Mohon tunggu...
Sofia Dani Rosdiana
Sofia Dani Rosdiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - 23107030008 prodi Ilmu Komunikasi Mahasiswa semester 2

Mulai menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intip Cantiknya Museum Benteng Vredeburg yang Kembali Dibuka dengan Suasana Baru

15 Juni 2024   02:53 Diperbarui: 15 Juni 2024   03:08 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi Sofia Dani

Sebagai orang yang lahir dan menetap di Jogja, saya sangat bangga akan kenyataan tersebut. Bagaimana tidak, kalau kotanya saja se estetik itu. Banyak orang berlomba- lomba utuk bisa tinggal bahkan menetap di Jogja. Katanya Jogja terbuat dari rindu, makanya banyak orang mengatakan atau menjadikan kota Jogja sebagai salah satu kota ternyaman untuk ditinggali.

Saya sendiri setuju dengan statemen tersebut. Menurut saya sendiri banyak hal yang menjadikan Jogja itu 'nyaman' ditinggali. Contohnya saja ketika kita tengah penat dengan pekerjaan ataupun tugas sekolah, kita degan mudahnya mendapatkan tempat healing atau sekedar duduk melepas penat.

Bagaimana tidak hampir diseluruh pojok kota Jogja terdapat tempat wisata. Tak heran bukan, jika Jogja jadi salah satu tempat jujukan untuk study tour anak-anak sekolah? Apalagi di Jogja terdapat banyak bangunan bersejarah peninggalan era kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh. Salah satunya adalah Museumu Benteng Vredeburg yang tengah ramai diperbincangkan saat ini.

Benteng Vredeburg sendiri adalah salah satu bangunan peninggalan masa jajahan kolonial Belanda, yang kini beralih fungsi menjadi sebuah museum. Benteng Vredeburg terletak di lokasi yang strategis, yaitu berada di sisi selatan Jalan Malioboro dan berhadapan dengan Gedung Agung Istana Kepresidenan, di seberang Barat.

Baru- baru ini Benteng Vredeburg ditutup sementara untuk proses renovasi dan penataan kembali. Dan buka lagi tanggal 8 Juni kemarin dengan free tiket grand opening sampai tanggal 14 Juni 2024. Kerennya lagi kini jam buka museum diperpanjang yang awalnya hanya sampai jam 4  sore sekarang buka sampai jam 10 malam.

Saya yang sudah lama tidak mengunjungi bangunan yang kental dengan nuansa Belanda ini, ikiut exited untuk berkunjung lagi. Terakhir saya berkunjung ke Benteng Vredeburg saat saya masih SMP sekitar tahun 2018 awal. Saat itu sekolah mengadakan program study museum agar kami bisa mengenal sekaligus belajar sejarah era penjajahan terutama yang ada di Jogja.

Dulu saat SMP saya berpikir kalau museum itu hanya sekedar tempat mengenal sejarah saja. Namun, ternyata saya salah. Setelah saya kemarin berkunjung lagi ke Benteng Vredeburg, saya jadi sadar bahwa saya  tidak hanya mengenal sejarah. Tapi saya juga bisa merasakan beratnya masa-masa penjajahan saat itu.

Saya bersama teman saya, masuk ke dalam museum setelah adzan maghrib berkumandang.  Sebelum menjelajahi isi museum saya dan teman saya menyegerakan untuk solat maghrib terdahulu. Walaupun bangunan Belanda tetapi di dalam Benteng terdapat mushola untuk sholat.  

Musholanya masih sama dari terakhir saya ke sini, letaknya masih di sisi kiri pintu masuk. Saat sholat saya merasakan sekali nuansa Belandanya, seakan-akan saya berada pada era itu, dan ini asik!

Kemudian setelah sholat kami melanjutkan perjalanan untuk mengekspor area dalam banguan  berisi diorama-diorama yang menceritakan kisah-kisah bersejarah era penjajahan Belanda khususnya di Yogyakarta.

dokumen pribadi Sofia Dani
dokumen pribadi Sofia Dani

 Tak hanya diorama, banyak barang-barang peninggalan masa dulu yangn dipajang didalam lemari kaca. Yang saya jumpai di bangunan diorama 2 adalah jubah kebesaran Prof. Dr. M. Sardjito, M.D., M.P.H. yakni seorang dokter yang menjadi Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Beliau adalah salah satu pahlawan nasional yang mempunyai peran besar bagi Bangsa Indonesia pada saat penjajahan Belanda tahun 1948 -- 1949.

dokumen pribadi Sofia Dani
dokumen pribadi Sofia Dani

Beralih dari diorama 2 ke diorama 3 ada ruangan yang mensajikan video dokumenter yang mengisahkan perlawanan- perlawanan bangsa Indonesia terhadap koloni Belanda. Setahu saya dulu belum ada ruangan ini, jadi kayaknya ruangan ini termasuk ruaungan baru. Saya dan teman saya mencoba masuk dan ternyatat seru sekali. Kami bisa lihat monitor yanag menampilkan video sembari duduk di kursi yang telah disediakan.

Setelah menonton, kami melanjutkan perjalanan ke diorama 3 ynag hanya dipisahkan ruangan tadi. Isinya kurang lebih sama dengan diorama 1, bedanya diorama 3 menggambarkan peristiwa sejak adanya perjanjian Renville sampai pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia.

Setelah itu kami keluar dari diorama 3 dan langsung di sambut tulisan Vredeburg yang menyala cantik dan cocok jadi tempat berfoto ria.

dokumen pribadi Sofia Dani
dokumen pribadi Sofia Dani

Setelah mengambil beberapa foto kami melanjutkan perjalanan menuju diorama 4 yang isinya juga masih sama dengan diorama-diorama sebelumnya. Setelaah selesai berkeliling dari diorama 4, kami memutuskan untuk duduk sejenak di area halaman. Kami duduk di bawah pohon yang terdapat tempat duduk.

Di situ kami bercerita banyak hal, tempatnya asik dan nyaman. Ternyata Benteng Vredeburg tidak hanya berfungsi sebagai cagar budaya, tapi tempat yang nyaman juga untuk bersantai dan mengobrol bareng teman atau kerabat. Di tambah suasana bangunan era kolonial Belanda membuat beda aja dari yang lain.

dokumen pribadi Sofia Dani
dokumen pribadi Sofia Dani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun