Secara etimologis, konflik adalah pertentangan, ketidaksepakatan, keinginan, perbedaan atau tidak setuju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik berarti pertengkaran, perselisihan dan kontradiksi. Sedangkan menurut kamus sosiologi, konflik berarti perjuangan yang terang-terangan antar individu atau kelompok dalam suatu masyarakat, atau antar negara bangsa, yaitu konflik terbuka antar individu atau kelompok dalam masyarakat atau antar bangsa.
Jadi, teori konflik berarti teori atau kumpulan teori yang menekankan peran konflik kelas dalam kehidupan sosial, terutama antara kelompok dan kelas dalam masyarakat manusia. Para sosiolog modern yang mengemukakan teori konflik adalah :
1. Karl Marx
Teori konflik muncul sebagai tanggapan atas munculnya teori struktur fungsional. Ide atau dasar yang paling berpengaruh dari teori konflik ini adalah dari Karl Marx. Teori konflik mulai menyebar pada 1950-an dan 1960-an. Teori konflik memberikan alternatif untuk teori fungsi struktural. Pada saat itu, Marx mewakili konsep dasar masyarakat kelas dan perjuangannya. Karl Marx berpendapat bahwa perjuangan kelas dianggap sebagai pusat masyarakat.
2. Lewis A. Coser
Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu:
Konflik realistis, Konflik yang realistis dihasilkan dari kekecewaan terhadap persyaratan khusus yang muncul dalam hubungan dan manfaat berharga yang dapat diperoleh peserta, bertujuan untuk objek yang dianggap mengecewakan.
Konflik Non-Realistik, Konflik yang tidak realistis, konflik yang muncul bukan dari tujuan musuh yang bermusuhan, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan dari setidaknya satu pihak.
Penyebab Dan Jenis Konflik
Konflik dapat muncul karena salah satu atau masing-masing pihak merasa dirugikan secara fisik maupun non materil. Dalam hal ini, Mulyasa menjelaskan beberapa penyebab konflik antara lain :
- Perbedaan pendapat
- Disalah pahami
- Salah satu atau masing-masing pihak merasa dirugikan
- Perasaan yang terlalu sensitif
Sehubungan dengan berbagai jenis konflik yang terjadi dalam suatu organisasi atau lembaga, Mulyasa menyatakan bahwa konflik kelembagaan dapat terjadi pada semua tingkatan, baik dalam individu, antar individu, dalam kelompok, antar kelompok, dalam organisasi, dan antar organisasi.