Beranjak dewasa, hutan pun mulai langka lantaran ditanami sawit. Sehingga, parit pun mulai mengecil karena tumbuhan serabut yang menghasilkan minyak.
Beruntung, masih ada beberapa parit besar yang tersisa. Salah satunya yakni parit (Transmigrasi Swakarsa Murni). Sebenarnya, itu lahan murni yang disediakan pemerintah. Meski telah ditanami sawit, paritnya masih besar sehingga anak-anak jaman sekarang masih bisa menikmati alam.
Aku sendiri jika pulang kampung suka mengecek airnya banyak atau tidak. Kemudian, mengajak ponakan untuk mandi bareng. Namun, jika banyak orang, aku tidak berani. Malu. Ingat umur wkwkÂ
Berenang di alam bisa mengajarkan anak-anak mengenal alam secara natural. Mengetahui arah arus dan kedalaman. Bagaimana menyelamatkan diri dan menolong terhadap sesama. Kemudian, melatih kekompakan.
Canda tawa riang gembira pun lahir tanpa paksaan. Secara naluriah, emosinya lepas begitu saja. Bebas berekspresi lebih tepatnya.
Anak-anak akan ramai berenang di parit TSM saat akhir pekan, libur sekolah, dan selepas MDA. Bagi mereka melepas penat setelah seharian berpikir tanpa batas.
Meski bertemu lagi dengan teman-teman nya saat berenang, namun tak menyurutkannya untuk adu lomba dan gaya renang. Tak jarang, sorak sorai tergambar dan mencairkan suasana saat ada yang kalah di garis finish. Itulah yang menjadikan salah satu kerinduan di kampung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H