Walaupun begitu, bung Karno tetap mengakui bahwa bung Hatta meski berbeda pandangan dengannya tetap memiliki satu tujuan. Hanya saja bagi bung Karno, pandangan non-cooperatif bung Hatta keluar dari asas prinsipil. Serta bung Karno berpandangan bahwa akan sia-sia saja berkompromi dengan Belanda karena kekuatan Belanda dan Indonesia tidak sebanding.
Bung Karno memberi jalan keluar bahwa Indonesia harus merdeka atas usaha sendiri. Dengan kekuatan batin dan lahir Indonesia dapat meruntuhkan kapitalisme dan imperialisme. Dengan kekuatan sendiri gaung kemerdekaan Indonesia akan segera terwujud.
Di akhir artikelnya bung Karno berpesan pada bung Hatta "Karena itu sekali lagi: seterusnya tolaklah kursi di Den Haag, dan buatlah ini hari terimalah saya punya silaturahmi!"
Beginilah adu pendapat orang-orang berilmu dan beradab menurut saya. Dua tokoh proklamator ini beradu argumen dengan memaparkan fakta dan data. Penyampaiannya masih santun dan berwibawa. Beginilah kiranya para politikus sejati yang berdebat lewat pena dengan gagasan sepenuh hati. Bukan hanya bisa saling sindir tanpa bukti. Apalagi menggunakan majas-majas sarkas yang syarat akan ambiguitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H