Perlu pemberdayaan perempuan sebagai upaya melibatkan rasa hormat terhadap perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya ekonomi, sosial, budaya, dan politik.Â
Sehingga, perempuan dapat berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah di masyarakat dalam rangka menciptakan wajah baru dunia yang lebih baik.
***
Seneng banget rasanya bisa ikut serta dalam webinar yang membahas tentang perempuan. Kelas ini ada di seri menulis dan fotografi "Inspirasi Perempuan Indonesia"
Hadir dalam diskusi yang ditaja Kompas Institute inovasi dari Harian Kompas yakni Sarie Febriane (Editor Desk Multimedia Harian Kompas), Putu Fajar Arcana (Wartawan Senior Desk Budaya Harian Kompas), dan Wisnu Widiantro (Kepala Desk Foto Harian Kompas).
Berbicara perempuan tentu tak ada habisnya. Perempuan hadir sebagai sosok yang dituntut untuk memilih. Itu mudah dijumpai misalnya saja wanita "karir atau ibu rumah tangga?" dan ini masih terus bergulir hingga sekarang. Padahal kalau bisa keduanya, kenapa tidak?
Hal itu dipertegas oleh Sarie yang dalam kelas ini membawakan "Mengenali dan Menggali Perempuan Berdaya" bahwa, perlu pemberdayaan perempuan sebagai upaya melibatkan rasa hormat terhadap perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya ekonomi, sosial, budaya, dan politik.Â
Perempuan dapat berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah di masyarakat dalam rangka menciptakan wajah baru dunia yang lebih baik.
Lalu, kodrat perempuan itu (dapat) menstruasi, melahirkan, dan menyusui. Dalam artian, kodrat tersebut hadir hanya sebatas fungsi-fungsi biologis perempuan.
"Perempuan berhak tidak memfungsikannya tanpa "tudingan" melawan kodrat. Diluar fungsi biologis itu hanya fungsi sosial/budaya. Ada juga belenggu norma sosial, budaya/agama, dan infrastruktur kebijakan negara. Belenggu-belenggu tersebut yang harus digugat, dibongkar dan dirontokkan," terangnya sebagai pemateri pertama, Selasa (8/11).