Golongan ketiga, sadar betul akan kandungan dan khasiat obat tersebut. Tetapi sebelum sempat habis meminumnya, justeru mengalami pusing-pusing dan sedikit kehilangan keseimbangan. Menjadi kurang yakin untuk terjun ke arena pertandingan di luar sana. Mereka ini yang paling sadar, sekaligus paling sial.
Akibat efek pusing-pusing berkepanjangan, ujung-ujungnya, saya minum obat seperlunya. Kalau sempat dan tidak lupa. Lebih sering kawan yang mengingatkan. Diam-diam mencoba bertahan hidup dari hisapan aneka vitamin. Saya jadi lebih suka minum vitamin. Rasanya manis dan segar. Saya suka khasiat vitamin ini. Katanya bisa berguna untuk mengondisikan tubuh. Supaya siap bertarung nanti. Tentu kalau obatnya sudah dihabiskan.
Akhir-akhir ini pikiran saya telah sampai pada kesimpulan: salah minum obat sedari awal atau kandungan dan takaran obatnya memang kurang tepat?Sebab, tak ada yang salah pada label atau nama. Nama cuma do’a. Kata ‘pendidikan’ yang tersemat itu sendiri sesungguhnya do’a yang paling hebat.
Keberuntungan sesungguhnya berpihak pada mereka yang menikmati tiap teguk dan menjadi sehat karenanya. Mereka adalah konsumen yang tak salah minum obat. Berita buruknya, jumlah yang beruntung ini tak lebih dari hitungan jari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H