Mohon tunggu...
Sofiah Rohul
Sofiah Rohul Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Holla Before doing something, do something different

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Hampir Menjadi "Bang Toyib" karena Covid-19 dan Merantau

1 April 2023   14:02 Diperbarui: 1 April 2023   14:13 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeriksaan suhu tubuh oleh Petugas Klinik Pelabuhan KKP wilayah kerja Sungai Duku, Pekanbaru, pada covid-19 lalu. Foto: Sofiah.

Kasarnya, mau habis berapa banyak uang? Untungnya saya memiliki keluarga yang memiliki pemahaman yang cukup tinggi. Meski, sebenarnya hati kecil mereka juga sedih. Saya bisa merasakan itu. Lagi-lagi anak gadisnya sudah dua kali lebaran tidak di rumah.

Memasuki puasa ramadan 2022, sedikit cemas karena tidak bisa pulang. Teman-teman memintaku untuk tetap tinggal di salah satu daerah di Jawa Timur lebih lama lagi. Tapi, menurutku itu tidak mungkin. Saya katakan dengan jujur, harus pulang dan saya tidak ingin menjadi "Bang Toyib"

"Sorry ya guys, aku gabisa lama-lama. Aku gamau jadi bang toyib. Dipecat pula aku nanti dari KK karena ga pulang-pulang," kataku.

Satu persatu dari teman-teman pun pulang. Menyusul aku yang 14 hari menjelang lebaran 2022 pulang ke kampung halaman setelah melewati proses suntik vaksin, naik travel ke bandara, transit di Jakarta, dan akhirnya sampai di Pekanbaru.

Sesampainya di Pekanbaru, saya memnag tidak langsung pulang ke Rohul. Namun, menginap beberapa hari di Kota Bertuah untuk bertemu dengan sahabat, rekan kerja, dosen, dan lainnya. Bukan, tidak rindu dengan orangtua. Namun, ingin langsung menyelesaikan urusan di Pekanbaru, agar tidak bolak-balik.

Selama kurang lebih sepekan di Pekanbaru, akhirnya saya pun pulang ke rumah yang berada di Rohul. Asli, rindu banget dengan rumah. Melihat senyum orangtua saat menjawab salam seketika runtuh semua rasa lelah di jalan. Berjabat tangan sambil mencium kedua tangan menjadi awal tinggal di rumah sederhana ala masyarakat kampung.

Hari demi hari dilalui dengan senda gurau. Membantu mama masak untuk menyiapkan bukaan dan sahur. Ngabuburit tipis-tipis bareng adek dan ponakan menjadi agenda rutin saat puasa. Hingga kita semua dipertemukan bedug dan gema takbiir malam kemenangan menyambut idul fitri dan saling bermaaf-maafan. Itulah, makna puasa ramadan bagi saya yakni waktu begitu berharga. Disetiap menit, detik, jam nya selalu ada kisah yang terduga dan tak terduga.

Akhirnya kita pun kembali ditemukan pada ramadan 1444 hijriah tahun 2023. Meski saat ini saya masih belum bisa pulang karena kembali bekerja, saya merasakan kehangatan pada tahun ini. Bertemu kembali dengan rekan kerja dan tentunya 2023 saya pikir tidak semencengkam 2020. Kita berharap semua bisa pulang kampung dan bertemu orangtua serta keluarga besar. Tunggu saya di rumah ya ma, pa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun