun masuk ke telingaku. Ibu-ayahku sudah tidak bergantung pada pak Lurah sekarang.

Meski begitu, satu hal yang aku baru sadar, 'Je hebt geluk zoon' yang pernah dikatakan Meester benar-benar terbukti. Keberuntungan yang dimaksud adalah setiap benefit dari ilmu. Benar saat orang tua sering bilang, 'Elmu mah teu berat dibabawa.' Tapi manfaatnya mengalir, keberuntungan-keberuntungan muncul disaat-saat tak terduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun